#AC1

2.5K 402 32
                                    

"Astagfirullah!"

Pria itu menepuk dahi lalu mengusap wajahnya dengan kepala menyender disandaran kursi empuk itu.

"Tuan beragama Islam?" Tanya gadis yang sedari tadi duduk didepannya dengan nada heran tanpa dosa, hingga ia emosi berkali-kali.

"Apa tampang saya terlihat  tampang non muslim?" Sahut pria itu galak. Yang benar saja, berdarah keturunan ditanya agamanya.

Miss. Brainly menatap lekat-lekat wajah timur tengah didepannya tepat dilensanya hingga ia seolah  menabrak elang yang mengajak perang.

Memang harusnya pria keturunan timur tengah itu beragama Islam. Tapi selama ini ia tidak pernah melihat pria itu beribadah selayaknya muslim. Tidak sholat lima waktu, tidak pernah terdengar mengucapkan salam khas muslim 'Assalamualaikum' jika mengangkat atau menerima telpon apalagi bertemu dengan relasi, waktunya sholat jumat tidak pernah terlihat berpeci dan melangkah kemesjid sebelah. Identitas muslim seolah tidak melekat padanya. Makanya begitu mendengar pria itu beristigfar, asisten dadakan itu menyinggung tentang agamanya seolah kebingungan.

"Kafir, tuan, bukan non muslim!" Ucapnya tanpa rasa takut meski sejak tadi pria brewokan didepannya  terlalu judes dengan kepolosannya saat menghadap karna terjadi kesalahan jadwal bertemu klien dihari itu.

Sebagai sekretaris atau asisten baru yang tidak berpengalaman bahkan dicomot kakek sang pria  dari 'comberan' yang dia istilahkan sendiri karna memang demikian adanya, ia sesungguhnya belum memahami sepenuhnya pekerjaan yang sedang ia gantikan karna asisten lama cuti selamanya dan mendadak karna memiliki masalah keluarga yang rumit, tadinya informasinya begitu, namun ada seorang karyawan menceritakan padanya saat makan siang bersama dikantin kantor, kalau asisten terdahulu berkhianat. Kabur dengan sebagian aset perusahaan sekaligus gebetan tuannya. Benar-benar membuat kepalanya pusing mendengarkan omelan tuannya yang labil itu selalu.

"Apa kau sedang menghina saya?" Nada pertanyaannya terdengar geram mendengar kata non muslim diganti dengan kafir.

"No, no, no, kafir itu sesungguhnya bahasa yang lebih halus daripada non muslim tuan!" Miss Brainly membela diri.

"Kata siapa?" Mr. Allison Abraham mencelos kearah gadis yang dipanggilnya Miss. Brainly tersebut. "Jelas-jelas sejak dulu kalau orang dengar kafir pasti berkonotasi negatif!" Lanjutnya yakin.

"Tuan Allison Abraham, jangan buat saya menjelaskan apa yang saya dengar dari ceramah yang tidak sengaja ya!"

Gadis bernama lengkap Prilyce Brainly yang biasa disapa Ily oleh sebagian yang sudah lama mengenalnya terutama keluarga dan Miss Brainly bagi karyawan dikantor tempatnya mengadu nasib itu mendengar dengusan kasar dari pria yang disebutnya tuan. Ia tidak mau memanggilnya mister seperti kebanyakan pegawai dikantor itu, alasannya kalau ia memanggil mister nanti jadi seperti sepasang dengan miss yang diarahkan padanya. Nauzubillah, amit-amit jatuh cinta sama sibrewok yang kasar. Kalaupun berbaik-baik, ya hanya karna tugas saja. Meskipun perjanjiannya dengan tuan Abraham, kakek si junior didepannya ini, ia akan mendapatkan semuanya jika berhasil dengan misinya. Membuat sang cucu bertobat, lebih baik, dan bahkan jatuh cinta padanya. Jatuh cinta? Iuhhh.

"Ceramah tidak sengaja? Berarti tidak shahih?" Tanya Mr. Abraham junior mengangkat satu alisnya.

"Ceramahnya real tuan, tidak sengaja itu bisa jadi hidayah loh, jangan remehkan, mana tau Allah memberi pencerahan melalui perantara tidak sengaja mendengar ceramah!" Tukas Miss Brainly mengingatkan.

Ia tak setuju jika ceramah yang ia katakan tidak sengaja ia dengar itu dikatakan tidak shahih atau tidak benar. Karna bagaimanapun sebuah ceramah yang disampaikan oleh ustadz ternama dari manapun asalnya tetaplah mengandung kebenaran.

"Ck. Memangnya apa yang kau dengar?" Mr. Abraham menyenderkan punggung kekursi kebesarannya lalu melipat tangan didepan dada, mengarahkan lensanya keruang kosong tanpa ingin beradu lensa dengan Miss Brainly.

"Ihh, kepo yaaa?" Tunjuk miss Brainly disambut pelototan hingga ia segera menurunkan tangannya yang sedang menunjuk wajah menahan dongkol itu.

"Ck!" Mr. Allison Abraham berdecak.

"Oke, oke, sabarr tuann, akan saya jelaskan! Tuan ini mau disuntik insulin yaaa?"

Maksud hati menyabarkan singa brewokan didepannya itu. Taunya malah makin mengaum saja dia.

"Kau kira saya diabetes? Yang ada hipertensi!" Si tuan makin galak saja membuat asisten terjengit.

Astagfirullah, makin salah saja. Tadinya ingin menyampaikan obat untuk menyembuhkan kegalakan karna darah tinggi, kenapa jadi justru menyebutkan untuk kadar gula tinggi. Ya, Rabb.

"Ya yaa, madu ya madu, tuan minum madu saja untuk mencegah hipertensi, kalau hiperseks beda jalur tuan!!" Polos ucap Miss Brainly.

Polos memang sudah menjadi perannya disini. Tapi kenapa pula menyebutkan hiperseks. Maksudnya apa? Memancing diair keruh?

"Kau!!"

Mr. Allison Abraham menggenggam tangannya menahan geram. Rasanya ia sudah tidak kuat dengan kepolosan yang ditunjukan gadis didepannya itu. Sikapnya yang seharusnya dingin dan kaku berubah menjadi seolah memiliki penyakit hipertensi kalau berurusan dengan miss Prillyce Brainly, perempuan yang kabarnya dipungut kakeknya dijalanan.

"Oke' oke, sabar sabar sabar tuan, sabar itu disayang pacar! Eh!" Miss Brainly menutup mulutnya karna keceplosan menyebut pacar. Sebuah kata lagi yang membuat tuannya bisa-bisa bertambah kadar emosinya. Ditinggal pacar kabur dengan asistennya sendiri membuat dia alergi menyebut pacar, kekasih, cinta dan istilah-istilah lainnya.

"Disayang Allah tuan, maaf!"

Miss Brainly menangkup kedua tangannya didepan dada seolah menyesal. Terlebih sang tuan berdiri dengan tubuh terlihat bergerak emosi.

"Tu... tunggu tuan, mumpung saya ingat, Kafir itu arti dasarnya adalah "tertutup" atau "terhalang", tuan. Secara istilah, kafir berarti "terhalang dari petunjuk Allah". Jadi orang kafir adalah orang yang tidak mengikuti petunjuk Allah SWT karena petunjuk tersebut terhalang darinya, tuan," jelas Miss Brainly cepat sebelum ditinggalkan Mr Abraham yang kesal.

"Sedang
MUSLIM itu kan intinya dalam Bahasa Arab yang kalau diartikan orang-orang yang selamat, tuan, nah kalau di kasih "Non", kan artinya "Tidak Selamat" atau "Bukan orang-orang yang selamat, bukankah ngeri kalau kita disebut begitu, tuan?" Lanjutnya cepat sambil tak sengaja menepuk-nepuk punggung tangan tuannya yang bertengger diatas meja.  Berusaha menyabarkan tuannya yang hanya mau disebut tuan Abraham olehnya. Bukan tuan Ali atau Allison seperti keluarga terdekatnya.

Mr. Allison Abraham menarik tangannya karna terkejut oleh tepukan halus berkali-kali dipunggung tangannya. Bukannya mengurangi hipertensi malah menaikkan gejolak birahi karna sengatannya saat tersentuh.

"Maaf tuan, saya lupa kalau kita bukan mahrom!" Ringis Miss Brainly menutup mulut dengan sebelah tangannya.

"Ck!! Selalu tidak jelas kalau bicara denganmu, Ya Rabb, hamba pusinggg!"

Setelah menyampaikan jeritan hati, Mr. Allison Abraham melebarkan kaki dan melangkah menuju keluar ruangannya meninggalkan Miss. Prilyce Brainly sendirian.

"Tuan, tuan, apakah anda sudah selesai dengan saya? Jadwal hari ini saya cancel atau bagaimana tuan?"

"Bodo!!"

Tanpa berbalik pria itu menyahut dengan suara terdengar gondok.

"Astagfirullah, yaa Rabb, kuatkan hamba Yaa Rabb! Sesungguhnya hamba bingung, jadi sekretaris dadakan sibrewok ini apakah anugrah atau musibah?"

Miss Brainly bermonolog seraya menatap punggung Mr. Abraham yang menghilang dibalik pintu.

#####
Banjarmasin, 3 April 2022.
1 Ramadhan 2443H

Selamat sahur!
Seperti apakah kisah Mr Abraham dan Miss Brainly selanjutnya?

Astagfirullah, Cinta!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang