Chapter 12 - Gelombang elektromagnetik

Start from the beginning
                                    

Mata cokelat Fisika menatap takjub. Ia membantin, semoga Sagi bisa diselamatkan. Pada akhirnya mereka bisa mendapatkan permata biru dan Fisika berhasil kembali. Tetapi ponselnya malah menghilang dan Sagi pingsan tak sadarkan diri.

"Gimana, Zar? Sagi aman? Apa gara-gara dia menyelamatkan gue? Gue akan melakukan apapun demi membalas semuanya."

Izar membuka kelopak matanya perlahan. Bersamaan dengan itu, denting notifikasi dari ponselnya berbunyi.

"Lo urus Bigbos sebentar. Gue urus soal masalah ponsel lo."

Fisika mengganguk takzim dengan titah Izar. Saat Izar menarik tubuh keluar dari jok belakang. Fisika berusaha menyeka peluh di pelilis Sagi dengan ujung jaket bagian lengan.

"Aerglo?" bisik Fisika dengan mata berkaca-kaca. "Makasih banget lo udah nyelamatin gue dan mengorbankan diri demi gue. Lo harusnya tahu, gue gak bisa balas semua perbuatan itu. Lo yang sekarang malah bikin gue gak tenang. Gue dan Izar harus apa?"

Fisika tidak bisa membendung kesedihannya. Dihapuskan air matanya sendiri. Lalu Izar kembali melongok dari pintu mobil.

"Fis, lo keluar sebentar."

Fisika pun menurut dan saat di luar mobil. Kelopak mata Sagi perlahan terbuka.

"Dengerin gue. Ponsel lo bakal balik ke sini. Tapi cara ini akan buat lo kesakitan. Waktu kita terbatas, jika sampai tengah hari kita belum balik ke dunia paralel f2 atau f1. Kita bertiga bakal terpental ke dunia paralel lain. Lo siap?"

Fisika mengganguk takzim.

"Gue siap," sahut Fisika mantap.

"Oke, gue bakal menarik dan membuka gerbang mana yang ada di dalam diri lo."

Fisika kembali mengganguk. Apapun yang Izar lakukan, dia akan menurut. Tidak ada pilihan lain selain bertahan hidup sebelum semuanya menjadi berantakan.

Tanpa di duga oleh Fisika. Izar mendorong dadanya denganya kuat. Fisika sempat terdorong beberapa langkah ke belakang.

Perlahan-lahan, ia merasakan ada sensasi nyeri yang menjalar di tiap tulang belakangnya. Ia pun jatuh tersungkur dengan napas tersenggal-senggal. Paru-paru Fisika seperti diremas bergitu kuat. Ada kata yang tak bisa diucapkan selain erangan kesakitan.

Sagi ingin berbicara dan mencegah Izar melakukanya. Membuka gerbang mana seseorang secara mendadak adalah hal terlarang di Malakai. Bagaimana pun kisahnya, Izar tidak seharusnya melakukan hal tersebut dan ini membuat Sagi tahu. Siapa sosok yang dihubungi Izar sebenarnya.

"Bertahanlah, Fisika." Izar masih mengarahkan telapak tangannya ke depan. Ada lingkaran dengan runne kuno yang berpendar mengelilingi lingkaran tersebut dengan tujuh warna pelangi.

Fisika terbatuk dengan darah yang muncrat dari mulutnya. Izar bahkan tidak tega melakukan ini. Tetapi dia tidak punya pilihan lain. Hanya ini yang bisa mereka lakukan demi mengembalikan ponsel Fisika.

Sesuatu mendadak jatuh dari langit membentur kepala Fisika. Itu adalah ponsel yang sebelumnya dihancurkan oleh para tentara militer dunia paralel 2728.

"Berhasil!" Izar berseru senang. Ia pun menarik kembali lingkaran sihir ke dalam udara dan lenyap seketika.

Lalu ia segera memberikan pengobatan mana dipunggung Fisika selayaknya ia tadi menolong Sagi.

"Lo wanita kuat. Gue yakin, lo bisa."

Fisika yang baru saja seakan selamat dari maut hanya bisa melirik sahabatnya. Dia masih belum bisa berbicara, bekas sesak dan sakit luar biasa tadi masih membekas dalam ingatannya. Pikiran Fisika mengabur dan semuanya berubah gelap.

Kuanta (End)Where stories live. Discover now