Chapter 11- Labor OV

Start from the beginning
                                    

.
.
.

Dengan kecepatan penuh. Sagi dan Izar malah melaju ke pusat sebuah taman kanak-kanak. Yap, dengan kemampuan Sagi dan Izar. Mereka berhasil mencuri sebuah mobil.

Izar menolak untuk berpisah dari Sagi. Padahal dia tahu, Sagi bukanlah tipe orang yang mudah dikalahkan. Namun karena alasan itulah, Izar harus berjaga di dekatnya.

Kontrol emosi Sagi bisa berakibat fatal akan penyebaran mana. Mobil pun memutar dan mendecit di sebuah komplek yang penuh taman bunga. Sagi semakin yakin, Flower Winter berada di dalamnya.

Dengan cepat, ia menerobos masuk ke dalam halaman sekolah dengan melompati pagar. Izar harus bekerja ekstra keras untuk memanipulasi CCTV agar kejadian di lampu merah tidak terjadi kembali.

Dengan sekali meninju kaca jendela hingga hancur berkeping-keping. Sagi pun melompat masuk ke dalam sebuah kelas yang penuh dengan dekorasi bunga dan hewan-hewan lucu.

Ia terus berjalan mantap, kemudian menggeser pintu kelas dan melangkah melewati lorong demi lorong. Kekuatan Flower Winter harus ia amankan malam ini. Jika benda itu masih berada di tempat yang sama saat ia terjatuh. Itu artinya, belum ada seorang pun yang menyadari benda magis tersebut.

Di pojok ruang guru. Di dalam pot sebuah tanaman lidah mertua. Flower Winter berada di dalam sana. Permata tersebut memiliki bentuk seperti kelereng.

Bulat, kecil dan sangat rapuh. Warna birunya terlihat sangat indah. Orang awam pasti akan menggangapnya seperti mainan biasa anak-anak. Apalagi keberadaan permata itu di taman kanak-kanak. Tentu, tidak seorang pun akan menyadarinya.

"Bigbos!" seru Izar di ambang pintu. "Bigbos dapat permatanya?"

Sagi pun menunjukkan kelereng biru tersebut pada Izar. Lalu meletakkannya ke dalam kotak permata merah persegi empat.

"Lo udah tahu lokasi Fisika ditawan?" tanya Sagi sambil berjalan menghampiri Izar.

"Belum, sulit terlacak. Beberapa jam lagi akan pagi. Jika Fisika tidak terlacak cepat. Medan magnet dari dunia paralel f3 akan mengalami gangguan."

Sagi terdiam sejenak. Otaknya sedang memproses cara terbaik untuk menyelamatkan Fisika.

"Apa lo yakin masih butuh bantuannya?" Sekonyong-konyong, Sagi melemparkan sebuah pertanyaan.

Izar termanggu, tidak mengerti dengan maksud kalimat Sagi barusan.

"Bukankah kita membutuhkan orang dari paralel f2 demi mengumpulkan semua Flower Winter?" tanya balik Izar. "Fisika mau melakukan semua ini."

"Tapi dia tidak tahu akan resikonya," jelas Sagi. "Izar, setelah dari paralel 2728. Lo harus memulangkan Fisika. Berikan bayaran yang telah disepakati dan bonus untuknya. Gue tidak mau membahayakan orang lain yang tidak ada hubungannya dengan Malakai."

"Tapi, Bigbos. Tanpa Fisika bagaimana kita bisa menyebrang ke dunia paralel lain? Apa Bigbos mau mencari orang baru lagi? Ini udah terlanjur, jika Bigbos merasa keberatan. Bigbos bisa menunggu di suatu tempat dan gue akan menyelamatkan Fisika. Fisika akan menjadi tanggungjawab gue."

CCTV dan alarm dibangunan tersebut telah Izar nonaktifkan demi mencegah insiden baru. Ia memilih untuk menyelinap ke luar bangunan guna mencari keberadaan Fisika. Sulit melacak Fisika karena Izar mendapati ponsel Fisika telah mati sejak ia dibawa pergi.

Saat hendak membuka pintu mobil curian. Sagi lebih dulu mendahului tangan Izar.

"Gue yang akan pergi," jelas Sagi dengan penuh penekanan. "Gue tahu di mana Fisika berada."

Izar yang mendengar hal itu tentu saja sangat terkejut. Satu-satunya cara Sagi bisa mendeteksi Fisika, ia lakukan dengan menyebarkan seluruh energi mana- nya ke segala penjuru kota di dalam dinding. Sekarang saja, wajah Sagi mulai terlihat pucat. Dia bisa pingsan kapan saja akibat perbuatan fatal tersebut.

Kuanta (End)Where stories live. Discover now