Pristiwa ini, menghancurkan ku

149 10 0
                                    

"Aku Pulang" Ucap Elfinda. Rumah nya terasa begitu sepi. Ia memasuki rumah nya.
"maa?" panggilnya. Ia mencium sesuatu yang aneh. Aroma apa ini? amis sekali? seperti.. ia berpikir memutar otak nya. aku kenal aroma ini, darah?! apakah darah?
Panik. Satu kata yang mewakilinya saat ini.
"maamaa" Teriaknya. Ia berlari menyusuri tangga menuju kamar orang tuanya. Tidak ada. Ia berlari ke kamarnya, juka tidak ada. Ia cepat-cepat menuju dapur. Aroma itu semakin pekat, ia mempercepat larinya.
Ia tercekat tak bersuara, air matanya mulai membanjiri wajah nya.
"Apa-apaan ini?" Jeritnya sangat histeris.
"Ma? Mamaa?" Jeritnya semakin kencang. Mama nya telah tiada, dengan luka tusuk dibagian jantung nya. Tangannya menggenggam erat tubuh mamanya. Ia sungguh tak percaya dengan kenyataan yang tak masuk akal ini.
Apa salah ku tuhan? Ia cepat-cepat mengambil ponsel untuk memanggil Papa nya. Tak diangkat. Kemana papa? Kemana ia di saat yang genting ini? Ia berdiri untuk mencari pertolongan dan saat itu juga matanya tertuju pada mawar merah yang tak jauh dari mayat orangtuanya. Ia terkejut, apa lagi tuhan?  seakan mawar itulah yang membawa petaka padanya.
"Apakah ada pembunuhan selanjutnya?" Teriaknya. "Papa? Tuhan tolong jangan!"
Ia memungut mawar itu lalu dipatahkannya. Ia kesal, ia frustasi. Ia terduduk sambil mencengkram keras kepalanya. Ia menangis dan teriak histetis sangat histeris. Ia teringat Kalfa, ia merasa Kalfa ada sangkut pautnya dengan semua ini. Ia segera menghubungi Kalfa.
"........"
"Halo?"
"Ya Halo, Kalfa?"
"Siapa ini?"
"Elfinda"
"Elfinda, ya ada apa El?"
"Aku menerima bantuanmu" El mulai terisak.
"tunggu, ada apa El?"
"Mama ku, mama ku telah tiada"
"Astaga, siapa yang melakukan itu El?"
"Entahlah"
"Baiklah, kita harus bertemu. Di taman"
"Ya".. Klik.
Elfinda membersihkan dirinya, dan membersihkan mayat orang tuanya. Lalu bersiap-siap bertemu Kalfa.

Mawar "Merah" (pending)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang