Jaemin bangun keesokan paginya dengan perasaan tidak tenang, dia tidak tahu tapi semalam dia mimpi buruk. Buruk sekali. Mimpi yang menyangkut anak-anaknya, terutama dua anak tertuanya.
"Love?" Jaemin mendongak dan menemukan Taeyong melongokkan kepala dari balik pintu.
"Masuklah hyungie" Taeyong melangkah masuk dan duduk di tepi kasur Jaemin, Jaemin sendiri baru saja selesai minum air putih yang memang selalu ada di meja nakas.
"Kenapa kau berkeringat begini?" Taeyong mengusap keringat di kening sang istri.
"Aku mimpi buruk hyung" lirih Jaemin, Taeyong menatap sang istri.
"Mimpi apa sayang? Mau cerita?" Jaemin diam sesaat, namun kemudian dia menceritakan mimpinya.
"Aku mimpi Lin dan Yoonhee diculik dan dilukai. Anak-anakku trauma hyung. Mereka orang jahat yang tidak kukenal, mereka menculik keduanya, melukainya, dan bahkan parahnya mimpi itu memunculkan gambar dimana Lin dibunuh. Hyung, aku takut- aku takut itu menjadi kenyataan." Taeyong memeluk sang istri dan mengusap punggungnya.
"Sssshhttt tenang, itu hanya bunga tidur, tenanglah, mereka akan baik-baik saja." bisik Taeyong, dia menenangkan sang istri yang tubuhnya kini bergetar. Jaemin memang sensitif jika sudah menyangkut anak-anak mereka, terutama Yoonhee dan Lin.
"Sudah ya? Hyung siapkan air untuk mandi, ne?" Jaemin mengangguk kecil. Taeyong pergi menyiapkan air hangat untuk istrinya mandi. Jaemin di atas kasur meremat selimutnya, dia berusaha mengenyahkan mimpi buruknya.
"Sayang? Love?" Jaemin mendongak saat mendengar suara sang suami. Taeyong kembali duduk dan mengusap kepala Jaemin dengan lembut.
"Lupakan, itu hanya bunga tidur, tidak akan aku biarkan siapapun menyentuh permata-permata berhargaku. Sudah ya? Ayo mandi dulu." Jaemin dituntun ke kamar mandi oleh Taeyong. Tidak lama saat Taeyong dan Jaemin masuk kamar mandi, Renjun masuk ke dalam kamar sang istri dan membereskan kamar tersebut, sekalian menyiapkan pakaian untuk sang istri.
***
Jaemin duduk menatap anak-anaknya yang akur tengah bermain, meski Lin banyak mengomel karena si kecil Luca akan meraih balok dan mencoba untuk memakannya. Jaemin akan melerai anak-anak mereka dan menghalau triplets untuk tidak memakan apapun yang mereka lihat.
"Sayang, kau di sini rupanya, aku mencarimu sejak tadi." Jaemin mendongak menemukan Jaehyun melangkah masuk ke dalam ruang bermain.
"Papi Jay!!!" Yoonhee memekik senang saat melihat Papi tampannya datang ke ruang bermain. Dia segera bangun dan berlari kecil mendekati sang Papi. Jaehyun segera menangkap tubuh sang putri yang nyaris jatuh.
"Hati-hati sayang, Papi tidak kemana-mana, tidak usah berlari." Jaehyun membawa tubuh Yoonhee mendekati Jaemin.
"Lelah? Wajahmu terlihat pucat" Jaemin menggeleng kecil.
"Kalian darimana saja?" tanya Jaemin.
"Kami harus pergi mengurus pekerjaan, maaf ya meninggalkanmu sendirian mengurus mereka." Jaemin menggeleng kecil.
"Itu tanggungjawab kalian, aku tak apa. Mereka sepertinya tahu jika aku sendirian jadi tidak banyak berulah, bahkan Yoonhee dan Lin membantuku menjaga adik-adik mereka, iya kan Yoonie sayang?" Yoonhee mengangguk.
"Yoonie dan Lin bantu mama jaga adik" ujar si kecil Yoonhee.
"Anak pintar, terimakasih ya sudah membantu mama menjaga adik menggantikan appadeul." Yoonhee mengangguk, sedangkan Lin lebih fokus pada adiknya, mengawasi adiknya agar tidak memakan balok lagi.
"Queen, tadi Taeil hyung dan Johnny hyung berpikir untuk membawa Lin dan Yoonhee ke acara tahunan, kami tidak bisa meninggalkanmu dengan mereka berlima, jadi kami sepakat membawa keduanya. Apa kau keberatan?" tanya Jaehyun, Jaemin menghembuskan nafas pelan.
"Coba tanya mereka, apa mereka mau diajak, kalau mau ya diajak saja, kalau tidak jangan dipaksa, nanti malah rewel di sana." ujar Jaemin, Jaehyun pun menatap kedua anak tertuanya.
"Yoonie, Lin, lihat Papi sebentar." kedua bocah itu menatap sang Papi, Lin bangun dari tempatnya dan duduk di depan Jaehyun.
"Papi, Papa, Appa, Daddy, Diedi, Diddi, Gege, dan Hyung akan pergi besok ke sebuah acara, tapi Mama tidak ikut karena Mama bawa adik bayi di sini, mama juga harus menjaga ketiga adik kalian, kalian berdua mau ikut kami ke acara?" tanya Jaehyun.
"Ada keik?" tanya Yoonhee.
"Ada sayang." jawab Jaehyun.
"Yoonie ikut!" ujar si kecil Kim.
"Mama ndak ikut?" tanya Lin sembari menatap sang mama.
"Tidak sayang, mama tidak bisa jalan dan berdiri lama-lama, jadi mama tidak ikut." jawab Jaemin.
"Lin jaga mama caja boleh, Papi?" tanya Lin, Jaehyun terkekeh gemas.
"Jadi Yoonie saja yang ikut?" tanya Jaehyun.
"Baiklah kalau begitu." ujar Jaehyun, Jaemin mengusap kepala putranya itu sayang.
"Hyung, awasi si kembar dulu ya, aku ingin ke dapur." Jaehyun mengangguk, dia bantu sang istri berdiri, sebelum membiarkan istrinya berjalan sendiri ke dapur, tidak lama pelayan datang membantu sang Nyonya Muda berjalan.
***
Hari dimana acara tahunan diadakan pun tiba, para suami Jaemin telah siap dengan pakaian formal mereka, tapi wajah mereka semua nampak kusut. Jaemin yang duduk di ruang tengah sembari mengawasi si kembar hanya geleng kepala. Lin berubah pikiran saat dia tahu jika ternyata di sana ada kue, akhirnya Yoonhee dan Lin pun memutuskan untuk ikut ayah mereka.
"Kenapa suami-suami Nana wajahnya kusut begitu?" tanya Jaemin.
"Kami tidak mau berangkat sayanggg~" rengek Jungwoo.
"Dirumah saja boleh tidak sih?" gerutu Shotaro.
"Sweetheart, aku menemanimu saja bagaimana?" Haechan menawar.
"Sudah sana, lebih cepat kalian berangkat lebih cepat kalian pulang." ujar Jaemin.
"Hahh~" mereka kompak menghela nafas bersama.
"Lin, Yoonie ayo pamit dulu pada mama." ujar Renjun. Kedua bocah itu segera mendekati mama mereka, menyentuh lutut sang mama.
"Mama, kami belangkat cama appadeul dulu ya" izin Yoonhee.
"Nanti Lin bawakan keik buat mama cama adik." Jaemin tertawa mendengarnnya.
"Sini mama cium dulu!" Jaemin mencium kening kedua anaknya meski sedikit sulit karena tertahan perut besarnya.
"Hati-hati di jalan ya! Kalau appadeul ngebut bilang, nanti appadeul tidur luar, oke?"
"Okkee!!!"
"Kami dengar loh sayang~" ujar Yuta.
"Makanya hati-hati nanti nyetirnya, ngga usah ngebut, ya?" para suami Jaemin itu mengangguk.
"Kami pergi dulu ya, jika ada apa-apa segera hubungi kami." ingat Taeil.
"Neee~"
***
Semua mata tertuju pada dua puluh dua Tuan Muda yang baru saja melangkahkan kaki mereka memasuki aula acara, di samping para Tuan Muda itu berdiri para sekretaris pribadi dan terpercaya mereka. Namun fokus para mata itu tidak pada para Tuan Muda saja, tapi pada dua sosok anak kecil yang ada digendongan Lucas dan Jeno.
"Siapa anak-anak itu?"
"Mereka sudah menikah? Bukannya belum ya?"
"Aku dengar ada kabar yang tersebar jika mereka semua sudah menikah diam-diam."
"Itu anak mereka? Kok terlihat sudah sangat besar"
"Siapa istri mereka?"
"Itu anak mereka? Yakin?"
Mengabaikan kasak-kusuk di sekitar mereka, Taeil selaku yang paling tua diantara Tuan Muda NEO lainnya mulai membuka acara tahunan itu. Yang tidak mereka sadari adalah, adanya sosok yang menatap mereka dengan tatapan penuh kebencian dan senyum licik.
"Membunuh satu dari dua anak itu rasanya tidak masalah, mereka hanya kumpulan Tuan Muda tidak berguna."
***
_99_
YOU ARE READING
[ALL X JAEMIN] OUR JAEMIN
Fanfiction⚠️‼️ B X B ‼️⚠️ ‼️Don't Like Don't Read‼️ Na Jaemin, 22 tahun, Guru TK. Karena kendala uang, dia harus rela pergi dari kontrakan kecil miliknya dan mencari tempat tinggal baru dengan uang yang terbatas. Malam itu saat dia sedang mencari tempat tingg...
![[ALL X JAEMIN] OUR JAEMIN](https://img.wattpad.com/cover/269436347-64-k733470.jpg)