Chapter 9 - Termodinamika

Comincia dall'inizio
                                    

"Tidak. Kembalikan benda itu, jika Anda tidak berminat. Aku akan menukarnya di tempat lain." Sagi menggerakkan telapak tangannya dengan gerakan meminta.

Tetapi si pemuda itu menggeleng pelan. Perhiasan seperti ini bernilai jual sangat mahal. Bahkan satu botol air mineral tidak sebanding dengan harganya.

"Baiklah, kau boleh mengambil benda itu."

Sagi menurut, dia mengambil botol tersebut. Lalu memutar tutup botolnya dan memaksa Fisika untuk duduk melantai.

"Apa yang lo lakukan?" marah Fisika.

"Minum buruan! Gue tidak mau anak orang mati gara-gara makan kertas."

Fisika tidak bisa menyahut. Mulut botol sudah masuk di dalam mulutnya. Dia meneguk air tersebut beberapa kali. Izar pun berhasil menyusul. Namun dia agak terkejut melihat Sagi sedang berlutut dengan satu kaki dan Fisika yang sedang duduk melantai.

"Apa yang terjadi?" tanyanya penasaran.

"Temanmu hampir membuatku mati."

Mata ink Sagi melotot Fisika dengan tatapan nyalang.

"Lo bilang apa? Gue berusaha menyelamatkan lo."

Sagi menarik tangan Fisika untuk segera berdiri. Fisika masih haus, sekaligus ia merasa sangat lapar.

"Apa mutiara hitam itu tidak bisa memberikan hal lain selain air botol ini?" Fisika bertanya pada si penjaga kasir.

"Ambil saja sesuai kebutuhan kalian. Tapi, dari mana orang seperti kalian berasal? Kalian pasti bukan dari sini?"

Fisika tidak berniat menjawabnya. Ia membiarkan Sagi dan Izar untuk mengurus, sedangkan ia sibuk mengambil setiap makanan ringan menggunakan keranjang dari tiap etalase. Ada pula beberapa makanan instan yang bisa dimasak langsung di tempat itu. Fisika memborong semuanya, walau huruf-huruf di kemasan terlihat aneh dan asing. Ia menggunakan pengamatannya sebagai media membaca.

"Apa ini cukup?" Fisika meletakkan sekeranjang penuh makanan di meja kasir.

"Lebih dari cukup. Tempat memanaskan makanan ada di pojok sana."

Fisika menoleh ke arah yang ia tuju. Sekarang, pikirannya hanya satu. Yaitu pergi makan sampai kenyang. Belajar aljabar bersama Sagi membuat perutnya bergemuruh minta di isi.

"Kami penyebrang. " Izar mengalihkan atensi si karyawan minimarket. Sementara Sagi memeriksa setiap sudut dengan pemetaan lewat lensa kotak khusus di mata kanannya. Bagaimana pun ceritanya, mereka harus bisa menyelinap ke bangunan yang berjarak 20 km itu untuk merebut kembali Flower Winter pertama.

"Kalian kubu luar?" Si Kasir tersenyum lebar. "Oh, jangan takut. Aku tidak akan mengatakan apa-apa. Hanya saja, kalian sangat keren untuk bisa sampai kemari. Lebih baik kalian mencari toko pakaian. Hari ini masih waktu berkabung, memakai pakaian selain warna putih akan dianggap kurang sopan."

"Ouh, kupikir putih adalah pakaian sehari-hari kalian," tukas Izar. Dia merasa salah menebak. Alam semesta 2728 pasti masih cukup normal untuk membebaskan soal berpenampilan.

Sagi berdiri di sisi Fisika yang sibuk memanaskan sebuah makanan cepat saji ke dalam oven. Butuh 3 menit sampai makanan di dalamnya benar-benar matang sempurna.

"Kenapa lo bisa kepikiran makan kertas, jika lo bisa makan yang lebih baik dari itu?"

Fisika yang tidak menyadari kehadiran Sagi, terlonjak saking kagetnya. Ia pun mengelus dada dengan kesal.

"Lo kayak setan tahu!" omel Fisika.

"Setan?" ulang Sagi dengan nada tidak terima. "Maksud lo, gue sehina itu? Asal lo tahu ya, gue itu---"

Fisika membekap mulut Sagi dengan telapak tangan.

"Iya, iya. Gue minta maaf," ucap Fisika. "Sekarang mending kita fokus sama ini oven biar cepat matang tuh makanan. Setelah itu kita bahas soal rencana menyusup untuk mengambil Flower Winter."

Sagi melirik ke arah oven yang dimaksud oleh Fisika. Lalu ia menurunkan tangan Fisika dari mulutnya.

"Termodinamika," ucap Sagi dengan tersenyum tipis.

Alis Fisika bertaut bingung saat mendengarnya.

"Termodinamika? Kayak kenal," sahut Fisika. Sedetik kemudian, dia mendadak sadar apa yang akan terjadi. "Tunggu!"

"Lo pasti gak tahu soal termodinamika, bukan? Tapi oven yang bekerja memanaskan makanan di dalamnya. Bekerja dengan prinsip tersebut." Sagi pun mulai menjelaskan apa yang ia tahu kepada Fisika.

"Termodinamika merupakan salah satu cabang ilmu fisika yang memusatkan perhatiannya pada energi. Terutama energi panas dan transformasinya."

Tepat saat itu, bunyi denting dari dalam oven menyelamatkan Fisika. Ia pun buru-buru mengeluarkan makanan dari dalam dan menyerahkan benda tersebut pada Sagi.

"Met makan malam Sagi. Lo pasti lapar bukan?" seru Fisika dengan wajah tersenyum lebar. Berharap, perhatian Sagi teralihkan.

___/_/_/___/____
Tbc






Kuanta (End)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora