(4) Sebuah Kebetulan?

Start from the beginning
                                    

"Kenapa menginap?"

"Mungkin mereka ada tugas yang harus dikerjakan sama-sama, Ma. Baskara minta aku kasih tahu mama langsung." Lanjut Andin. Tampaknya tak ada kecurigaan dari sang mama atas karangan cerita yang ia buat.

"Yasudah, kalau begitu. Asal jangan aneh-aneh saja." Balas sang mama dan melenggang pergi meninggalkan Andin yang dapat menghela nafas lega.

"Maafin aku ya, Ma. Aku gak mau mama kepikiran." Andin bergumam saat wanita itu telah pergi dari hadapannya.

Di ruang tengah, keluarga Mahendra sedang berkumpul. Sebelumnya sang mama terlihat memandu beberapa orang yang masih memasukkan barang-barang mereka dan sesekali menata dimana letak-letak barang tersebut. Sedangkan Aldebaran dengan sang papa duduk santai menikmati teh hangat yang baru saja disiapkan oleh asisten rumah tangga mereka.

"Roy belum pulang, Ma?" Tanya Damar pada istrinya.

"Belum, katanya pulang malam hari ini." Jawab Rossa.

"Sibuk sekali dia."

"Memangnya dia gak pulang ke apartemen, Ma?" Aldebaran ikut menimpali dengan pertanyaan.

"Tadi dia telepon mama, katanya mau pulang kesini."

"Ohh."

"Oh iya, tadi baru saja mama ketemu seseorang. Dia baik sekali. Dia bantuin mama pas mama lagi kesusahan menurunkan meja dari mobil pick-up." Rossa bercerita dengan antusias kepada putra dan suaminya.

"Seseorang?" Sang suami mempertanyakan.

"Iya, perempuan. Cantik sekali." Kedua pria itu saling memandang, sambil tersenyum.

"Mungkin seumuran dengan Roy. Rumahnya ada di ujung jalan jalur ini." Lanjut Rossa membuat Aldebaran curiga. Sepertinya ia tahu, akan kemana arah pembicaraan mamanya itu.

"Mama mau mengenalkannya dengan Roy?" Tebak Aldebaran.

"Kok Roy sih? Mama mau mengenalkannya sama kamu." Ujar Rossa seketika membuat kening Aldebaran mengerut. Ia beralih menatap sang papa yang hanya senyum-senyum membiarkan sang putra yang akan menjadi bulan-bulanan sang mama untuk didekatkan dengan seorang perempuan.

"Kata mama dia seumuran Roy. Kok jadi aku sih?"

"Iya, kelihatannya seumuran Roy. Tapi sepertinya akan lebih cocok sama kamu. Lagian Roy ceweknya banyak."

"Astaga, Ma." Aldebaran tertawa ringan. Ia sudah sangat memaklumi sifat mamanya yang begitu hambel dengan semua orang, bahkan pada orang yang baru ia kenal.

"Nanti deh mama kenalkan sama semuanya disini. Mama yakin Al sama papa akan suka. Dia gadis yang baik."

"Mama baru kenal loh." Peringat Aldebaran.

"Mama yakin." Rossa menjawab, yakin.

"Iya kan saja, Al." Serobot Damar, terkekeh ringan. Aldebaran pun mengangguk, tak mau membantah lagi.

"Jadi bagaimana ini, kok bisa ganti baju? Kalian belanja-belanja gak ajak mama ya tadi?" Rossa kembali menanyakan perihal sweater yang dipakai oleh Aldebaran.

"Enggak lah, Ma. Tadi pas aku dan papa mampir makan siang ke coffeeshop, aku gak sengaja ditabrak oleh salah satu barista disana saat baru kembali dari toilet. Bajuku basah dan kotor. Untungnya dia bertanggung jawab dengan meminjamkan sweater miliknya." Jelas Aldebaran.

"Oh my God." Lirih Rossa sambil melihat-lihat kondisi putranya.

"Tapi gak apa-apa kan?"

"Gak papa, Ma."

Forever AfterWhere stories live. Discover now