Kedatangan dan kepergian (2)

Mulai dari awal
                                    

Pria itu membungkukan tubuhnya dan membalikkan badan. "Mikael." Panggilan dari sang nona membuatnya menghentikan langkah kaki. Pagi itu, mentari terlihat sedikit menigintip dari belakang (Y/n), menyinari kota yang tadinya gelap. "Terimakasih atas kerja kerasmu," ujar sang gadis sembari tersenyum.

Sosoknya yang disinari matahari sungguh indah, memang nona mereka seindah itu. Sekali lagi Mikael membungkukan tubuhnya memberi hormat. "Ini memang tugas kami nona, saya... Permisi." Ucapan itu dia katakan, sang pria langsung pergi dari ruangan itu. Ini pertama kali Mikael mendengar ucapan itu langsung, selama dia melayani (Y/n) untuk 12 tahun.

Sebenarnya apa yang terjadi?

Terdiam kamarnya, (Y/n) langsung memegangi rambutnya. Sial, jika ini adalah alur dimana dia akan pergi ke Korea, maka (Y/n) bisa pastikan Gohyun tidak menyukainya. "Ah... ini akan sulit," ujarnya pasrah. Han Gohyun dan Min (Y/n) dalam fanficnya memiliki kenangan yang tidak mengenakkan, dimana (Y/n) hampir menghisap energi kehidupan milik Gohyun, untungnya kakak Gohyun berhasil menolong adiknya.

Karena itu pula Gohyun dipindahkan ke Korea lagi. Harusnya sekarang dia dan Jiwoo sudah menjadi teman baik. "Duh, ya sudah deh... Mau bagaimana lagi," ujar (Y/n) pasrah, meski pasrah jujur saja dia merasa tidak enak hati disini. "Maafkan aku anakku...," gumamnya merasa bersalah.

Sekali lagi dia menghembuskan nafas, (Y/n) sadar dia harus memperbaiki hubuangan antaranya dan Gohyun. "Baiklah, tidak ada gunanya mengeluh. Ayo aku! Kau pasti bisa," ucap (Y/n) menyemangati dirinya sendiri.

.....

Waktu berlalu, kini (Y/n) berada dalam toilet bandara sembari membasahi wajahnya. Siapa sangka setelah naik pesawat untuk sekian lama, dia mabuk udara. Hilang sudah image Min (Y/n) sebagai villainess dalam fanficnya. Mana orang-orang sekitar menatapnya dengan tatapan khawatir pula. 

Memutar kerah, sekali lagi (Y/n) hanya dapat pasrah. Apa yang terjadi-terjadilah, mau bagaimanapun juga dia kini hanya bisa pasrah. Mulai sekarang dia akan hidup sebagai dirinya saja dibandingkan sebagai Min (Y/n) yang dingin dan tegas, dia tidak bisa. "Nona! Aku membawakan perment mint, minyak angin dan semacamnya. Hu... aku sungguh khawatir," rengek Michelle menerjang pintu toilet itu.

Mengelap bibirnya dengan tisu, (Y/n) tersenyum kearah Michelle, tokoh buatannya satu ini sungguh manis. Setidaknya manis kepada (Y/n), Michelle Rafferty namanya. Remaja berusia 17 tahun yang juga mengabdi kepada (Y/n), dia sendiri memiliki kecerdasan diatas rata-rata. Namun karena hal tersebut, Michelle sering memilih untuk berpura-pura bodoh saja.

Manik lilac Michelle terpanah melihat senyuman pada bibir (Y/n), serabut merah menghiasi pipinya. "Terimakasih, tapi kita sudah membuang waktu cukup lama disini. Ayo kita pergi saja," ajak (Y/n) memecahkan tatapan kagum dari Michelle. Mengangguk-angguk nurut, Michelle membukan pintu toilet membiarkan sang gadis untuk lewat.

Tidak jadi dari depan pintu toilet perempuan terlihat Mikael berdiri sembari diam memperhatikan sekitar. "Mikael," panggil (Y/n) membuat pria itu melirik kearah mereka. "Nona apa anda baik saja?" Tanyanya khawatir. Mengangguk untik menjawab pertanyaan itu, (Y/n) mengambil langkah mendahului mereka. Jujur saja gadis itu memiliki rencana lain.

"Apa kita harus kembali kerumah?" Tanya (Y/n) membuat Mikael menatap nonanya dari belakang. "Tidak nona... Apa anda memiliki hal yang ingin anda lakukan?" Pertanyaan dari jawaban itu sudah jelas, karena jika tidak (Y/n) tidak akan menanyakan hal tersebut. "Ayo ikut aku pergi kesuatu tempat, aku ingin membeli sesuatu."

Melirik kearah jam di smartphone yang ia genggam, jika memang benar ini mengikuti laur cerita. Maka sekarang ini adalah saat dimana Klein bersaudara menculik Wooin. Yah, ini dapat menjadi kesempatan (Y/n) untuk memperbaiki hubungan dengan Gohyun.

.....

Bzzzt!

Suara panggilan telepon membuat Gohyun dan Jiwoo melirik kearah Jisuk. Melihat dari reaksi sang pemuda, sepertinya yang menelpon adalah orang yang cukup penting. "Wooin? Tidak, dia sudah pulang tadi ... Sekitar tiga jam, kenapa kau menanyakannya?"

Terdiam sembari mengelusi salah satu kucing Jiwoo, Gohyun tau kalau telpon itu pasti tidak akan dilakukan jika tidak ada hal yang darurat. Apalagi ini berhubungan dengan Wooin, teman mereka. "Jadi kau menelfonku untuk memberi tau bahwa union menelfonmu karna Woon tidak bisa dihubungi?" 

Disaat itu, manik biru Gohyun membola. Wooin bukan tipe seperti itu, apalagi mengingat dia adalah teman mereka. Beberapa skenario muncul pada kepala Gohyun. Dia berusaha berfikir positif seperti smartphone Wooin mungkin mati saat sedang memberi makan kucing atau semacamnya. "Wooin tidak mengangkat telfonnya?" Tanya Jiwoo memecahkan lamunan Gohyun.

"Ya, asosiasi menelfon Inhyuk. Karena itulah Inhyuk menelfonku. Lagipula dia bukan anak-anak, jadi kenapa mereka mempermsalahkan itu?"

Berdiri dari duduknya, Gohyun memakai almamater sekolah mereka. "Bukan begitu... Kalian pasti sadar jika asosiasi yang menelfon, maka Wooin tidak mungkin tidak mengangkat. Aku akan pergi memeriksanya, terserah kalian ikut atau tidak." Perkataan Gohyun membuat Jisuk menghembuskan nafas.

Jiwoo tau perkataan Gohyun itu benar, pemuda itu ikut berdiri dan memakai almamaternya. "Kau juga?" Tanya Jisuk menatap Jiwoo seperti sudah terbiasa. "Iya, aku juga mengkhawatirkannya," jawab Jiwoo jujur. "Kalian ini, bagaimana jika dia bersama pacarnya atau semacamnya?"

Mengedipkan matanya beberapa kali Gohyun menatap Jisuk dengan tatapan datar. "Kau yakin orang seperti dia punya pacar?" Tanyanya membuat Jisuk terdiam juga. Ketiganya dimakan kesunyian beberapa detik, membayangkan Wooin dengan kekasihnya. Tapi tidak ada yang terbayang didalam kepala Jisuk maupun Gohyun.

"Ya benar juga. Hah, kalian menjengkelkan." Ungkap Jisuk berdiri membuat senyuman mengembang pada jawah Gohyun. Jiwoo sendiri kini mengangkat sosok kucing oren gembul membuat Jisuk keheranan. "Kenapa dia dibawa?" Tanya Jisuk membuat Gohyun memutar matanya.

"Yah anggap saja dia sebagai anjing pencari atau semacamnya, benarkan Jiwoo?" Ucap Gohyun sembari memberikan jempol kearah Kaiden. Jelas saja kucing itu menatapnya seakan-akan ingin mencakar pemuda itu. "Benar, dia bisa membantu kita dengan penciumannya."

"Oh, dia mungkin memang berguna."

'Anak-anak nakal ini...' Geram Kaiden hanya dapat pasrah dalam gendongan Jiwoo. Jangan salah, Gohyun sendiri mengetahui bahwa kucing itu adalah Kaiden. Itu karena dia dan Jiwoo tinggal dibawah atap yang sama, dan bisa dibilang Gohyun juga adalah murid Kaiden.

—————————————————

Ohohoho~! Gohyun itu sifatnya unik, dia sendiri kadang sarkas tapi dia baik juga kok. Omong-omong ini akan ku tunjukan siapa abangnya Gohyun.

 Omong-omong ini akan ku tunjukan siapa abangnya Gohyun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nama : Han Dohyun

Umur : 25 tahun

Awaken : pengendali air

Berbeda dengan adiknya yang merupakan naga air, Dohyun sendiri adalah seorang merman. Dengan kekuatan pengendalian air yang mirip dengan sang adik. Hayo tebak dia calonnya siapa~

𝑈𝑛𝑟𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑡𝑖𝑐 𝐸𝑥𝑖𝑠𝑡𝑒𝑛𝑐𝑒Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang