Xiang menghela napas samar.

"Benar, Kak. Ada apa?" jawabnya sesantai mungkin, tidak mau membuat cemas manajernya yang sedang menguping. Para manajer sudah terlatih menyimpulkan isi panggilan Yang dari jawaban-jawaban singkat Xiang. Itu karena kesimpulan panggilan tersebut bisa saja berdampak pada karier mereka di Kevin Huo.

"Berhati-hatilah. Kau tentu masih ingat kata-kataku sebelum perekrutan ketiga, kan?"

'Sebelum perekrutan ketiga' adalah kunci pembuka ingatan kelam Xiang, belati yang senantiasa merobek parut dalam hatinya, dan bukti nyata ambisi Yang yang menyakiti orang-orang kesayangannya.

"Jangan tunjukkan kelemahanmu pada siapa pun, maka jangan pula jatuh cinta atau kita akan hancur bersama, A-Xiang."

Senyeri apa pun tusukan tak kasatmata di dadanya, Xiang berhasil menutupinya dengan senyuman.

"Terima kasih sudah mengingatkanku. Sampai ketemu di Shanghai, Kak Yang, jangan terlalu lelah."

Xiang tak membuang waktu mengakhiri panggilan begitu Yang mengucap salam.

***

China's Next Top Model pernah menjadi acara favorit Ling pada awal bekerja untuk Fenghuang Collection. Dalam acara itu, belasan model berkompetisi menaklukkan tantangan-tantangan runway dan pemotretan yang tak biasa. Menyaksikannya mengajari Ling menonjolkan sebuah desain atau konsep, lagi pula menonton penderitaan orang lain selalu menghibur. Ia tidak menyangka harus menghadapi penderitaan—tantangan serupa beberapa tahun kemudian.

Setelah ketinggian, lalu api, ya?

Meskipun cuma untuk lookbook dan iklan yang paling lama ditampilkan selama 30 detik, Kevin Huo tetap all-out. Mereka membentuk satu tim khusus untuk tengah malam ini, dipimpin oleh seorang teknisi api—atau piroteknisi—bersertifikat dari Australia, Cain Adams. Konsep pemotretan kali ini diharapkan mampu menarik konsumen luar negeri yang lebih mengenal fenghuang sebagai phoenix-nya Cina (walaupun aslinya bukan).

Ling sempat menonton beberapa video sampel yang Wei kirim padanya. Mengapa Wei dan bukannya staf kreatif, itu karena konsep iklan dengan api merupakan ide Wei yang langsung dapat suara bulat dari tim kreatif Kevin Huo. Sialan memang. Jadi adik bukan memudahkan hidup kakaknya malah menyusahkan.

Namun, Ling akui api memang berpadu cantik dengan warna hitam-merah-emas yang mendominasi koleksi Fenghuang. Dari beberapa fashion film dan behind the scene kiriman Wei, sang peragawati bisa membayangkan apa yang akan ia hadapi nanti. Sekali lagi jantungnya dibikin salto dalam iga; minyak tanah, tali, dan kembang api kini betulan ia dapati di set, sedang dipersiapkan oleh para piroteknisi.

Latar yang digunakan untuk syuting kali ini adalah Yuanmingyuan, (puing) istana musim panas peninggalan dinasti Qing di Beijing, lebih tepatnya di Labirin Wanhuazhen. Konon, pada malam festival pertengahan musim gugur, kaisar Qing akan duduk di paviliun oktagon di pusat labirin, menonton para selir yang masing-masing memegang lentera kuning berlomba mencapainya. Kevin Huo membalik konsep tersebut untuk iklan mereka: Xiang-lah yang nanti menyusuri labirin, sementara Ling akan menjadi hadiah besar yang menunggu di paviliun.

Meski Jiulong lebih jauh dari Beijing, mengurus izin shooting di Yuanmingyuan lebih sulit lagi berbelit, karenanya shooting di Jiulong dilakukan duluan. Pertama, reruntuhan itu merupakan warisan sejarah Qing yang berharga. Kedua, shooting kali ini menggunakan api yang mungkin akan mencederai Wanhuazhen. Tim piroteknisi konon sempat berdebat panjang dengan pihak berwenang sebelum diberi izin.

Sinting.

"Kau benar-benar mau membunuhku, ya?" tanya Ling sambil bersilang lengan kepada Wei yang—tumben-tumbenan—datang ke set.

Kevin Huo's Proposal ✅Место, где живут истории. Откройте их для себя