2

2K 185 0
                                    

Mungkin akan terlihat membosankan, tapi semoga kalian suka :)

Selamat membaca.

Jangan lupa like, komen, share✨

####

Author POV

"Serius, gue stress banget ini woy! Gila! Mereka suruh nyari ratu semut?? Gila tuh orang," umpat Eve kala perjuangannya selama satu jam tidak membuahkan hasil apapun.

Sudah malam kedua pendidikan karakter dibawah pengawasan beberapa guru dan anggota OSIS. Senter yang Adel bawa juga tidak memberi bantuan, hanya bisa menyoroti pepohonan dikegelapan. Sedangkan Ashel juga sama sibuknya mencari kertas bertuliskan namanya disekitar pohon itu. Sejauh ini baru ada empat nama yang didapat; Adel, Evelyn, Rosa, dan Angel.

"Ini kalo kasih tugas yang masuk akal ga bisa apa?" Adel ikut mengeluh sama seperti Eve. Jika beberapa menit ke depan hasilnya tetap sama mereka sudah berencana untuk mogok mencari. Benar-benar tugas abnormal menurut Adel dan kawan-kawan.

"Yang kasih tugas akalnya udah ilang Del, lu ga perlu tanya lagi," jawab Eve yang sudah menyerah dengan tugas yang diberikan. Ranting kayu yang tadi dia bawa pun dilemparkan ke sembarang arah. Kakinya berjongkok di tanah menunggu aba-aba kembali.

"Hitungan ke sepuluh semua kumpul!! Satu! Dua!! Tiga!!..." Suara senior pengawas terdengar menggema.

Mereka segera berlari kala mendengar seruan tersebut. Hanya Evelyn dan Adel yang terlihat malas berlari. Beberapa kali Ashel hampir terjatuh, namun Adel bisa menopang tubuh temannya itu agar tak terjatuh. Gerakan reflek Adel memang tak bisa diragukan.

Beberapa senior sudah berdiri menghadang, melipat tangan dengan angkuh seolah apa yang ada dihadapannya hanyalah kelinci percobaan. Diantara senior-senior ini ada Azizi, mood Eve semakin rusak melihat manusia itu. Bukan hanya Eve, Adel dan Ashel juga sebenarnya malas. Bukan hal yang menenangkan lagi jika ada manusia itu menurut Adel. Sudah pasti ada manipulasi disini.

"Pasti punya Ashel dia yang simpen," gumam Eve yakin. Mereka juga berpikir demikian tentunya. Ingin rasanya tangan Eve menjambak rambut Azizi sekarang.

Gaya sok dari ketua OSIS itu memang tidak ada dua. Tak heran Evelyn merasa jengah walau hanya mendengar namanya.

"Gimana yang gue suruh udah ketemu belom?" Seorang senior mendekati Adel menodongkan tangan meminta apa yang tadi diperintahkan. Adel merogoh kantong celana yang dia pakai, mengambil 5 gulungan kertas yang tadi mereka temukan. Gulungan itu berisi nama tiap anggotanya. Hanya saja tak ada nama Ashel disana.

Tampak jelas di depan sana Azizi menyeringai, walau sekarang posisi Adel menunduk namun ekor matanya dapat menangkap jelas hal itu.

'Terlihat licik dan menjijikan' batin Adel.

"Bentar, kalian berlima kenapa kertasnya cuma empat. Kalian niat cari ga sih?!" Senior tadi mulai mencari-cari masalah. Hal yang biasa terjadi dalam kegiatan seperti ini.

"Ya niat, makanya bisa ketemu ini," jawab Eve. Dia sudah tau kebusukan itu sejak awal. Tidak mungkin nama Ashel sendiri yang hilang. Mengapa tidak nama Adel atau miliknya saja yang hilang? Mengapa harus nama Ashel?

"Semut hamil Lo mana?!" Tagih senior lain pada Eve. Gadis itu hanya diam sambil menatap tajam senior yang ada dihadapannya itu.

"Jawab!" Gertak senior yang lain.

"Ga ketemu kak," Adel angkat bicara.

"Gue tanya dia, bukan Lo!" tegas senior yang bertanya pada Eve. Adel tak lagi merespon, dia malah menolehkan kepala ke arah lain.

Unexpected IIWhere stories live. Discover now