Bab 6

6.8K 967 41
                                    

Mario tak bisa memejamkan matanya barang sedikit pun. Pikirannya terus berkelana memikirkan wajah Dahlia yang sama persis dengan wajah istrinya. Apa karena itu sikap Bian cukup berbeda saat bertemu dengan Dahlia? Sepertinya Bian maupun Jordi tidak terlalu menyadari kemiripan Dahlia dengan Alisa. Terlebih Bian tidak pernah mengetahui wajah ibunya, yang anak itu tahu hanya rupa saat Alisa dan ia menikah dari sebuah foto yang terpajang di dinding rumah ini.

Drett dreett

Getaran ponsel itu berhasil mengejutkan Mario dari lamunan. Ia segera meraih benda pipih tersebut dan menemukan nomor ibunya tertera di sana. Tak mau ambil pusing. Mario mulai mengangkat panggilan tersebut. Padahal sudah dini hari namun ibunya selalu menelpon di saat jam seperti ini. Mario tidak punya alasan untuk tidak menerima panggilan ibunya di waktu malam. Karena waktu sibuknya sudah habis. Jadi mau tidak mau ia harus menerima panggilan ini meskipun rasa malas terasa lebih mendominasi.

"Halo Ma," ucap Mario singkat.

Sedangkan di seberang sana terdengar antusias saat panggilannya di terima. Karena akan sangat langka Mario bisa di telepon seperti ini. Lelaki ini lebih banyak memuntahkan sibuk dengan kerjaan sampai tak ada waktu untuk menerima panggilan dari ibunya.

"Rio, gimana udah dapat pengasuh untuk Bian?"

"Udah."

"Baguslah. Mama bukannya tidak mau mengasuh putra kamu. Tapi kamu tau sendiri kan. Bian itu nakal sekali. Apalagi dia sering hancurin barang-barang karena kesal. Mama tidak mau dia ngamuk dan pecahin guci kesayangan Mama lagi."

Mario menghela napas berat.

"Aku tau. Dan itu tak akan pernah terjadi lagi. Sekarang aku sudah menemukan pengasuh yang tepat aku tidak akan merepotkan Mama lagi."

"Jika tidak sibuk sempatkan untuk makan malam di sini ajak Siska juga."

Siska, pacar Mario hasil dari perjodohan sang Mama. Wanita itu memaksa Mario untuk ikut kencan buta dengan Siska yang baru saja pulang menyelesaikan gelar S2nya di Canada. Mario sempat menolak karena ia tidak mau memikirkan wanita lagi setelah kepergian Alisa namun ibunya terus memaksa mengatakan Bian butuh seorang ibu, dan Siska adalah wanita yang tepat untuk menjadi ibu baru untuk Bian. Namun nyatanya sudah satu tahun ia menjalin hubungan dengan Siska Bian tetap tak menyukai Siska sedikitpun. Sikapnya malah semakin nakal dan tak terkendali. Hingga anak itu bertemu dengan Dahlia baru kali ini Mario melihat putranya memeluk seorang wanita dengan penuh rindu. Mungkin kerena Bian merindukan ibunya yang sudah 4 tahun ini meninggalkannya.

Suara Mario terdengar kembali. Menolak usulan ibunya.

"Aku tidak punya banyak waktu untuk mengajak Siska makan malam. Yasudah aku tutup teleponnya. Aku ingin istirahat."

Tut

Ponsel itu terlempar kasar ke sembarang arah. Mario memejamkan mata, sekilas bayangan ia dan Alisa kembali menghantui pikirannya. Menimbulkan beberapa memori yang tersimpan rapi dalam otaknya kini kembali timbul.

Mengingat awal tumbuhnya Bian hasil kesalahan besar yang pernah ia perbuat. Mario tak sengaja menghamili Alisa di saat malam di mana ia tengah berpesta dengan teman-temannya. Hingga malam itu tak sengaja ia mabuk dan malah menyeret seorang pelayan di sebuah club itu dan menidurinya. Beberapa bulan kemudian dengan wajah penuh ketakutan wanita itu menemui Mario di perusahan dan mengatakan ia tengah hamil.

Seberengsek apapun Mario dia juga tak sejahat itu untuk tidak mengakui bahwa janin itu bukan lah darah dagingnya setelah menyadari malam itu Alisa masih perawan. Dan usianya masih terlalu belia untuk menanggung semua kesalahan ini. Ditambah Alisa hanya seorang anak yang terlahir dari panti asuhan yang tak sengaja di asuh oleh seorang nenek yang sudah rentan dan sakit-sakitan.

Pada akhirnya, Mario memutuskan untuk bertanggung jawab menikahi Alisa meskipun orang tuanya tidak setuju terutama sang Ibu yang bahkan tidak hadir di acara pernikahan mereka. Namun itu tak menjadi masalah. Sampai pernikahan itu terjalin, Mario mencoba menjadi suami dan ayah terbaik untuk mereka, ia menemani kehamilan Alisa hingga percikan cinta mulai tumbuh di hati keduanya.

Tiba sampai kecelakaan itu terjadi. tepatnya saat Bian masih berumur 3 bulan.

Kecelakaan yang merenggut istrinya. Yang membuat mereka berpisah selama 4 tahun ini. Alisa dinyatakan hilang dan beberapa minggu kemudian jasad nya di temukan di tepi sungai.

Tak terasa air mata mengalir dari ujung mata Mario yang terpejam. Mengapa dengan adanya Dahlia malah kembali menggali kenangan yang tak bisa ia lupakan dengan Alisa.

Ia merindukan istrinya. Kenapa wanita itu harus meninggalakannya secepat ini.

***

Pagi menjelang Dahlia sudah cukup sibuk dengan urusannya di dapur. Mempersiapkan sarapan untuk kedua majikannya. Kali ini Dahlia memutuskan untuk membuat masakan sederhana hanya menyajikan tumis kangkung asam pedas bersama ayam goreng dan sepiring sosis goreng beserta nugget yang sudah tersedia dengan nikmat, jika pagi Bian tidak terlalu suka makan roti itu yang membuat anak itu kadang merasa kesal karena harus memakan hal yang tak ia inginkan. Dahlia hanya menyajikan sosis dan nugget sudah membuat anak lelaki itu lahap memakan sarapannya.

"Kamu tidak menyiapkan roti bakar untukku?"

Lagi-lagi Dahlia terlonjak mendengar suara majikannya yang selalu mengagetkan. Dahlia menoleh ke belakang. Berbeda dengan penampilan Tuan Mario semalam, saat ini Tuannya hanya memakai kaus dan celana santai. Terlihat dari peluh yang menetes di pelipis, sepertinya Tuan Mario baru selesai berolahraga. Dahlia mencoba fokus, ia tak boleh tergoda untuk melihat lebih lama wajah tampan majikannya.

"Mohon maaf Tuan roti nya habis dan saya coba untuk menyiapkan sarapan lain. Saya liat di kulkas ada kangkung dan ayam jadi saya masak untuk sarapan Tuan."

Mario tidak menjawab ia kini malah memperhatikan masakan Dahlia yang masih mengepul panas di atas meja makan.

"Biasanya saya sarapan roti."

Dahlia mulai merasa tidak enak. "Kalau begitu saya akan pergi dulu keluar untuk membeli rotinya Tuan."

"Tidak usah. Untuk hari ini aku akan mencoba memakan masakan kamu."

Tanpa memedulikan wajah bingung Dahlia Mario mulai menarik kursi dan duduk di sana. Mengambil piring, memasukan nasi, tumis kangkung dan ayam goreng yang sudah siap ia lahap di meja makan.

"Bangunkan Bian dan ajak sarapan bersama."

Dahlia mengerjap lalu buru-buru mengangguk patuh.

"Baik Tuan."

Setelah kepergian Dahlia yang tergopoh menaiki anak tangga tanpa disadari sudut bibir Mario menyunggingkan senyum.

Wajah Dahlia memang mirip sekali dengan istrinya hal yang sangat ia rindukan, tetapi untuk sifatnya berbeda, Dahlia lebih lugu dan polos.

Berbeda dengan sifat istrinya yang pintar dan cukup pemberani. Satu kesamaan yang sekali lagi membuat mereka mirip. Dahlia maupun Alisa sangat berbakat dalam memasak.

Bersambung...

Ramaikan dengan vote dan komen yg banyak biar bisa up tiap hari.
Readers juga bisa baca part yg belum up di wattpad di karyakarsa ya.

Pembantuku IstrikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang