06. Quality Time

60 6 4
                                    

Di hari Sabtu ini Kiki, Jean, Aurel, dan Siska sedang berkumpul di kamar Wira. Tak ingin datang dengan tangan kosong, Aurel membawa camilan berupa lima buah donat, sedangkan Siska membawa lima gelas es kopi yang dibeli sebelum ke rumah Wira.

"Wir, gimana ceritanya lo bisa sakit perut?" tanya Aurel.

"Waktu itu lo belum cerita apa-apa di grup WA. Ceritain, dong," pinta Jean.

"Gue sakit perut gara-gara makan ayam goreng sambal kecombrang buatan Kakak gue. Itu ayam enak banget tapi ending-nya gue bolak-balik ke kamar mandi. Nggak lupa juga nyokap suruh gue minum obat," cerita Wira.

"Tumben amat lo sakit perut. Selama ini kan lo jarang sakit, udah gitu kuat-kuat aja kalau makan pedas." Aurel heran.

"Mungkin aja gue lagi apes, Rel."

"Kalau lo gimana? Ada cerita baru sama Kak Aiden, nggak?"

Jean mulai "menyenggol" Kiki. Begitu terdengar nama Aiden seketika rasa penasaran Aurel, Siska, dan juga Wira muncul. Mereka juga ingin tahu cerita selanjutnya antara Kiki dengan si kakak kelas.

"Kemarin siang gue makan mie ayam berdua sama Kak Aiden," ujar Kiki.

"SERIUS LO?!" keempat sahabat Kiki terkejut.

"Ya gue serius, lah."

Kiki bercerita panjang lebar mengenai kejadian siang itu, di mana Kiki nyaris mengalami pelecehan seksual yang dilakukan dua orang preman; hingga akhirnya muncul sosok Aiden yang tengah mengendarai motor kesayangan. Dengan senang hati Aiden menolong Kiki hingga kedua preman itu berhasil dikalahkan dan setelahnya mereka makan siang di warung mie ayam.

Aurel, Siska, Jean, dan Wira mendengar cerita Kiki sambil menikmati donat serta es kopi. Mereka membiarkan Kiki terus bercerita tanpa disela satu pun pertanyaan. Di antara para sahabat, Aurel dan Siska yang reaksinya paling excited. Harap maklum, jiwa fujo keduanya sedang membara.

"Seru banget cerita lo, Ki. Untung aja Kak Aiden nolongin elo. Kalau nggak ada dia udah pasti lo ternodai di tangan preman-preman itu," timpal Jean.

"Iya, rasanya lega banget pas Kak Aiden nolongin gue. Sumpah gue jijik pas dipegang-pegang sama itu preman," jawabnya.

"Lo cocok sama Kak Aiden. Apa lagi yang mau lo tunggu? Calon pacar udah ada di depan mata," celetuk Aurel.

"Sekarang gue tanya. Lo sendiri udah ada rasa sama Kak Aiden, belum?" tanya Wira.

"Gue nggak tahu sama perasaan sendiri, tapi entah kenapa gue deg-degan pas malam itu lagi video call sama Kak Aiden." Begitulah jawaban Kiki.

"Lo video call sama Kak Aiden? Gue pasti salah dengar," kata Aurel.

"Nggak, kok. Lo nggak salah dengar. Malam itu gue emang diajak video call sama Kak Aiden," jawab Kiki.

"Lo sama Kak Aiden ngapain aja pas video call?" Wira penasaran.

"Awalnya kan Kak Aiden telepon gue, eh habis itu dia minta gue langsung save nomor dia biar bisa video call sama gue. Jujur aja Kak Aiden ganteng banget walaupun cuma pakai kaus abu-abu."

"Baru sadar kalau Kak Aiden ganteng? Jadi sekarang lo jatuh cinta sama dia, dong? Cieeee... sohib kita on the way punya ayang." Aurel si kaum fujo meledek Kiki.

"Kalau lo beneran sama Kak Aiden gue mau kasih restu buat kalian berdua. Asalkan lo nggak lupa kasih pajak jadian buat kita-kita." Wira turut meledek Kiki.

"Aduh, gue nggak yakin kalau Kak Aiden bakal jadi cowok gue."

"Kok lo ngomong gitu, sih? Dari cerita lo aja udah kelihatan kalau Kak Aiden lagi berusaha pedekate sama elo," ujar Siska yang tak terima mendengar ucapan Kiki barusan.

I Found You [Fenson]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang