Malik pernah ke mall untuk sekedar nonton ataupun makan, bukan pernah lagi tapi Malik sering dengan mantannya dulu.

Dan kala sepasang kekasih jalan berdua agaknya berpegangan tangan adalah hal yang wajar, hampir saja Malik refleks meraih jemari Siwi untuk bertaut dengan miliknya sampai tertampar nyata kalau ia hanya sewaan, bukan yang sebenarnya.

Meski Siwi meminta afeksi sebagai syarat, tentulah Malik tetap meragu untuk mengenggam apalagi ini pertemuan pertama, padahal sejak tadi jemari mereka saling gesek namun tidak ada inisiatif saling meraih.

"Mau makan dulu ga? Gue belum makan siang, lagian filmnya masih lama."

"Boleh. Kak Siwi mau makan apa?"

"Hem Pizza?"

"Oke, let's go!" Malik ikut bersemangat, ia suka vibe yang dibawa Siwi bersamanya, kalau ini anime pasti ada efek bunga yang mengelilingi perempuan cantik itu.

Belum lagi kurang kegemasan Malik, Siwi sudah menunjukkan pesonanya lagi. Ia hanya lahap memakan pizza tapi mengapa begitu lucu dengan pipi yang menggembung dan hidung yang ternggelam?

Belum lagi saat tadi pertama kali Siwi mencicipi pizzanya, tangan dan kepala gadis itu bergerak begitu antusias sembari berkata, "Hmmm enak!"

Malik bahkan tidak percaya kalau perempuan itu lebih tua darinya.

"Kak Siwi?" Ada nada ragu saat Malik memanggilnya.

"Hm?"

"Mau coba pizza aku ga? Ini juga enak."

Malik menyodorkan potongan miliknya ke hadapan wajah Siwi, iya benar, Malik mencoba menyuapinya.

"Mau!"

"Ya udah buka mulutnya, aaaaaa."

Lalu senyum Malik merekah kala Siwi mengunyah, tanpa pemuda itu tahu Siwi menyimpan rasa gemas yang sama untuknya. Bagaimana tidak? Malik begitu lucu di mata Siwi, ia takut-takut memegang tangannya meski Siwi yakin kalau Malik ingin, lalu kini Malik ragu meski akhirnya berhasil menyuapinya sepotong pizza.

Ah, kurang gemas apa brondongnya itu?

Siwi menghentikan aktifitas makannya begitu Saras sang editor menelepon, tentu Siwi sebenarnya tidak ingin diganggu saat kencan. Tapi ini Saras, ia bisa mengamuk kalau Siwi tidak mengangkat panggilannya.

"Iya Ras?"

"Naskah lo sampe mana?"

Tidak ada basa basi sama sekali.

"Buset mba Saras, lo baru minggu lalu nikah. Lanjutin dulu kenapa bulan madunya jangan terror gue dulu."

Malik yang melihat perubahan ekpresi Siwi jadi memelas sedikit terkekeh, di depan matanya ada penulis yang sedang dikejar-kejar editornya.

"Eh kadal, di insta story lo, gue lihat ya elo lagi jalan-jalan. Naskah lo deadline Wi, maaf hanya sekedar mengingatkan." Sarkasme yang keluar dari mulut sang editor jujur saja membuatnya pening.

"Ini gue jalan-jalan buat cari inspirasi, gue sampai—," Siwi menutup mulutnya dengan tangan, takut Malik akan mendengar bisik-bisiknya. "—nyewa brondong buat dapet afeksi demi inspirasi— ehem!"

"ANJIR WIDIA, SERIUS LO?" Teriakan Saras membuat Siwi menjauhkan telinga sebentar dari ponsel miliknya.

"Kenapa kak?" Malik bersuara sekecil mungkin.

"Editor gue ngamuk."

"Eh itu gue denger ada cowok? Jangan bilang elo jalan sama brondong lo itu?" Saras menyela dan mau tidak mau Siwi mengaku.

SUGARUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum