Satu

21 3 1
                                    

Hainan mengedarkan pandangannya ke penjuru kelas yang sore itu sudah kosong. Ia meninggalkan lensa kameranya di sana dan dalam hatinya ia merapalkan doa agar lensa kamera yang belum genap sebulan ia beli itu agar tidak hilang. Ia bahkan harus menahan dirinya untuk tidak jajan karena menabung demi lensa kamera yang sudah ia idam-idamkan sejak dahulu.

"Gotcha!" gumamnya pada dirinya sendiri ketika melihat tas lensa kameranya masih ada di tempatnya, persis di sebelah tempat duduknya tadi.

Hainan bersiul sambil memasukkan tas lensa kameranya ke dalam ranselnya lalu melenggang keluar dari ruang kelasnya. Belum mencapai pintu ruang kelas, ponselnya yang berada di saku celana jins berdering. Sebuah pesan masuk terpampang di layar ponselnya yang menyala, ia baca dengan pelan-pelan dan sontak segera berlari bergegas menuju tempat parkir di mana motornya terparkir. Ada sesuatu mendesak yang harus membuatnya bergegas seperti orang kesetanan.

***

Hainan sengaja meletakkan telinga sebelah kanannya untuk mendengarkan sesuatu yang gaduh di luar unit apartemennya. Setelah mendapatkan pesan dari Nakula bahwa unit apartemen 302 yang ada tepat di depan unitnya akan ditempati oleh seseorang, ia bergegas pulang. Merasa tidak bisa mendengarkan apa-apa setelah ribut berkepanjangan di luar, Hainan akhirnya menarik dirinya dan menatap pintu apartemennya dengan perasaan bimbang.

Balasan pesannya kepada Nakula tadi belum mendapatkan balasan balik dan ia sangat gelisah karena hal itu. Selama ini Hainan tidak pernah merasa memiliki masalah di apartemen itu, hidupnya jauh dari kata riuh. Dan sekarang tiba-tiba ada seorang penyewa yang mengisi apartemen di seberang unitnya membuat dia sedikit takut. Praktisnya, Hainan takut dengan orang-orang yang belum ia kenal. Dan tentu saja kedamaian dalam hidupnya selama beberapa semester di apartemen itu akan berubah.

Hainan mengetuk-ngetukkan jarinya pada pipinya sembari memikirkan cara agar dia tidak perlu berpapasan dengan penyewa baru tersebut. Ia tidak ingin berbasa-basi karena ia tidak tahu harus melakukan apa selain melambaikan tangan dan berucap hai, lalu apa, apa yang harus dilakukannya. Hainan tidak punya teman selain Nakula dan itu semua jelas karena ia tidak bisa bersosialisasi dengan orang lain seperti kebanyakan anak seusianya. Ia selalu merasa cemas jika harus berhadapan dengan seseorang dan oleh sebab itu ia memilih untuk tidak melakukan hal yang membuat dirinya harus bertemu dengan orang lainㅡia menghindari obrolan kecil yang bisa membuatnya mati kutu.

Masih belum tersadar dari lamunannya, ponselnya yang ia letak di meja ruang tengah apartemen berdering kencang, seseorang meneleponnya. Sembari berjalan untuk segera menerima panggilan telepon itu, Hainan mengumpat dalam hati, merasa kesal bahwa ia mudah sekali terkejut oleh hal-hal kecil seperti itu. Hainan membaca sekilas nama yang tertera di layar ponselnya sebelum akhirnya menekan tombol terima dan meletakkan ponselnya ke telinga sebelah kanannya.

"Halo?" sapanya pelan, ia ingin marah tapi menahannya.

Ia mendengarkan suara di ujung sana mengatakan beberapa baris kalimat yang ditujukan padanya.

"Belum," sahut Hainan pendek, "Gue belum ketemu sih dan semoga tidak ada kesempatan untuk itu."

"Cari temen anjir, Nan. Lu mau selamanya berteman sama gua?"

Hainan mendengus kesal, "Emang lo enggak mau jadi temen gue selamanya?"

"Enggak." sahut seseorang di sana dengan singkat.

"Sialan!" gerutu Hainan lalu menghempaskan tubuhnya ke sofa.

"Nan, lu mah butuh temen, kali aja bonusnya dapat pacar, jadi orang mah jangan tertutup gitu."

Hainan memejamkan matanya, kalau Nakula sudah mode memberikan nasihat dengan sepenuh hati itu artinya ia tidak bisa mengelak atau dengan sengaja memutuskan sambungan telepon mereka, sebab Nakula akan memusuhinya dan ia akan kehilangan teman makan siang di kantin. Ia membiarkan Nakula mengoceh panjang lebar sedangkan dirinya menatap langit-langit ruang tengah apartemennya dengan kepala kosong, bahkan apa yang disampaikan Nakula tidak ia dengar sama sekali.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 09, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

KaleidoskopWhere stories live. Discover now