"Ibu, Roseanne sudah bilang kalau ibu gak perlu terima pesanan jahitan banyak-banyak," ucap Roseanne yang kemudian menyiapkan obat untuk ibunya.

"Maaf, Nak."

"Untung Prima sempat mampir dan telpon Roseanne, coba kalau dia gak mampir? Siapa yang bakal tahu kalau ibu lagi demam begini?" tanya Roseanne khawatir.

"Ih, masa ibu dimarahin?" rintih ibu Imji.

"Ih, gak, Roseanne gak marahin ibu tapi Roseanne khawatir, hm, ibu ikut pindah Jakarta aja gimana?" tawar Roseanne.

"Gak mau, ibu mau tinggal di rumah ini, peninggalan ayah kamu."

"Tapi nanti kalau ibu sakit lagi gimana?" tanya Roseanne.

"Kan ada Prima sama kakak ibu, mereka bisa datang kok," jawab ibu Imji.

Roseanne menghela nafasnya, "hm, oke, dua hari ini Roseanne tidur di rumah ya?"

"Jangan, kamu balik kost kamu saja, nanti kamu kecapekan, Nak," tolak ibu Imji.

"Gak kok, Roseanne lebih khawatir sama Ibu daripada khawatir kecapekan," balas Roseanne dengan keras kepala, sama persis dengan watak ayahnya dulu.

"Roseanne, ibu gak apa, beneran deh, besok juga sudah baikan," tolak ibu Imji sekali lagi.

"Gak mau, Roseanne mau urus Ibu, Roseanne sayang sama Ibu."

"Kalau emang sayang kapan kenalin cowoknya sama Ibu?" tanya ibu Imji yang kini mengalihkan topik pembicaraan.

"Ih, Ibu kok bahas ini lagi sih? Gak ada Bu, Roseanne belum punya," jawab Roseanne.

"Katanya sayang? Ayo, buruan cari," tuntut ibu Imji.

Roseanne menekuk bibirnya ke bawah, "cari di mana, Bu?"

"Kantor kamu? Gak ada gitu teman sekantor yang menarik perhatian kamu?" tanya ibu Imji.

"Gak ada, semuanya sudah pada mau nikah," balas Roseanne, tiba-tiba saja ia jadi merasa kesal karena ia kembali mengingat topik obrolan sehari-hari di kantornya itu.

"Hm, pasti ada satu yang jomblo, sama dia aja!"

"Ibu mah gitu."

Roseanne, ibu Imji benar, ada kok satu orang yang jomblo di kantor dan kamu kenal siapa orang itu.

♒♒♒

Jeffian sudah menghabiskan satu jam duduk seorang diri di lorong rumah sakit.

Ucapan ayahnya terus terngiang di otaknya, ia merasa sebuah beban besar baru saja diletakkan di kedua pundaknya. Jeffian tidak ingin kejadian yang ayahnya ucapkan terjadi.

Tapi, apa yang pemuda itu bisa lakukan?

Menikah?

Kekasih saja ia tidak punya.

Bagaimana ia dapat menikahi seseorang? Tidak mungkin kan jika ia menikahi sembarang orang yang tidak ia kenal hanya untuk membahagiakan orang tuanya?

Rupanya, jadi anak tunggal tidak selamanya enak.

Jika ia memiliki adik, pasti Jeffian akan menyuruh adiknya menikah terlebih dulu dan tidak terjebak dalam situasi tanpa pilihan seperti ini, di mana mau tidak mau kemauan ayah dan ibunya harus diselesaikan oleh dirinya.

"Apa gue coba cari di aplikasi dating ya?" gumam Jeffian.

Ah, tapi Jeffian tahu jika di aplikasi macam itu banyak orang bermuka dua dan biasanya mereka 'lebih menyeramkan'. Tidak, tidak, Jeffian tidak mau mencoba cara itu.

"Ya Tuhan, gue harus gimana," gumam Jeffian sembari memandang ponselnya bingung.

Atau ia mencari kontak teman-teman kuliahnya? Siapa tahu salah satu di antara mereka ada yang masih jomblo bukan? Tapi Jeffian tidak ada niatan untuk menikahi gadis asing, akan terlalu banyak perbedaan budaya dan ia tahu orang tuanya tidak akan menyukai itu.

Atau mungkin teman sekantornya?

Tunggu dulu, apakah ada teman sekantornya yang sedang tidak memiliki pasangan? Tampaknya semua memiliki kekasih, tunangan bahkan suami.

Kecuali ... Roseanne???

Jeffian dengan tidak sabar menunggu Elisa yang tak kunjung mengirimkan kontak Roseanne

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jeffian dengan tidak sabar menunggu Elisa yang tak kunjung mengirimkan kontak Roseanne. Apa yang membuat Elisa begitu lama?

Apa dia tidak tahu ada kondisi darurat di sini?

"Lama banget si Elisa," gumam Jeffian kesal.

Dan akhirnya Jeffian menerima kontak Roseanne dari Elisa, ia segera mengucapkan terima kasih sebelum ia membuka kontak Roseanne untuk menghubungi gadis berambut panjang itu.

Oke, sekarang apa yang harus Jeffian lakukan? Apakah ia harus take step by step atau lebih baik to the point dengan Roseanne?

"Oke, Jeffian, berpikir! Pikir! Apa yang harus lo lakuin?" gumam Jeffian pada dirinya sendiri, ia berpikir begitu keras, tidak hanya untuk tindakannya saat ini tapi juga untuk kedepannya. The benefits and the disadvantages, the gain and the loss, the plus and the mins, semua itu ia pikirkan secara matang-matang di otaknya.

Tapi semakin lama ia memikirkan hal-hal itu, kepalanya semakin berdenyut nyeri.

"Calm down Jeff, it's all or nothing, let's try," ucap Jeffian yang kini sudah meneguhkan niatnya.

"Calm down Jeff, it's all or nothing, let's try," ucap Jeffian yang kini sudah meneguhkan niatnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

♒♒♒

Hehe.

spicypastaaa 🍝

Self Forced MarriageWhere stories live. Discover now