The Lingering Pain

13 1 0
                                    

Siang itu aku memutuskan untuk tidur siang karena hanya aku sendiri dirumah. Orang tuaku masih bekerja, kakakku berada di sekolah, dan kebetulan bibi asisten rumah tangga sedang pulang ke rumahnya. Yeah, seorang bocah SMP sepertiku berada di rumah sendirian. Semua pintu dan jendela di rumah aku tutup kecuali pintu dan jendala di kamarku, aku biarkan dalam keadaan terbuka.

Dengan kondisi pintu kamar yang terbuka aku dapat melihat ruang tengah dari tempatku berbaring. Pencahayaan yang minim membuat ruang tengah terlihat lebih gelap dibandingkan dengan kamarku. Aku yang berada dalam kondisi setengah sadar samar-samar melihat bayangan putih menggumpal di area ruang tengah. Kutajamkan penglihatanku, bayangan putih menggumpal itu kini terlihat dengan jelas. Sosok wanita berbaju putih dengan rambut urakan berwarna hitam menutupi seluruh wajahnya. Posisi badannya seperti kepiting, kedua tangan dan kedua kakinya terbuka lebar hingga badannya sejajar dengan lengan. Seperti kepiting.. terdengar lucu, tetapi melihat langsung perawakan seperti itu sungguh tidak ada lucunya.

Wanita itu bergerak perlahan dengan kaku, aku yang menatapnya pun ikut terpaku. Lidahku seperti tergigit, jantungku berdegup dengan cepat, dan tanpa kusadari tubuhku mulai berkeringat. Semakin cepat wanita itu menggerakkan anggota geraknya menuju kearah kamarku semakin cepat pula degupan jantungku. Ingin mengalihkan pandangan tetapi tidak bisa.

Saat tangan putih pucat itu mulai merambati kasurku, rasanya aku ingin kabur tetapi tubuhku tidak sejalan dengan otakku. Tubuhku membeku, bahkan ketika tangan dingin itu telah meraih betisku, memperlihatkan kuku tajamnya yang mulai membusuk, aku hanya dapat menatapnya dengan kengerian. Ingin juga rasanya aku menangis dan berteriak tetapi seperti ada bongkahan batu besar mengganjal di tenggorokan, tidak ada satu suara pun yang keluar.

Ketika kuku itu menancap sepenuhnya di betisku lalu membuat goresan panjang sampai mata kaki, rasa perih menusuk itu terasa nyata. Aku berteriak keras sampai bisa kurasakan getaran pada pita suaraku sendiri. Aku berteriak keras sampai suaraku mendengung dalam telingaku. Kali ini suaraku dapat keluar, bersamaan dengan itu ibuku membuka pintu kamarku lengkap dengan pakaian kantornya.

"Adek tidur siang?" dengan nada santai ibuku bertanya, menyisakan raut wajahku yang sudah tak karuan dengan posisi terduduk.

"Mama gak denger aku teriak barusan?" aku merasa teriakanku bahkan bisa terdengar sampai ke rumah tetanggaku.

"Mama gak denger apa-apa, ini baru pulang kerja terus liat pintu kamarmu ditutup." Setelah itu ibuku meninggalkan kamarku untuk pergi ke kamarnya.

Aku dengan cepat mengecek betisku namun tidakada bekas goresan sedikitpun, tetapi samar-samar rasa perih itu ada.


Fin.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 23, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

d r e a m .Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang