"Hyung, berat" keluh Jaemin.

"Tiga sayang soalnya." Jawab Taeyong. Jaemin mendengus pelan mendengar itu.

"Subur sekali akunya, langsung tiga" gumam Jaemin, disertai kekehan.

"Di sini saja bagaimana? Tempatnya sepertinya nyaman." Mark mengeluarkan pendapat.

"Aku rasa begitu, ayo, Jaemin sendiri juga sudah terlihat lelah." Ujar Johnny sembari mengambil alih Jaemin dari Taeyong.

Mereka duduk diatas tikar, Taeyong membuka keranjang bekal yang mereka bawa. Johnny perlahan mendudukkan Jaemin.

"Hyung, ingin punya kebun seindah ini." ujar Jaemin sembari melihat bunga-bunga yang ada disekitarnya.

"Nanti hyung kabari Sehun hyung untuk menyisakan lahan depan dan belakang untuk kebun bunga, tapi janji merawatnya, mengerti?" Taeyong menatap Jaemin yang mengangguk.

"Kerjaanku hanya mengurus Yoonhee, Lin, dan ketiga anak ini, juga menulis novel, aku akan merawat bunganya disela waktu senggang yang kumiliki." Taeyong mengusap kepala Jaemin sayang.

"Nanti saat mereka sudah lahir, bantu Nana untuk merawat mereka ya?" ketiga suaminya itu mengangguk.

"Itu pasti sayang, tidak mungkin kami meninggalkanmu merawat mereka sendiri, belum lagi nanti pasti Yoonhee dan Lin rewel.." Jaemin tersenyum, dia lega para suaminya akan membantunya, tidak meninggalkannya sendiri.

"Yoonhee dan Lin, mereka berdua tumbuh selama dua tahun tanpa cinta dari kedua orang tuanya, mereka dibuang dengan alasan 'untuk hidup yang lebih baik', awas saja sampai orang tua mereka kembali dan ingin mengambil keduanya, aku tidak akan membiarkannya." ujar Jaemin, matanya menatap tajam ke depan dan tangannya terkepal erat.

"Kami juga tidak akan membiarkan orang tua mereka mengambil Lin dan Yoonhee, kami semua yang membesarkannya dan membanjiri kedua anak itu dengan kasih sayang dan cinta, tapi mereka tiba-tiba datang ingin membawa keduanya kembali. Tidak, tidak, kami tidak akan membiarkan itu." ujar Mark.

"Tolong nanti jika ketiga anak kalian lahir, jangan abaikan Lin dan Yoonhee dan jangan sampai kasih sayang kalian yang kalian berikan pada mereka itu berat sebelah. Karena biasanya, dari yang aku tahu, saat orang tua memiliki anak kandung, mereka akan lupa pada anak yang mereka angkat dan mengabaikannya, mereka akan lebih menyayangi anak kandung mereka dan kasih sayang untuk anak angkat mereka hilang secara perlahan." mohon Jaemin, dia tidak ingin Lin dan Yoonhee merasa tersisihkan saat semua suaminya memiliki anak kandung, meski ada yang tidak ingin memiliki anak, tetapi Jaemin tidak ingin Lin dan Yoonhee yang sudah terbiasa diberi kasih sayang oleh para ayah mereka tiba-tiba tidak mendapatkannya lagi.

"Kami usahakan sayang." ujar Johnny, Jaemin mengukir senyum tipis, dia menunduk, tidak bisa membayangkan jika Lin dan Yoonhee tiba-tiba diabaikan dan pergi darinya. Tiba-tiba kepala Jaemin memutar memori, dimana dia ingat Yuta, Shotaro, Ten, dan Hendery mengatakan akan menganggap semua anak yang lahir dari Jaemin adalah anak mereka, untuk saat ini entah mengapa Jaemin percaya akan ucapan mereka berempat.

"Kau memikirkan apa sampai keningmu berkerut begitu?" Johnny mengusap keningnya, sehingga mata mereka bertemu.

"Hyung..." Johnny tersenyum dan mengusap kepala sang istri sayang.

"Jangan memikirkan hal berat apapun untuk saat ini, semua akan baik-baik saja." ujar Johnny.

"Mm, aku hanya cemas." jujur Jaemin.

"Cemas?" tanya Mark memastikan, Jaemin mengangguk. Ketiga suaminya duduk di sekitarnya, mendekat padanya.

"Aku hanya tidak bisa membayangkan Lin dan Yoonhee, dua anak yang kita angkat, tiba-tiba mereka kebingungan karena semua berubah, ayah mereka yang biasa memanjakan mereka, memanjakan anak lain dan meminta mereka untuk selalu diam menerima keadaan. Lin dan Yoonhee yang biasa diberi kasih sayang, tiba-tiba tersisihkan. Tahu tidak, saat ini aku malah lebih percaya pada perkataan Yuta hyung, Taro, Ten hyung, dan Dery ge yang akan merawat anak-anak kalian, yang mereka juga akan merawat dan membanjiri Lin dan Yonhee kasih sayang." Jaemin terus terang saja akan apa yang mengganggunya.

"Kau tidak percaya pada kami?" tanya Taeyong.

"Aku percaya kalian, sangat percaya, tapi apa kalian bisa memegang ucapan kalian sendiri? Saat aku sendiri melihat keraguan di mata kalian baru saja?" tanya Jaemin.

"N-Ne?" Jaemin hanya tersenyum.

"Coba tata kembali pikiran dan hati kalian, ini yang aku maksud dulu, sebelum kita menikah, aku siap membina rumah tangga dengan kalian, mau mengandung anak kalian, aku mau menjadi ibu untuk anak-anak kalian, tapi kalian mau tidak menjadi ayah untuk semua anak yang aku lahirkan? Jika memang dirasa kalian kesulitan membagi kasih sayang pada anak-anak kalian, aku hanya minta dua hal-" ketiganya menatap Jaemin tepat di mata.

"-jika kalian kemungkinan besar tidak bisa membagi kasih sayang sama rata, tolong jangan buat mereka merasa jika merasa tersisihkan dan jangan buat mereka menangis, kalian bisa kan?" Jaemin menatap mata ketiga suaminya.

"Ne, kami akan lakukan, tapi kami juga akan berusaha memberikan kasih sayang yang sama pada semua anak." ujar Johnny.

"Benar, kami akan berusaha untuk itu." ujar Mark.

"Kami akan berusaha semampu kami." Taeyong berujar sembari menggenggam jemari Jaemin.

"Jangan sampai kepercayaanku pada kalian hilang, ne? Rumah tangga bukan soal aku dan kalian, tapi kita. Dan urusan anak pun juga sama, tidak ada anakku atau anak kalian, tapi anak kita, jangan sampai timpang sebelah. Dan aku harap saat kalian sedang berada di emosi tertinggi kalian, jangan sampai kalian ada di dekat anak kalian, aku tidak ingin kalian melampiaskan masalah kalian pada anak-anak tidak berdosa itu." ujar Jaemin.

"Bisa kan?" Jaemin menatap ketiganya kembali yang kini mengangguk mantap, Jaemin tersenyum melihat itu.

"Jangan bawa pulang masalah dari luar ke dalam rumah."

***

_91_ 

[ALL X JAEMIN] OUR JAEMINWhere stories live. Discover now