9. Bersama dia

Mulai dari awal
                                    

"Arzeno, tapi serius deh, gue jarang liat Lo ngobrol sama orang di kelas, kaya Lo minim interact banget."

"Gua lebih ke bingung mau bahas apa, jadi mending diem, takut ikut campur sama pembahasan mereka, atau ikut ngomong ya kalau ada pembahasan penting aja,"

"Hm I see i see,"

"Alya, ini kayanya harus gua lanjut dirumah. Kalau lanjut disini gak mungkin bisa,"

"Iya Zen, gue juga harus balik dan lanjut revisian, nanti kalau sketsa Lo udah, kirim ke email gue aja ya," Arzeno mengangguk setuju.

Dengan segera mereka membereskan peralatan yang tadi nampak berantakan. "Udah malam, Lo pulang naik apa?" Tanya lelaki itu.

"Ah gue dijemput kok,"

"Oke, hati-hati Al,"

Gadis itu tersenyum menampilkan mata bulan sabitnya, sembari melambaikan tangan. "You too, by the way it's nice to know you Arzeno," Sahut gadis itu yang malah membuat Arzeno ikut tersenyum melambaikan tangan.

Jantung gua kenapa?

Layaknya perasaan aneh yang memuncak dalam dirinya, Arzeno kebingungan, ia sendiri bahkan tak paham kenapa jantungnya terasa berdebar, wajahnya juga terasa memanas. "Perasaan tadi gua gak makan udang? tapi kenapa rasanya panas," Gumamnya pelan.

Ting!
Ting!
Ting!

Cewek Berisik

[Zeno0oo]

[Kenapa pulangnya lama sekali?]

[Aku merasa bosan😞]

[Sejak tadi sudah banyak menonton film]

[Udah berapa film?]

[12 film]

[Tapi semuanya bagus, aku suka!]

[Kamu kapan pulang?]

[ini mau pulang]

[Baiklah, hati-hati Zeno]

[Iya]

Lelaki itu melangkahkan kakinya segera, tak lupa sebelum pulang ia membeli makanan untuk tamu nya yang sudah tinggal layaknya ratu Elizabeth. Betapa lelahnya Zeno jikalau mengingat semenjak Katharina tinggal dirumahnya semuanya makin terasa lebih berat.

Jika biasanya ia hanya hidup seorang diri dan mengurus dirinya sendiri, kini justru ia harus mengurus orang lain yang ada didalam rumahnya, sungguh merepotkan.

-Statue Love-

Masih dengan risau suara layaknya bertengkar kedua lelaki itu masih bingung untuk mengetuk pintu terlebih dahulu, atau izin kepada sang tuan rumah terlebih dahulu kalau mereka ingin mengunjungi rumah sahabatnya itu. "Udah Lo chat Arzen aja dulu kal,"

"Yaelah, gak usah kali. Kita juga udah biasa dateng ke rumah dia, dateng pagi, siang, sore, malem, bahkan subuh juga tetep dibukain pintu sama Arzen."

"Ya tapi..."

"Ck. Han udah Lo ikutin aja jalan sesat gua."

"Yaudahlah terserah Lo." Raihan pasrah, jika Haikal sudah berkutik pasti tak ada yang dapat menganggu laki-laki itu. Mau tak mau mereka mengetuk pintu Arzeno dengan keras sembari memanggil nama sang pemilik rumah. "Zen, Lo ada di dalem kan?"

"Arzen buka woy! Bayar utang Lo! Cepetan keluar?!"

Plak!

"Anak tolol. Lo kira Lo kang renternir, jangan kaya orang gak waras ya Kal,"

Statue Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang