Terkejut

464 60 4
                                    

Pagi hari mendatang, Alyza mempersiapkan buku buku yang akan ia bawa untuk kelasnya. Kemudian setelah selesai dengan mengemasi buku bukunya, ia melangkah keluar dari kamar. Sebagai prefek Slytherin, Alyza ditempatkan dikamar yang khusus untuk dirinya sendiri. Sebenarnya menjadi prefek tak terlalu buruk baginya. Selain mendapat kamar tidur sendiri, Alyza menjadi orang yang suka disebut sebut.

Ia mengakui kalau dirinya dikenal oleh banyak orang. Meski dari mereka berbeda beda beranggapan, Alyza sering dijuluki 'Cantik yang jutek'. Padahal, Alyza hanya diam dan tak pandai bersosialisasi.

Menaiki anak tangga untuk keluar asrama, kehidupan yang baru Alyza mulai seketika lenyap begitu saja saat melihat Malfoy dan sekawan lainnya terlihat ingin masuk kendalam asrama. Pertemuan dengannya selalu membuat mood Alyza seketika turun. Entah karena apa, mungkin karena pemuda itu selalu meledekinya.

Walau tidak terlalu sering, tapi setiap kali melihat Draco, Alyza merasa sedikit ketakutan. Aura pria itu susah dijelaskan, kadang menatapnya tajam, menyeringai, meledeknya, semua yang pernah dia lakukan saat tak sengaja bertemu dengannya membuat Alyza trauma dengan sosok Malfoy.

Apalagi mengingat perkataannya tadi malam. Pemuda dengan mulut kebangetan jujur itu baru saja mengatakan dia jelek secara terang terangan. Sebenarnya Alyza tak merasa jelek, bahkan dia dan Pansy pun masih cantikan dia. Tetapi kalau Draco yang bilang rasanya kenapa seperti dicubit. Seperti, kenapa dia sangat jujur gitu loh?

"Well, well, siapa yang kita temukan?" Ujar Crabe menyeringai. Ia baru saja mencoba mengajak temannya untuk meledek Alyza sebagai gadis prefek yang bodoh dalam pelajaran.

Alyza memutar bola mata malas. Lihat, sekarang si botak gendut itu baru saja mau meledeknya. Apa dia tak mengaca kalau dirinya juga bodoh?

Terdengar tawaan menyeleneh dari sekawanan Malfoy. Tak menghiraukannya, Alyza melanjutkan langkahnya melewati mereka. Tetapi baru saja ia hendak melewati Draco, salah satu buku yang ia pegang tiba tiba jatuh dari tangannya, membuat Alyza mau tak mau berhenti.

Draco mengambil buku itu dan membaca tulisan disana, membuat Alyza buru buru beranjak mendekatinya. "Kembalikan bukunya, Draco."

Draco mengangkat alis tak minat melihat tangan Alyza yang meminta bukunya. "Nilai yang mengesankan, harmon!"

"Kembalikan bukunya, cepat!"

Draco tersenyum tipis, "Kemari, ambil sendiri."

Alyza menghela nafas kemudian melangkah mendekat untuk mengambil buku yang berada ditangan Draco. Namun pemuda itu malah membuat bukunya setinggi mungkin ditangannya. Tinggi Alyza yang hanya sedagu pria itu tentu tak dapat menggapai tangan panjang Draco, membuat gadis itu berdecak sebal.

"Berhenti bercanda, aku sebentar lagi ada kelas!" Seru Alyza.

"Aku kan menyuruhmu ambil sendiri bukan aku tak mau memberinya."

"Tapi kau meninggikan tanganmu!"

"Kenapa? Kau tak cukup buat ambil ini?"

Alyza menghela nafas menyerah. "Terserah, aku tak butuh lagi buku itu." Katanya lalu berbalik meninggalkan Draco.

Baru beberapa langkah tak jauh dari sana, pergelangan Alyza ditarik kembali. Alyza berbalik dan melihat Draco yang memberi bukunya. Dengan alis berkerut heran, Alyza menerima buku itu.

"Wajahmu seram, jadi aku kembalikan buku ini."

___

"Nilaimu sudah tidak bisa lagi ditoleransi, Mrs. Harmon."

Alyza mendongak takut takut melihat Professor Snape yang menulis sesuatu dikertas miliknya. Hari ini dia baru saja selesai tes ujian ramuan. Karena nilai dibagikan langsung, Alyza ditahan untuk membahas hasil ujian miliknya.

"i'm sorry, Professor." Alyza hanya bisa mengatakan itu. Dia memang tak sepandai orang orang. Kepindahannya dari beauxbatons ke hogwarts salah satunya karena ia bukan kumpulan orang orang pandai.

"Kau tau jika kau mendapatkan hasil seperti ini lagi, kau tidak akan lulus dari sini." Professor Snape mengangkat pandangannya pada Alyza.

"Kau sebagai prefek Slytherin akan dicontoh dan dilihat oleh kepala asrama yang lain. Jika kau terus ceroboh dengan nilaimu ini, aku takkan menanggungmu lagi."

Alyza menggigit bibirnya, "Bagaimana kalau aku tak bisa menjadi penerus prefek ini, professor? Aku pikir, Pansy lebih bagus berada diposisi ini."

Professor Snape beranjak mendekati Alyza. "Itu tidak perlu. Kau akan dapat pembelajaran privat bersama Draco Malfoy sebagai gantinya--"

Mata Alyza membelak, "Apa!?"

Professor Snape menatap tajam Alyza yang berseru terkejut. "Mulai nanti malam kau akan mempelajari ramuan lebih dalam. Malfoy sudah setuju agar kau tak menanyakannya lagi. Sekarang, keluar dan bereskan nilaimu."

Alyza segera melangkah pergi dengan ketakutan. Ini tidak mungkin. Yang benar saja, Malfoy menerima ini tanpa memberitahunya? Lagipula, ia pasti sudah sangat tau kalo mereka berdua tidak akan memulai jika tidak berantam.

Masuk ke asramanya dengan langkah yang terburu buru, Alyza akhirnya menemukan Draco yang duduk tepat di api unggun sendiri. Alyza beranjak menghampirinya. "Draco."

Pemuda itu menoleh dan mengernyit melihatnya. "Ya?"

"Apa apaan kau ini!? Kau menyetujui ajuan dari Professor Snape?" seru Alyza geram.

Draco mengangguk santai, "Kenapa? Bukannya kau membutuhkan nilai?"

Alyza menghela nafas, "Tidak denganmu!"

Draco mengangkat bahu. "Aku sudah menanda tangani kesepatakan itu."

Alyza mengatup bibirnya rapat rapat menahan kesal. Kenapa pria itu tak memberitahunya terlebih dahulu? Ini kan berhubungan dengannya.. Alyza rasanya ingin nangis saja.

Tak mendengar seruan dari gadis itu lagi membuat Draco kembali melihatnya. Terlihat Alyza tengah mengatur nafasnya yang melihat kearah lain. Mengetahui Alyza yang menahan nangis seperti itu membuat Draco mendengus geli.

Beranjak berdiri, Draco menaruh kedua tangannya disaku celana. "Kenapa harus nangis? Bukannya kau beruntung mulai hari ini bisa belajar denganku?"

Alyza mengernyit mendengar itu. Mengetetahui dia akan belajar privat bersama Draco saja sudah membuat Alyza menahan kesal, apalagi kalau mereka benar benar memulainya malam ini. Dan apa katanya? Beruntung? Alyza merasa ini adalah hari terburuknya.

"Aku tak pernah senang bersamamu, Draco!" Alyza menjatuhkan dirinya di sofa. "Aku bisa meminta ajuan untuk belajar sama Harry atau Hermione!"

Draco mengernyit tak suka. "Aku jauh lebih pintar dari dia."

"Menurutku, kalau aku sudah pintar seperti Hermione saja, aku pasti sudah sangat bersyukur." Alyza menghela nafas dan menunduk. "Kenapa kau menyetujuinya?"

Draco terdiam beberapa saat. "Karena Professor Snape akan memberiku nilai tambahan."

Alyza memutar bola matanya malas. "Nilaimu sudah sangat bagus, kau tak perlu menyetujui itu."

"Tidak cukup untuk ku." Draco kembali duduk disofa, menatap percikan api hijau yang menyala. "Seharusnya kau gunakan kesempatan ini sebaik baiknya."

"Aku yakin kita tak akan mulai belajar." jawab Alyza menolak keras. "Kau pasti terus meledek ku."

Draco menoleh melihat Alyza. "Kenapa berpikir begitu?"

Alyza membalas menatapnya. "Biasanya kan, kau selalu seperti itu."

"Aku tak pernah memulainya kalau kau lupa, Crabe yang mulai meledekmu."

"Tetap saja kau ikut ikut."

"Aku ikut saja, seru."

Jawaban Draco membuat Alyza mendengkus. Dia beranjak berdiri, "Dimana kita belajar?"

Draco menepuk badan sofa yang ia senderi. "Disini, setelah memastikan semuanya tidur."

Alyza mengangguk dan pergi tanpa tau tatapan Draco yang terus mengikutinya sampai ia benar benar menghilang dibalik tembok.

ATHREALWhere stories live. Discover now