Prolog

15.3K 97 0
                                    

Jederrrr. . . Suara petir yang bergemuruh dan juga hujan yang deras seolah menjadi pengiring lagu kematian bagi Sherly.

Jangan . . .tidak jangan bunuh mereka . .
Ayah . . .Ibu tidak . .

Hahaha... Lihatlah mereka, ini akan menjadi kenangan yang sangat menyakitkan untukmu .
Dorrrr. . .

Wanita itu terbangun, kenangan duapuluh tahun silam masih teringat jelas dalam pikirannya.

Setelah menembak kedua orang tuanya orang itu pergi. Sherly yang waktu itu masih berusia 5 tahun menangis terisak menghampiri kedua orang tuanya yang berlumuran darah.

Sher....ly .....

Ibu...
Sherly memegang tangan ibunya.

"Jangan menangis sayang. Maafkan kami belum bisa menjadi orang tua yang baik untukmu. Tapi ingatlah Sherly, kami akan selalu menyayangimu. Putri kami satu-satunya."

Itu adalah kalimat terakhir yang ditinggalkan ibunya. Tak hanya orang tuanya yang tewas pada malam itu namun pengasuhnya bibi Rosa serta dua penjaga rumah mereka juga tewas secara mengerikan. Sherly tak habis pikir kenapa pria itu tak ikut membunuhnya dan malah meninggalkan dia dengan semua penderitaan dan rasa bersalah karena tidak bisa melindungi mereka semua.

Setiap kali mimpi itu datang, tubuhnya gemetaran ,keringat dingin mulai bercucuran dan dia mulai mengamuk membuang semua barang-barang yang ada didekatnya.

Brengsekk. . Arggghh. . . Akan kupastikan kau mati ditanganku. . .

Nona .
Dian berlari saat mendengar keributan dari kamar majikannya, wanita itu mencari obat di dalam nakas dan segera memberikannya kepada Sherly majikannya.

Setelah meminum obat itu keadaan Sherly mulai tenang. Seperti biasa Diandra memeluk Sherly lalu mengusap-usap perlahan punggung wanita itu. Hal semacam ini sudah biasa terjadi bagi Diandra, membuatnya paham betul apa yang harus dia lakukan saat majikannya mulai mengamuk.

"Jangan beritahukan ini pada dia." Ucap Sherly saat mulai tenang.

"Baik nona."

Sherlylah yang mempekerjaan Diandra diapartemennya. Diandra adalah putri sulung dari Rosana, pelayan yang mengasuhnya sejak dia berusia satu tahun. Umurnya tak jauh berbeda dari Sherly. Hanya lebih tua tiga tahun dari Sherly.

Dia percaya pada Diandra bukan layaknya majikan dan pembantu, melainkan sebagai teman. Awalnya Sherly tak berminat mempekerjakan Diandra, namun wanita itu kekeh memohon kepada Sherly supaya bisa berada disampingnya dan menjaganya. Itu adalah wasiat yang ditulis ibunya pada Diandra. Sherly yang mengetahui itu akhirnya luluh menerima Diandra.

"Tuan mungkin sebentar lagi akan datang."

"Begitukah,akhirnya dia pulang juga." Ucapnya sambil tersenyum miring."Bantu aku bersiap Dian, aku harus menyambutnya."

"Dengan senang hati nona."

Hai readerss👋👋 ,aku hanyalah penulis abal abal. Jika kalian suka dengan ceritaku tekan bintangnya ya ⭐, dan jangan lupa untuk komen agar aku tau seberapa kalian suka dengan ceritaku ini. Terimakasih dan sampai jumpa di part selanjutnya.

 Terimakasih dan sampai jumpa di part selanjutnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
THAT CEO HE'S MINE 21++Where stories live. Discover now