"Ngapain sih lo, bukain pintu mobil buat gue segala."

                "Gue mau bantuin lo."

                "Mata lo buta? Nggak bisa lihat kalau tangan gue baik-baik aja? Minggir lo."

                Yeah. Begitu lah Alma.

                Jadi, mulai saat itu, Arka tak pernah lagi mau membukakan pintu mobil untuk Alma. Biarkan saja gadis menyebalkan itu berbuat sesukanya.

                Begitu sampai di tempat pernikahan, kedatangan Arka dan Elena membuat beberapa orang yang mengenali mereka, melontarkan kalimat menggoda. Elena tersipu malu selagi membantah ledekan mereka, sedang Arka hanya menanggapinya dengan candaan.

                "Kelihatannya bakal ada yang nyusul nih."

                "Definisi diem-diem kirim undangan ya lo berdua?"

                "Pantesan aja gue lihat akhir-akhir ini ada yang berseri-seri banget tuh muka."

                Arka menggelengkan kepalanya pelan sembari tertawa. "Ya udah sih, doain aja..." ujarnya membalas candaan teman-temannya.

Jawaban Arka membuat mereka semua bersorak girang hingga Arka semakin tertawa karena berhasil mengerjai mereka.

"Arka!" tegur Elena dengan tatapan tak percaya.

Arka merundukkan wajahnya agar bisa berbisik di telinga Elena. "Nggak apa-apa, El, kita kerjain aja mereka sekalian. Seru  tahu."

Elena menanggapinya dengan senyuman geli, namun wajahnya merona merah karena bisikan Arka yang membuatnya sedikit merinding, serta tatapan menggoda teman-teman mereka yang membuat Elena kesulitan membedakan mana lelucon dan mana yang tidak. Astaga, Elena, Arka cuma bercanda. Stop mikir yang nggak-nggak!

"Pantesan lo minta ditemenin sama gue, takut diledekin jomblo ya El, kalau datang sendirian?" Arka tersenyum miring memandang Elena. Mereka berdua sudah beranjak pergi menjauhi yang lain karena tak ingin mendengar ledekan teman-teman mereka lebih lama lagi.

Mereka memilih berdiri di salah satu sudut ruangan yang sedikit sepi, menikmati minuman di tangan mereka masing-masing, sembari melihat-lihat sekitar.

Elena mengangguk, wajahnya terlihat putus asa. "Tahu sendiri kan, gimana mereka kalau udah becanda. Aku sering capek ngejawab pertanyaan mereka."

"Makanya cari pacar, El." Ledek Arka.

"Nggak ah."

"Kenapa?"

"Kalau putus, capek move on-nya. kalau kamu?"

"Gue?"

"Iya. Terakhir kali punya pacar kapan?"

Dengan santainya, Arka menggelengkan kepalanya. Tapi setelah itu dia meringis malu. "Gue belum pernah pacaran."

"Hah?" tidak seperti biasanya, Elena yang santai dan cenderung pendiam tiba-tiba saja terlihat sangat terkejut mendengar jawaban Arka. "kamu... belum pernah pacaran?"

Arka menggeleng malu. Lalu ketika dia melihat Elena mengamatinya lekat-lekat, Arka yang merasa kesal, kini mencubit pipi Elena. "Apa lihat-lihat!"

"Aduh. Arka, sakit..." rengek Elena. Namun Arka malah tertawa geli, lalu melepas cubitannya.

"Kenapa sih, reaksi orang-orang selalu begini setiap kali tahu kalau gue nggak pernah pacaran." Rutuk Arka sembari meneguk minumannya.

Elena masih mengamati Arka, namun satu tangannya tampak mengusap-usap pipinya yang sedikit memerah. "Soalnya, aneh banget nggak sih, kalau kamu nggak pernah punya pacar."

MenungguWhere stories live. Discover now