10. Knowing the Truth

94 15 1
                                    

Mitsuya, lelaki berambut perak itu telihat sedikit kacau  belakangan ini dikarenakan hubungannya dengan Aiya. Sudah sekitar lima hari sampai saat ini ia tak dapat menghubungi Aiya, ia pun tak bisa menghubungi telfon rumah Aiya dan setiap kali ia pergi ke rumah Aiya, rumah perempuan itu terkunci rapat seolah Aiya dan Kakek Neneknya pindah dari sana.

Ia pun bertanya beberapa kali kepada teman kelas Aiya, namun jawaban mereka tetap sama bahwa Aiya tidak masuk sekolah karena sakit.

Namun, Mitsuya sudah mengunjungi semua rumah sakit yang ada di Tokyo selama lima hari tanpa henti itu, tidak menemukan keberadaan Aiya sama sekali.

Rasa khawatirnya semakin membuncah, ia telihat begitu kusut dan tak terurus.

Langkahnya membawanya pada sebuah kelas yang terletak di paling ujung lorong kelas tiga, ia baru mengetahui kelas Kato sehingga selama beberapa hari kemarin ia tak dapat bertanya pada lelaki itu.

Mitsuya berdiri di depan pintu kelas Kato, ia mengintip ke dalam kelas tersebut dan sama sekali tak melihat keberadaan Kato disana. Pikiran negatifnya mulai menguasainya, bagaimana jika ternyata Aiya benar-benar pindah bersama Kato tanpa memberitahunya?

Mitsuya segera menggeleng pelan dan memberhentikan seorang lelaki berkacamata yang hendak masuk ke dalam kelasny, "Maaf, aku ingin menanyakan seseorang." Ujar Mitsuya, membuat lelaki berkacamata dengan wajah datar itu jadi mengangguk pelan, mempersilakan Mitsuya untuk bertanya.

"Apakah di kelasmu ada... Ka-chan?" Tanya Mitsuya, ia benar-benar lupa siapa nama Kato sebenarnya.

Lelaki berkacamata yang berada di hadapannya jadi mengernyitkan dahinya, "Siapa Ka-chan yang kau maksud? Di kelasku ada banyak orang yang dapat dipanggil dengan sebutan Ka-chan. Ada Katsuki, Kanekogawa, Kaneki, Ka—" Ucapan lelaki berkacamata itu terhenti kala nama panggilan Mitsuya dipanggil dari arah belakangnya.

"Hei! Taka-chan!"

Mitsuya menoleh dan mendapati Kato yang sedang berjalan mendekat dengan tangan kanan lelaki itu memegang susu rasa stroberi.

Mitsuya kembali menoleh menatap lelaki berkacamata yang juga menatap Mitsuya dan Kato secara bergantian, "Terimakasih, orang yang kucari adalah dia." Ujar Mitsuya.

Lelaki berkacamata itu jadi masuk kembali ke dalam kelasnya sembari mengangguk pelan.

"Apa yang kau lakukan di kelasku?" Tanya Kato, meminum susu kotaknya sampai habis dan segera membuangnya ke tempat sampah milik kelasnya dengan gaya seolah sudah memasukkan bola basket ke ring.

Mitsuya berjalan pelan ke arah jendela, "Kau seharusnya tau." Ujar Mitsuya dengan pernyataan yang begitu ambigu.

Kato mendekat, "Ya, aku memang tau segalanya." Ujar Kato dengan ekspresi wajah yang congkak.

Mitsuya menatap Kato dengan tatapan tajam, "Aku tidak dapat menghubungi Aya, teman kelasnya menjawab hal yang sama kalau ia sakit, telfon rumah tidak dapat tersambung dan rumahnya terlihat tidak berpenghuni. Kemana sebenarnya ia dirawat?" Tanya Mitsuya, tatapan mata lelaki itu begitu sendu.

Kato jadi merasa iba karena Mitsuya sama sekali tidak mengetahui akan hal ini. "Ia dirawat di Kanada, karena kedua orang tuanya kerja disana, Kakek dan Neneknya yang pergi mengantar Aya ke Kanada untuk mendapatkan pengobatan yang lebih intensif. Kau... Tau sendiri 'kan kalau kondisi tubuh Aya tidaklah baik-baik saja bahkan sangat mengkhawatirkan?" Jelas Kato mampu membuat Mitsuya melebarkan matanya dengan kecewa.

Ia kecewa pada dirinya sendiri, ia mungkin masih dapat menjenguk Aiya setiap hari sejauh apapun perempuan itu dirawat, namun ia tak mengira bahwa pereempuan itu akan dibawa sampai ke luar negeri dan sudah berbeda benua dengan Jepang.

Captain | 𝐌𝐢𝐭𝐬𝐮𝐲𝐚 𝐓𝐚𝐤𝐚𝐬𝐡𝐢 ✓ Where stories live. Discover now