"Perutmu sudah mulai terlihat ya?" Yuta mengusap perut Jaemin yang mulai membuncit.
"Sejak awal sudah mulai terlihat hyung, ada tiga, dan sepertinya sehat semua, jadi tumbuhnya lebih pesat." ujar Jaemin sembari mengusap punggung tangan Yuta yang ada di atas perutnya.
"Pasti akan sangat melelahkan membawa tiga sekaligus." Jaemin tersenyum.
"Tapi aku senang membawa mereka, Tuhan masih sangat baik memberiku kesempatan mengandung tiga malaikat kecilnya," ujar Jaemin, Yuta tersenyum kecil mendengar itu, dia ingat saat Jaemin tidak bisa tidur hanya karena terbayang wajah anaknya yang mati keguguran gara-gara ulah 'ayahnya' si Hao Yu.
"Mm, jadi jangan sedih lagi ya?" Jaemin mengangguk kecil.
"Putramu, pasti sudah benar-benar bahagia di sana." Jaemin menatap kakinya sebelum dia menatap Yuta.
"Sebenarnya hyung, dua malam ini aku bermimpi tentangnya lagi, tapi bukan dalam sosok yang mengerikan dan berdarah-darah, dia terlihat seukuran Lin saat ini, tubuhnya gempal, tangan dan jemarinya gemuk, lucu sekali dia, pipinya juga chubby. Malam pertama aku memimpikannya, dia terlihat menangis. Aku mendekatinya dan bertanya apa yang membuatnya menangis, dia menjawab Mamaku sudah punya bayi baru dan akan melupakanku." Yuta mengusap bahu Jaemin.
"Kau mengenalinya saat pertama kali bertemu?" Jaemin mengangguk.
"Apa jawabanmu pada anakmu?" tanya Yuta.
"Aku menjawab, aku tidak akan pernah melupakannya, bayi yanga ada di dalam perutku, adalah adiknya juga, aku mengatakan jika aku akan menceritakan sosok kakak mereka pada ketiga bayi yang masih ada di dalam perutku." ujar Jaemin.
"Di malam kedua, dia menangis namun bukan tangis kesedihan, dia menangis sambil tertawa, dia mengatakan jika dia sudah rela aku punya bayi lagi, dia senang melihatku tersenyum, dia sennag bisa melihatku, dan dia senang aku memeluknya, karena memang itu adalah kali pertama dan terakhir aku memeluknya, setelah itu dia mengatakan dia tidak akan muncul lagi, dia akan pergi ke tempat yang jauh, tempat yang tidak bisa kugapai. Aku... merelakannya, mengikhlaskannya, meski sangat berat." ujar Jaemin melirih di akhir.
"Kau sudah melakukan yang terbaik, dia pasti sudah bahagia di surga sana, dia sudah tenang, dna aku yakin dia pasti juga bangga punya mama sehebat dirimu." Jaemin tersenyum mendengar penuturan Yuta.
"Jangan bersedih lagi, seperti katamu, dia mungkin tidak ada saat ini, tapi hatimu akan terus dan terus mengingatnya. Dia sudah tenang, jangan sedih lagi, ne?" Jaemin mengangguk.
"Ma, ayo belangkat!" jemari kecil Lin menarik-narik celana yang ia kenakan. Jaemin menunduk dan tersenyum.
"Iya sayang, ayo berangkat!" saat Jaemin hendak menggendong Lin, Yuta lebih dulu menggendongnya. Mereka segera turun dan melihat Chenle dan Yoonhee ribut.
"Yoonie mau duduk depan! Pokoknya duduk depan!"
"Yang di depan Mama, bukan Yoonie."
"Kalian kenapa sih? Yoonie nanti duduk belakang dengan Mama dan Lin, yang duduk depan nanti Gege dan Papa Yuu." ujar Jaemin menengahi keduanya.
"Maaaa-" Jaemin mengusap kepala Yoonhee.
"Duduk di belakang sama mama ya? Menemani Mama dan Lin, oke?" Yoonhee pun mengangguk kecil.
"Lain waktu, kalau Yoonhee sudah lebih besar, Yoonhee bisa duduk depan." ujar Yuta. Yoonhee punya hanya bisa mengangguk.
"Ma, nanti ec klim boleh?" tanya Lin.
"Kita lihat nanti, oke?" Lin mengangguk.
"Oke!!!"
Saat mereka sudah duduk di tempat masing-masing, dan Yuta sudah ada di depan kemudi, jendela diketuk seseorang.
"Ten hyung?" Jaemin menurunkan jendelanya.
"Ada apa hyung?" tanya Jaemin.
"Mau kemana?" tanya Ten.
"Mau jalan-jalan, tidak tahu kemana, ada apa? hyung mau ikut?" tanya Jaemin lagi.
"Aniyo, aku masih harus kembali ke tempat spa dan salon, aku pulang karena mengambil sesuatu, sayang, bisa aku pesan sesuatu?" tanya Ten, Jaemin mengangguk.
"Ne, Papa cantik mau pesan apa?" Ten tersenyum lalu mengeluarkan secarik kertas.
"Ini, sekalian dengan kartuku, nanti belinya pakai kartuku saja, jangan pakai kartumu, oke?" Jaemin mengangguk.
"Nanti langsung dikirim ke tempat Papa cantik?" Ten mengangguk.
"Apa bisa sayang?" Jaemin mengangguk.
"Bisa" Ten tersenyum, dia memasukkan kepalanya sedikit dan mencium pipi chubby Jaemin.
"Menggemaskan sekali, Yuta hyung menyetirnya hati-hati!" ingat Ten pada Yuta setelah mencium pipi Jaemin.
"Aku tahu~ kami duluan!" Ten mengangguk. Setelah dia mengeluarkan kepalanya, Yuta menjalankan mobilnya, terlihat dua bocah kecil itu melambaikan tangan. Ten terkekeh, dia meraih ponselnya dan mengangkat telpon dari seseorang.
"Halo? Ada apa, Mark?"
"Segera datang ke tempatku, hyung, aku butuh bantuanmu."
"Okay!"
***
_88_
YOU ARE READING
[ALL X JAEMIN] OUR JAEMIN
Fanfiction⚠️‼️ B X B ‼️⚠️ ‼️Don't Like Don't Read‼️ Na Jaemin, 22 tahun, Guru TK. Karena kendala uang, dia harus rela pergi dari kontrakan kecil miliknya dan mencari tempat tinggal baru dengan uang yang terbatas. Malam itu saat dia sedang mencari tempat tingg...
![[ALL X JAEMIN] OUR JAEMIN](https://img.wattpad.com/cover/269436347-64-k733470.jpg)