To Do List yang harus Doyoung capai di usianya yang hampir menginjak kepala 3 adalah hamil dan memiliki seorang bayi. Tapi bagaimana bisa dia bisa hamil tanpa menjalin hubungan?
Disisi lain, trauma Jaehyun pada kisah asmara membuatnya enggan menjal...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Hiruk piluk keramaian Kota Seoul membuat Doyoung tersenyum. Rindu. Satu kata itu yang melekat saat pertama kali setelah sekian lama tak merasakan keramaian ini. Tugas Pengabdian di daerah terpencil membuatnya terpaksa meninggalkan Kota Pusat Hallyu ini untuk sementara. Juga, lantaran di departemennya, dia termasuk paling muda diantara dokter senior Pediatri, terpaksa mengalah. Toh ini juga merupakan salah satu langkah pendekatan Rumah Sakit tempatnya bekerja untuk mendukung program pemerintah. Terlebih, tugas ini merupakan tugas mulia. Yang tentunya hati lembut seorang Kim Doyoung pasti akan tergugah.
Doyoung memutar roda kemudinya, memarkirkan mobil yang dibelinya satu tahun lalu dengan baik. Meski bukan mobil mahal, setidaknya mobil ini mampu membawa Doyoung menyusuri jalan tanpa harus merasa lelah, kepanasan atau kehujanan. Uang tabungannya tak akan sia-sia selama dia masih mampu memberi manfaat pada pemiliknya.
Doyoung melangkah memasuki gedung. Sesekali membungkuk sapa saat bertemu dengan para dokter senior dari berbagai departemen. Hingga kakinya sampai pada lorong yang lumayan sepi. Planket di atas lorong itu tertulis "Departemen Pediatri". Langkahnya berhenti saat sampai di pintu paling ujung sebelah kanan. Pelan, Doyoung memutar engsel dan mendorong kayu persegi panjang itu. Matanya menelisik ke dalam ruangan itu. Masih sama seperti terakhir dia meninggalkan ruangan kebesarannya. Doyoung dalam hati berucap terimakasih pada OB karena selama dia pergi, mereka membersihkannya tanpa memindahkan barang di sana. Serasa pulang ke rumahnya.
Doyoung mengusap papan nama di meja yang bertulis dr. Doyoung, Kim. Spesialis Bedah Anak. Senyum kecil terulas di wajah manisnya. Melirik jam tangannya sebentar sebelum meletakkan tas dan keluar ruangan.
Jam makan siang. Doyoung tak boleh melewatkan momen langka melihat para sahabatnya terkejut akan kembalinya. Dengan langkah riang, Doyoung menuju cafetaria Rumah Sakit dan benar saja, dua sahabatnya sedang makan di meja yang selalu menjadi favorite mereka. Wajah lesu kedua pria manis itu cukup membuatnya ingin tertawa. Sudah biasa, karena memang tugas seorang dokter mampu menguras tenaga, pikiran dan hati. Hahahaha....
"Kamjjagiya!" Pekik Ten dan Taeil saat seseorang menepuk pundak mereka cukup keras dari belakang. Saat menoleh dengan sejuta umpatan di ujung bibirnya, mereka malah melotot melihat si pelaku.
"DOYOUNGIE???!!" Doyoung? Hanya tertawa menanggapi respon spontan keduanya.
"Yak!! Kau sudah kembali? Kenapa tidak mengabari kami?" Pertanyaan Taeil diabaikan. Pria berwajah bak kelinci menggemaskan itu meraih botol yoghurt dan sedotan milik Taeil di depan nampan makannya.
