07. He Feels Angst

114 18 2
                                    

Setelah satu minggu berlalu sejak Aiya yang dibawa ke rumah sakit oleh Mitsuya, lelaki berambut perak itu mendengar kabar bahwa Aiya sudah kembali bersekolah lagi hari ini.

Dan kebetulan pada hari ini, segala kegiatan klub sudah dibuka kembali sehingga ia dapat bertemu dengan Aiya secara langsung sehabis kegiatan klub selesai. Itupun kalau Aiya diperbolehkan untuk mengikuti kegiatan klub, bisa saja perempuan itu mesti banyak-banyak beristirahat karena baru saja diperbolehkan melakukan rutinitasnya.

Mitsuya menghela napas gusar, ia mengacak wajahnya dengan frustasi dan dengan tidak sengaja ia membuat pensil yang sebelumnya berada pada genggamannya kini menjadi patah dan terbelah dua.

Seorang lelaki yang memiliki potongan rambut undercut dan merupakan teman kelasnya itu, menoleh ke arah Mitsuya dengan kaget. "Takashi, apa yang membuatmu marah?" Tanya lelaki tersebut.

Tanpa menoleh, Mitsuya menjawab dengan singkat dan seadanya. "Jangan tanya padaku, Yuuki." Ujar Mitsuya.

Lelaki yang disebut Yuuki itu malah mencibir Mitsuya, "Dasar gila."

Mitsuya mendengus keras mendengar cibiran yang Yuuki lontarkan, namun ia tak memberikan respon banyak dan kembali fokus pada pikirannya sendiri.

Saat masih terfokus pada pikirannya, bel pulang berbunyi keras ke seluruh penjuru sekolah membuat Mitsuya bergegas keluar kelas dan menuju ke ruang klub menjahit.

Namun baru saja membuka pintu ruangan dengan kunci yang ia miliki, ia jadi tersentak pelan kala menyadarinya bahwa hari senin tidak ada kegiatan di klub menjahit.

Mitsuya merutuki dirinya sendiri, namun ia berakhir dengan memasuki ruang klub dan terduduk diam di kursi miliknya.

Jemarinya bergerak untuk mengambil sebuah kaleng permen yang ia simpan di laci meja menjahitnya, merk permen yang ada padanya saat ini adalah permen yang sangat disukai oleh kedua adik perempuannya, ia bahkan membuatkan boneka berbentuk kaleng permen tersebut untuk adik perempuannya.

Perhatiannya teralihkan oleh suara pintu yang terbuka, ia mematung seketika kala melihat seseorang yang saat ini berjalan mendekat ke arahnya dengan senyuman lebar.

Mitsuya masih terdiam sampai perempuan yang berjalan mendekat itu tepat berada di hadapannya dan mulai membuka suaranya dengan canggung, "Taka-chan, aku—" Belum sempat memberikan pernyataan, Mitsuya lebih dulu memotong ucapan perempuan tersebut.

"Apa yang kau lakukan disini, Aya-chan?" Tanya Mitsuya, berhasil mengalihkan tatapannya ke arah lain dan tidak ingin memandang wajah Aiya saat ini.

Aiya yang baru pertama kali mendengar Mitsuya berucap dengan begitu dinginnya, jadi tersentak sedikit. "A–aku ingin meminta maaf soal—" Ucapannya dengan suara gugup itu iembali terpotong kala lelaki berambut perak yang ada di hadapannya saat ini beranjak dari duduknya dan bangkit untuk berdiri, lalu menatapnya dengan wajah tanpa ekspresi.

"Meminta maaf soal apa? Soal demam mu yang merepotkanku atau hal lain?" Tanya Mitsuya sembari berjalan keluar dari lingkup mejanya, dan berdiri di samping Aiya dengan saling tatap.

Jarak antara keduanya begitu dekat sehingga Aiya mengalihkan wajahnya ke arah lain, suaranya tak bisa keluar saat ini untuk memberikan penjelasan.

"Sebenarnya apa yang kau lakukan, Aya-chan? Kenapa kau ada disini? Kau tau 'kan kalau hari senin tidak ada kegiatan di ruang klub menjahit? Lalu untuk apa kau datang kesini? Menemuiku? Bagaimana jika ternyata aku tidak membuka ruang klub?" Seruntut pertanyaan dari Mitsuya dengan intonasi suara yang menandakan bahwa lelaki berambut perak itu sedang marah padanya.

Aiya tak sanggup menjawab beruntun pertanyaan Mitsuya, sehingga ia hanya terdiam sembari menatap ke dalam mata Mitsuya, menunggu lelaki itu mengucapkan segalanya.

Captain | 𝐌𝐢𝐭𝐬𝐮𝐲𝐚 𝐓𝐚𝐤𝐚𝐬𝐡𝐢 ✓ Where stories live. Discover now