"Selamat bersenang-senang," ujar Dimitri, ketika mereka meletakkan gelas.
"Akan kami lakukan."
Suasana tempat dimana mereka berada terkesan mewah dengan dekorasi yang menakjubkan. Namun Maddy hanya terpengaruh dengan pria yang ada di sampingnya. Daya tarik tampaknya melingkupi mereka berdua. James hampir-hampir tidak pernah melepaskan pandangannya dari wajah lawan bicaranya yang cantik dan mempesona. Mereka berbincang, tersenyum dan berdansa bersama.
Rasanya hanya mereka berdua saja yang ada di dunia. Tatapan mata mereka penuh dengan gairah dan cinta. Di dalam taksi yang membawa mereka kembali ke rumah, Maddy terus berharap James akan merangkulkan lengan ke pundaknya dan memeluk erat, tetapi James menjaga jarak yang terbilang sopan diantara mereka, ia hanya menolehkan kepalanya untuk tersenyum kepada Maddy. Walaupun demikian, semua itu membuat Maddy terbuai.
Setelah membayar taksi, James mengambil kunci Maddy, membukakan pintu, lalu membimbing Maddy menaiki tangga. Ketika mereka berhenti di depan pintu kamar tidur Maddy, dengan suara parau Maddy berkata, "Terima kasih... ini betul-betul malam yang indah."
"Aku senang kau menikmatinya."
"Selamat malam."
James akan menciumku kan sekarang? Maddy berharap sambil memasang wajah yang mengundang, seraya menahan napas menantikan.
Alih-alih mencium Maddy, James mengambil tangan gadis itu dan mengangkatnya untuk dicium sambil berkata, "Selamat malam, Maddy." Kemudian James menghilang dari pandangannya, sepertinya pria itu menjaga tingkah lakunya selama Maddy masih tinggal seatap dengan ayahnya.
Emosi Maddy tercampur aduk, yang paling menonjol adalah perasaan kecewa. Kemudian Maddy masuk ke dalam kamar, hendak membersihkan diri kemudian bersiap-siap untuk tidur.
Setelah selesai mandi di bawah pancuran, Maddy menggosok giginya, sambil memikirkan malam ini. James teman yang menawan dan menggairahkan, sekaligus sangat menarik secara seksual, dan mudah untuk disukai.
Bagi Maddy, menyukai sama pentingnya dengan mencintai. Dan ia ingin merasakan keduanya untuk menjalin hubungan yang sempurna. Dulu dirinya mengira merasakan kedua perasaan itu dengan William. Namun, sekarang ia menyadari cinta adalah kata yang terlalu kuat untuk menggambarkan sekedar rasa sayang. Apapun yang terjadi antara ia dan James, Maddy mengetahui satu hal yang pasti dan tanpa ragu bahwa dirinya tidak akan pernah menikah dengan William.
Maddy menarik napas. Memberitahukan hal ini kepada William akan menjadi hal yang sulit. Begitu juga kepada ayahnya, tetapi ini adalah hal yang harus ia lakukan secepat mungkin. Pagi berikutnya, setelah beberapa jam tidur yang penuh dengan kegelisahan Maddy terlambat sarapan. Ayahnya baru saja selesai sarapan dan minum kopi, Dimitri mengalihkan pandangannya dari koran dan bertanya dengan nada santai, "Senang semalam?"
"Ya, sangat senang."
"Makanannya enak?"
"Lezat."
Dimitri melipat koran yang ia baca, bersiap-siap berangkat kerja. Sadar bahwa ia harus menyelesaikan masalah perasaannya, Maddy menguatkan diri dan tekad untuk memberitahukan sang ayah dengan cepat, "Dad, aku ingin mengatakan sesuatu, aku tahu ayah mungkin tidak akan menyukainya..."
Menyadari kegelisahan sang putri, Dimitri menegakkan kepala dan menatap anak gadisnya. Maddy sekilas melihat mata cokelat ayahnya dan helaan napas ayahnya yang memburu, "Apakah James..."
"Tidak, tidak seperti yang ayah bayangkan. James bersikap sopan..." Maddy mendengar helaan napas lega ayahnya. "Aku ingin mengatakan hal yang lain, Dad, aku menyadari bahwa aku tidak dapat menikah dengan William seperti keinginan ayah."
YOU ARE READING
💞💖 L O V E..💖💕
RomanceBagaimana jika ada kesalahpahaman di antara sepasang kekasih? Akan kah mereka tetap melanjutkan hubungan mereka? Atau kah mereka lebih memilih jalan lain yaitu berpisah? Walau pun cinta dan gairah yang berkobar terlihat jelas di antara mereka. Pilih...
Chapter 4
Start from the beginning
