First Impression

15.5K 941 54
                                    

Hari ini pengumuman penerimaan siswa baru di SMA idaman Mada. Seperti biasa cowok ganteng nan kalem ini berjalan santai menuju papan pengumuman di sekolah tersebut diiringi Sandy pengawal setianya *eh sahabat setianya Mada,hehehe. Habisnya si Sandy sering banget manggil Raden ke Mada yang bikin Mada emosi takut ada yang tahu kalau dia itu ningrat.

Saking padetnya orang di area itu si Sandy sampe bilang, "permisi, tolong beri jalan buat Raden gue". Dari belakang Mada langsung jitak kepala Sandy. "Sekali lagi lu keceplosan manggil gue Raden, gue tinju lu" tegas Mada. Sandy pun cuma senyum-senyum busuk aja karena dia tahu kalau sahabatnya itu cuma gertak doang.

"Sandy, gue nemu nama lu tuh diurutan 89, Sandyakala Bagas Prakoso" teriak Mada sambil menunjuk nama sahabatnya. "Eh gue juga nemuin nama lu nih di nomor 3, Mada Satria Wicaksana. Gue bangga jadi sahabat lu, Den" kata Sandy. Mada langsung ngomel lagi denger suku kata "Den". Sandy langsung minta maaf karena keceplosan lagi, lalu keduanya ketawa bareng karena bisa sekolah bareng lagi.

Di kejauhan terdengar suara pengumuman bahwa siswa yang telah diterima diharap untuk berkumpul di aula sekolah karena akan ada info lebih lanjut terkait daftar ulang.

Mada dan Sandy kebagian tempat duduk paling belakang karena anak-anak yang di depan pada bawa ortunya. "huh dasar anak mami, jadi abiskan tempat duduknya" gerutu Sandy karena sebel gak kebagian tempat. Mada cekikikan di sebelah Sandy.

"Gue boleh duduk di sini?" tanya seorang cowok di sebelah lainnya Mada. Mada kaget saat melihat pemuda itu dan hanya bisa ngangguk-ngangguk aja. "Thanks, oya nama gue Lambang Dewantara. Nama lu?" ujar pemuda itu. "M-Ma-Da, Mada Satria Wicaksana" jawab Mada yang masih kaget.

Tangan Sandy nerobos Mada untuk salaman dengan Lambang, "Sandy, Sandyakala Bagas Prakoso, sahabatnya Raden *uuupppssss sahabatnya Mada maksud gue " celoteh Sandy. Lambang menyambut jabat tangan Sandy sambil senyum ke Mada dan Sandy.

Setelah pengumaman di aula selesai, semua siswa dan orang tuanya bubar, begitu pun dengan Mada dan Sandy. "Eh iya, Lambang ke mana ya kog uda ilang aja tuh anak?" tanya Mada. "Who knows?" jawab Sandy sambil ngangkat bahunya. Mada pun tak mau memikirkannya lagi, tapi pikirannya melayang ke awang-awang, "Lambang Dewantara hhhhmmmm nama yang bagus" komentarnya dalam lamunan.

"Lu kenapa Den?" celetuk Sandy buyarin lamunan Mada. "eh kampret lu Lala, terus aja panggil gue Raden" kata Mada saat sadar. Dan Sandy pun uda monyongin bibirnya karena Mada manggil dia Lala. "udah ah, pulang aja yok" ajak Mada dan Sandy mangguk mangguk kayak burung hantu.

***********
Mada POV

"Gimana pengumumannya dek?" tanya Mbak gue yang cantik. "Alhamdulillah adek keterima Mbak tadi urutan ke 3" jawab gue. "Wah, adeknya Mas emang pinter" sahut Mas Gilang sambil acak acak rambut gue. Kalau uda kayak gini gue cuma bisa diem karena muka gue uda merah. Ayah cuma senyum-senyum aja liat kelakuan ketiga anaknya. "Ayah bangga punya kalian semua, Bunda juga pasti bangga" kata Ayah sambil duduk di antara anak-anaknya.

"Jadi Ayah harus daftar ulang ke sekolah dek Mada kapan?" tanya Ayah ke gue (jangan kaget ya kalau keluarga gue manggil gue adek karena emang gue yang paling bungsu dan bukan biar sok imut ya,hehe). "mmmmppphhh Ayah nggak usah ke sekolah juga gak papa kog, kan bayarannya bisa ditransfer lewat bank Yah" jawab gue. "Ya uda kalau gitu, tapi kalau adek butuh apa-apa buat sekolah bilang ke Ayah ya" ujar Ayah gue. "Siap 86 komandan,hehehe" jawab gue sambil ketawa dan semuanya ikut bahagia.

"Oya si Lala juga keterima di sekolah kamu kan dek?" tanya Mbak gue. Lala itu si Sandy, kan namanya Sandyakala jadi kebiasaan gue dan Mbak gue manggil dia Lala, hahahaha. "Iya Mbak, Alhamdulillah kita barengan lagi sekolahnya" jawab gue. "Wah wah wah, dari kecil sampe gede tetep aja barengan ya dek, awet temenannya" sahut Mas Gilang. "Udah dapat temen baru belum dek?" tanya Ayah. "hhhhmmmm udah yah, tapi ya gitu pas udah bubaran dianya ilang gak tau ke mana. Namanya Lambang Dewantara" sahut gue. Tiba-tiba pikiran gue melayang ke satu nama itu lagi.

Habis makan malam, kita semua balik ke kamar masing-masing. Di kamar, gue masih belum tidur, gue masih kepikiran sama Lambang dan gue senyum-senyum sendiri kalau inget kejadian tadi siang. "Sumpah Lambang bikin gue deg-degan, apa gue uda.....hhhhmmmmm gak mungkin lah" tepis gue dalam lamunan.

Aksara Cinta, MadaWhere stories live. Discover now