1. Layu 🥀

47 8 11
                                    


Suara ketukan lemah jari jemari di atas meja menemani tatapan mata sayu seorang gadis. Bola matanya bergerak sesekali ke arah kiri lalu ke kanan. Entah apa yang kali ini dipikirkan olehnya. Mungkin, ia lebih senang mengawali hari dengan duduk di teras sembari melamun seperti itu. Mungkin pula itu satu-satunya alasan ia akan membuka pintu rumahnya.

Perilaku gadis berambut sebahu itu seakan menunjukkan bahwa dia sedang menunggu kehadiran seseorang dengan putus asa. Ketukan jarinya seolah-olah menghitung detik demi detik yang terus berjalan. Tiap pagi hari sekitar pukul 6, sang gadis membuka pintu rumahnya perlahan. Lalu ia melangkahkan kakinya menuju kursi kayu dengan meja bundar di sebelahnya. Duduk di sana sembari melihat jalanan yang masih sepi dan menghirup udara pagi membuatnya sedikit tenang.

Kali ini, dia memejamkan mata. Seakan sengaja mengundang luka. Memori-memori beberapa bulan lalu langsung kembali menghiasi pikirannya. Saat itu pada waktu yang sama, pukul 6 pagi, ada Ibu yang sudah siap memutar keran air untuk menyiram tanaman yang berada di teras rumah. Mereka adalah kesayangannya Ibu, deretan tanaman daun berupa aglonema dan calathea beraneka warna yang tertata rapi.

Masih teringat jelas di kepalanya, wajah gembira Ibu saat menyirami daun-daun itu lalu menemukan ada tunas dan daun baru yang tumbuh. Mengapa Ibu sesenang itu hanya karena melihat daun baru muncul? Mengapa Ia memerhatikan satu per satu tanaman miliknya?

Gadis itu membuka matanya, menyudahi kenangan tentang Ibu dan kembali pada kenyataan. Ditatapnya sekeliling teras yang keadaannya menyedihkan. Jauh berbeda dengan yang ada diingatannya tadi.

Pot-pot kesayangan milik Ibu kini berisikan tanaman-tanaman yang layu, sebagian bahkan sudah kering dan hampir mati. Tanahnya pun menjadi kering, keras, dan tak subur lagi. Begitu pula dengan pot gantungnya, padahal itu adalah spot paling cantik yang langsung terlihat dari kejauhan. Dulu ada tanaman hijau menjuntai indah dan rimbun. Sekarang, rumah itu nampak suram seperti tak berpenghuni, tak terawat, dan jauh dari kesan hangat.

Menyadari hal itu, gadis bernama Azura hanya bisa menangis sesenggukan seorang diri. Ia menutup wajah dengan kedua telapak tangannya. Menumpahkan segala kerinduan yang tak pernah usai.


Azura Fayra. Gadis berambut sebahu itu telah kehilangan semangat hidupnya. Baginya ini tak adil, mengapa hanya ia yang selamat saat kecelakaan waktu itu? Mengapa harus Ibunya yang meregang nyawa?  Mengapa hanya ada dia di rumah ini, kesepian sepanjang hari?


Teman BertamanKde žijí příběhy. Začni objevovat