13.1. final chance

Comincia dall'inizio
                                    

"Jangan memaksakan diri terus. Dokter juga butuh istirahat."

"Saya masih mau berusaha, Jaemin." Dokter Jung menjawab dengan senyuman, namun nada bicaranya terdengar tegas dan yakin, buat Jaemin menghela napas seraya merebahkan diri, membiarkan tangannya yang dipenuhi luka bekas suntik itu dimasuki jarum sekali lagi.

"Dokter, waktu saya udah gak banyak. Dari waktu prediksi, sisa satu minggu lagi. Gak ada gunanya lagi untuk memperjuangkan nyawa saya yang cuma sebatas pasien bagi Dokter Jung. Terima kasih untuk semuanya, Dok. Saya menghargai semua usaha Dokter, tapi kita sama sekali gak bisa melawan kehendak Tuhan, 'kan?"

Jung Jaehyun—nama dokter yang menangani Jaemin—sontak terdiam setelah menutup area insersi di punggung tangan Jaemin. Dengan mata teduh, ia tatap pasien yang telah dirawatnya sejak setahun yang lalu itu lantas menarik kursi untuk duduk di samping ranjang Jaemin.

"Justru karena kamu pasien saya, Jaemin. Saya adalah seorang dokter, sudah seharusnya saya menyelamatkan nyawa sesama. Bertahan sebentar lagi ya, Jaemin? Bertahan sebentar lagi, saya akan berjuang terus buat kamu, ya Jaemin? Perjalanan kamu masih panjang. Tolong, bertahan buat Bunda. Ya?"

Jaemin memejamkan mata menahan isinya agar tidak tumpah, namun sudah terlalu banyak yang perlu ia bendung sehingga air mata pun akhirnya mengalir dari sudut mata beningnya. Tak lama pintu kamar Jaemin terbuka, menampakkan Bunda dengan wajah lelahnya. Jaemin pun buru-buru mengusap wajahnya seraya memasang senyum untuk Bunda.

"Malam, Dokter Jung. Lembur lagi karena Jaemin?"

Dokter Jung hanya tersenyum tipis seraya menyalami Bunda, memberikan kursinya untuk Bunda duduk meluruskan kaki.

"Bunda bawa sesuatu buat Nana." Bunda tersenyum seraya mengeluarkan sesuatu dari tas yang ditentengnya sebelumnya; fotonya dan Jeno siang tadi di dalam studio, yang sudah dibingkai dengan rapi oleh Bunda.

Bunda pasti menerima email dari Jeno siang tadi dan langsung berinisiatif untuk mencetaknya karena Bunda tahu betapa anak semata wayangnya itu menyukai pemuda bermarga Lee tersebut. Jaemin tersenyum menerima hadiah dari Bunda, meminta tolong agar figura tersebut dipajang di atas nakas samping kasur setelah berterima kasih banyak-banyak.

"Aku pengen pulang." Jaemin bergumam pelan ketika Bunda tengah meletakkan beberapa kotak berisi menu makan malam untuk beliau konsumsi nanti. "Mau pulang, Bunda. Mau makan masakan Bunda lagi, mau masak buat Jeno lagi."

"Iya, Jaemin. Saya pastikan besok kamu bisa pulang dan gak perlu kembali kesini di hari Jumat seperti biasa." Dokter Jung menyahut menjawab, beranjak ke sisi lain kasur Jaemin seraya menggenggam tangannya.

"Dokter janji?" Jaemin menatap Dokter Jung dengan mata teduhnya, yang dibalas dengan anggukan yakin dari dokter tersebut.

"Janji."

Jaemin pun tersenyum sebelum matanya perlahan tertutup dan napasnya berubah teratur. Efek obat nampaknya telah bekerja, membuat Jaemin dapat tidur dengan tenang malam ini.

"Selamat tidur, Jaemin." Dokter Jung menaikkan selimut hingga dagu Jaemin, mengusap kepalanya lembut sebelum meninggalkan ruang rawat setelah berpamitan pada Bunda.

Saya janji, Jaemin.

Saya janji, Jaemin

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.
Starlit Night - [nomin]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora