★ - 1

476 52 10
                                    

"Nanti malem tidur duluan aja, mas gak pulang"

[Name] menatap sang suami, wanita itu merapihkan dasi yang Erwin kenakan kemudian tersenyum kepadanya.

"Besok pentas seninya Armin loh mas, kamu dateng ya. Armin pasti seneng banget," kata [Name] masih dengan senyum yang merekah.

"Aku usahain"

Aku usahain, kalimat itu terus keluar dari bibir Erwin setiap kali [Name] mengatakan sesuatu tentang keluarganya.

Sang istri hanya bisa tersenyum kala mendengar kalimat itu lagi, ia tahu Erwin pasti tidak akan datang.

"Aku berangkat dulu"

[Name] mengatupkan matanya kemudian sedikit berjinjit, menunggu dikecup oleh sang suami. Entah tidak melihat atau memang sengaja tidak melihat, Erwin mengambil tas miliknya kemudian berjalan keluar dari rumah tanpa memperdulikan [Name].

Wanita berusia dua puluhan akhir itu menghela nafasnya, rindu dengan kecupan di dahi yang dulu selalu Erwin berikan sebelum dirinya berangkat bekerja.

Sudah beberapa bulan terakhir ini Erwin tak pernah lagi memberikan kecupan itu, jangankan kecupan, menatap mata istrinya saja sudah tidak pernah.

Memilih untuk melupakan masalah tadi, [Name] berjalan menuju kamar anak pertamanya, Historia. Pintu kamar terbuka, menampakkan Historia yang tengah tertidur sembari memeluk Armin-adiknya-dengan erat.

[Name] terkekeh melihat keduanya, ibu dua anak ini mengambil ponselnya kemudian memotret anaknya, terlalu gemas untuk dilewatkan.

Setelah puas mengambil gambar [Name] langsung menyimpan ponselnya dan mulai membangunkan kedua anaknya untuk bersekolah.

Dielusnya surai pirang milik Historia dengan lembut sembari memanggil namanya. "Historia, bangun yuk sayang"

Tak butuh waktu lama, si kakak langsung terbangun diikuti oleh sang adik. Melihat kedua anaknya sudah terbangun [Name] pun mengelus singkat pucuk kepala mereka.

"Adek, mama semalem nyariin adek loh, ternyata bobo dikamar kakak lagi"

Bocah laki-laki berusia tiga tahun itu tertawa kemudian menerjang tubuh sang ibu dengan pelukan. "Kata kakak semalam ada monster dibawah kasur kakak, makanya Armin bobo sama kakak," Armin bercerita pada sang mama.

Merasa tidak terima dirinya disalahkan, Historia langsung membela dirinya. "Ih apaan! kamu kok yang dateng ke kamar kakak, katanya Zeke ada dibawah kasur Armin!"

Omong-omong, Zeke itu monyet peliharaannya Levi, rekan kerja sekaligus sahabat Erwin dan [Name].

"Ih enggak!"

"Iya!"

"Enggak!"

"Iya!"

Melihat pertengkaran kedua anaknya, [Name] hanya bisa tersenyum gemas. "Hei, udah, daripada kalian bertengkar, lebih baik kalian siap-siap buat sekolah. Udah mau jam tujuh loh," [Name] berusaha menengahi.

Adik-beradik itu bertatapan, sedetik kemudian perlombaan siapa yang mandi duluan dimulai.

"Kak Historia curang!" teriak Armin begitu Historia mendorong dirinya berbaring agar bisa lebih dulu sampai dikamar mandi.

Lagi-lagi [Name] hanya bisa menggeleng melihat kelakuan kedua anaknya itu. Dirinya pun beranjak, menuju dapur guna menyiapkan bekal untuk kedua bocah lucu itu.

"Ma?" dengan rambut yang masih basah Armin muncul dari balik tembok, menatap sang ibu yang sedang berkutat di dapur.

Sembari sedikit berlari pria kecil itu menghampiri [Name] kemudian memeluk kakinya. [Name] berjongkok, menatap iris biru anak bungsunya.

"Kenapa sayang?" tanya [Name].

"Besok papa dateng 'kan?"

[Name] terdiam, tak tahu harus menjawab apa. Armin menatap mata ibunya dengan mata berbinar, membuat [Name] tidak tega untuk berkata yang sebenarnya.

"Maafin mama ya udah bohongin kamu," monolog [Name].

Sambil menyisir lembut rambut anaknya [Name] mengangguk. "Iya, besok papa dateng kok"

RESPONSIBILITY


Om Erwin ku buat jahat dulu ya /evil laugh/

Donothatemepls

But i dunno if si om is wicked enough here, aku terlalu polos untuk nulis orang jahat:>. Jk lol.
Just tell me kalau om Erwin kurang jahat, nanti ku buat lebih jahat.

Coz, everybody loves badboy, right?

YAKAN?

YANG DUKUNG GUE ANGKAT TANGAN(?). GUE BILANG YANG DUKUNG GUE ANGKAT TANGAN(?)

-mas Jepri Nikol

Responsibility - Erwin Smithحيث تعيش القصص. اكتشف الآن