Kini kedua tangannya beralih memegang erat belati itu, mengangkatnya tinggi berniat menghunus jantung Donghae dengan ujung tajam itu.

Namun sepertinya Dewi Fortuna masih berpihak pada Donghae, sepertinya masih ada sisi baiknya yang berteriak dari dalam untuk menghentikannya menyemayamkan belati itu pada tubuh Suaminya.

Tangannya bergetar hebat dengan menatap Donghae yang kembali pulas tertidur seakan luka yang ditorehkan pada lehernya tadi tak memberi pengaruh apapun.

Tubuhnya bergetar hebat menyadari apa yang telah dilakukannya, Taeyeon menutup mulutnya erat melihat ujung belati yang dipegangnya memiliki noda merah. Matanya berlari cepat kearah leher Donghae yang menunjukkan luka dengan darah yang mulai mengering.

"Apa yang telah kulakukan?!" pekiknya pelan, menatap tak percaya pada belati yang dipegangnya.

Dengan rasa takut yang berlebihan Taeyeon kembali menyembunyikan belati itu ketempat semula dan mengambil obat yang diresepkan Dokter Psikiater untuknya. Tubuhnya beranjak pelan agar tak membangunkan Donghae, walau dengan tubuh gemetar.

Taeyeon berlari menuju kamar mandi dikamarnya dengan tangan membawa sebotol obatnya. Mengunci rapat pintu agar tak seorangpun tau betapa takutnya Taeyeon sekarang.

Matanya menatap wajahnya yang terpantul dicermin. Menangis tertahan karena apa yang telah dilakukannya, hampir saja dirinya membunuh Donghae dengan tangannya sendiri. Mentalnya sudah rusak separah itu.

Tangannya membuka tutup botol obat dan menumpahkan pil itu ketangannya, meraupnya tanpa menghitung jumlah yang biasanya diminum. Menjejalkan paksa pil obat penenang dosis tinggi itu kemulutnya kemudian meminum rakus air keran dengan panik yang berlebihan.

Tenggorokannya tercekat karena pil yang dimasukkan paksa dengan jumlah yang tak sedikit, Taeyeon hampir saja menghabiskan setengah botol obat penenang yang sebenarnya hanya boleh diminim 1 biji saja.

Taeyeon terengah dengan tubuh merosot, menangis tertahan karena dirinya yang begitu hancur sendirian. Memeluk lututnya dengan takut akan dirinya sendiri.

Taeyeon hampir saja mencelakakan orang-orang disekitarnya. Terus menerus tanpa mereka ketahui, mulai dari Suaminya, Jaejoong, Yunho, Changmin bahkan Putranya sendiri.

Taeyeon takut jika suatu saat nanti dirinya benar-benar melakukan hal itu diluar kendalinya, terlebih pada Taeyong. Dirinya takut kehilangan Putra semata wayangnya itu, hanya Taeyong sekarang yang Taeyeon punya.

Putranya itu pasti merasakan perubahan sikap yang sering Taeyeon tunjukkan, balita kecilnya itu terlalu pintar untuk mengerti keadaan. Dia paham bahwa sikap yang sering Taeyeon tunjukkan bukanlah sifat Ibunya yang sebenarnya, Taeyeon takut jika Taeyong menghindarinya karena takut padanya.

Itu bukanlah apa yang Taeyeon inginkan, sikap kasarnya pada anaknya, sikap pemarahnya yang meledak-ledak itu bukanlah Taeyeon. Rasanya ada seseorang yang berbisik padanya untuk melakukan itu pada Taeyong.

Menghukum anaknya bahkan ketika Taeyong tak mempunyai salah apapun, membunuh peliharaan kesayangan Putranya itu dengan sadis, memeluknya erat hingga Taeyong hampir kehilangan kesadaran. Melarang paksa Taeyong untuk memiliki teman karena takut Taeyong akan meninggalkannya. Taeyeon sudah gila, ya benar dirinya memang gila.

Gila karena begitu takut kehilangan Taeyong yang satu-satunya dirinya punya didunia ini.

Tak ada lagi tempat Taeyeon berpijak, seolah semuanya hilang meninggalkannya sendirian. Suaminya, Yunho, Changmin, bahkan Jaejoong yang sudah dirinya anggap seperti saudara kandung.

My Bodyguard (JAEYONG) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang