1. Percintaan Semalam

667 21 1
                                    

ASMARA SATU MALAM
BAB 1

"Tolong bawa aku dari sini!" pinta Zievana sambil menubrukkan diri pada seorang pria yang hendak memasuki kafe.

"Hei, apa ini?" Sang pria tersentak sampai ke belakang, saking terkejut.

"Please! Ini semua gara-gara kamu, Jim, bawa aku cepat!" Tatapan Zievana begitu memelas sarat akan permohonan.

"Aku Andra bukan Jim. Ke mana aku harus membawamu?" tanya pria tersebut, makin terkejut dengan apa yang gadis itu pinta.

"Ah, siapapun kamu, bawa aku ke mana kamu suka, asalkan lepaskan aku dari rasa ini, kumohon!" Zie menatap sayu penuh makna sang pria.

Jemari lentiknya meraba dada bidang tertutup jas hitam, menimbulkan gelenyar aneh pada diri pria yang mengaku bernama Andra.

Sial! Umpat hati sang pria mulai disapa perasaan yang aneh.

Tidak bau alkohol, tapi gadis berambut panjang bergelombamg yang berusaha merayunya itu seperti orang hilang kewarasan. Sikap demikian biasanya disebabkan minuman keras, tapi ini bukan, pikir Andra.

Pria bertubuh tinggi atletis itu melihat sorot netra Zie menggambarkan hasrat yang menggebu, membuat riak merah pekat yang mengalir dalam raga Andra kian liar.

Zie terus meracau minta dibawa pergi, sang pria tidak kuasa menolak akhirnya memenuhi permintaan itu, dan memilih membatalkan pertemuannya dengan seseorang.

Sang pemilik mata elang membawa Zie yang tengah hilang akal sehatnya itu memasuki mobil, setelah itu mulailah dia meluncurkan kendaraannya meninggalkan kafe.

"Hei, hei, apa yang kamu lakukan?" Konsentrasi pria di balik kemudi terpecah dengan ulah sang gadis yang mencoba membuka kancing kemeja bahkan salah satu kancing atas sudah terlepas memperlihatkan dua gunung kembar bagian atas yang membusung indah.

"Aku ... aku kepanasan ...," desis Zie seraya mengginggit bibir bawah.

Andra mengernyitkan dahi, baginya udara dalam mobil cukup dingin, karena AC disetel setengah full. Bagaimana mungkin gadis itu bisa kepanasan.

"Tolong hentikan! Kamu mengganggu fokusku menyetir!" sentak Andra merasa frustasi.

Penumpang di sebelahnya semakin berani membuka seluruh kancing bajunya sehingga bagian yang menyembul putih semakin terekspose jelas, untungnya sebagian masih tertutup stelan kain dalaman, tapi tetap saja membuatnya belingsatan.

Tingkah Zie semakin menggila, meraba bagian-bagian tubuh sendiri dengan gerakan absurd. Mulut mengeluarkan erangan membuat pria berbibir seksi mendengkus kesal. Sesuatu dalam dirinya mulai terpancing.

Batin Zie berontak tidak ingin melakukan hal demikian, tapi kesulitan berhenti, seperti ada sesuatu yang menggerakannya di luar kendali. Dalam hati gadis itu mengutuk tingkahnya sendiri.

"Tolong hentikan kamu .... Ah, siapa namamu?" Pria dengan rahang mengeras mati-matian mengendalikan imajinasi liarnya dengan tetap fokus menatap jalanan yang diselimuti gelap.

"Zievana, aku Zie ... ah, aku tidak tahan. Tolong keluarkan aku dari situasi gila ini. Please!" Suara Zie merindingkan bulu kuduk Andra, sebab disertai desahan napas penuh tekanan dari dalam.

Zie menarik wajah tampan bak Dewa Yunani yang rahangnya ditumbuhi bulu-bulu halus itu supaya menghadap dirinya, seperti kerasukan setan, gadis itu menyapu bibir Andra penuh minat.

"Astaga, hentikan. Kita bisa mati!"

Andra melepaskan diri dari cengkraman sang gadis dengan mendorong kuat sampai Zie kembali ke posisi duduknya. Gadis itu menggeram kecil seraya mengacak rambut, terlihat frustasi.

Andra secepatnya mengatur laju mobil yang sempat oleng. Detik kemudian kendaraan itu berhenti di pinggir jalan yang cukup sepi, jika dilanjutkan ditakutkan dia tidak mampu lagi mengendalikannya, bisa berakibat fatal.

"Apa maumu?" sentak Andra menatap tajam gadis yang masih mengerang, seperti kelaparan akan sesuatu yang tabu.

"A-aku tidak tau a-pa yang terjadi padaku setelah aku minum se-suatu. Aku tidak tau kenapa aku tidak bisa menguasai keinginan untuk ... untuk ...." Zie bicara sedikit kepayahan karena campur aduk dengan perasaannya yang kacau.

Andra membanting napas besar seraya mengusap wajah dengan kasar. Gerakan Zie semakin menggila, tangannya mulai berani membuka sisa kain yang melekat di tubuhnya.

"To-tolonglah aku, bagaimana caranya aku terbebas dari rasa yang menyiksa ini!" Zie menatap sayu Andra. Dari sorotnya ada pancaran yang membuatnya nampak tersiksa.

Andra akhirnya dapat menyimpulkan, kalau gadis itu sudah diberi minuman yang dicampur obat pembangkit g a i r a h, entah berapa dosisnya, yang jelas gadis itu benar-benar diselubungi hasrat yang menggila.

Andra bukanlah pria bodoh, dia cukup pengalaman dengan hal-hal demikian. Dia tahu obat penawar untuk meredakan hasrat yang Zie rasakan ada dua pilihan. Namun, untuk saat ini hanya ada satu pilihan, yakni melayani gadis itu bercinta.

Kondisi Zie kian parah, ditambah suasana begitu sunyi membuat Andra tidak kuasa lagi mengendalikan sesuatu yang liar pada dirinya. Bagaimanapun dia lelaki normal, dihadapkan pada raga terpahat indah, mulus tanpa cela membuat sesuatu di rongga dadanya meledak-ledak.

Keduanya mulai saling meraba, menyentuh satu sama lain area-area yang membuat hasrat kian membuncah. Zievana semakin berani membuka satu persatu kain yang melekat di tubuh sang pria dengan tidak sabar, begitupun sebaliknya.

Dua insan yang tengah dimabuk gairah itu berpindah ke jok belakang agar lebih leluasa bermain, menyalurkan sesuatu yang tidak bisa lagi dibendung. Desahan dan erang kenikmatan mengiringi suasana malam yang sepi mencekam.

Permainan tabu itu tidak hanya sampai di situ, entah berapa banyak takaran obat yang Zievana minum, seolah reaksinya sulit dipadamkan. Di tengah menikmati gelora asmara, Andra dapat merasakan gadis yang bergumul dengannya masih suci.

Hubungan terlarang itu lanjut di sebuah apartemen milik Andra. Kegilaan yang mereka lakukan diluar batas kendali keduanya, sampai terkapar kelelahan, dan berakhir dengan tidur yang begitu lelap.

**

"Astaghfirullah, apa yang terjadi padaku?" Zievana memekik. Bangun dengan sekaligus membuat kepalanya pening, pandangan sedikit berputar.

Dia berusaha mengumpulkan sepenuhnya kesadaran, mengingat-ingat apa yang terjadi sebelumnya.

Meskipun samar, ingatannya mulai menangkap kejadian demi kejadian yang dia alami semalam dan berakhir di atas ranjang. Seketika matanya membulat sempurna, refleks Zie menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya.

"Apa?!" Terkejutlah dia.

"Ya Tuhan, apa yang sudah aku lakukan? Tidak ... tidak mungkin aku melakukannya. Tidak mungkin aku ... aku tidur dengan pria yang tidak kukenal."

Zie melilitkan selimut pada tubuhnya, mencoba turun dari tempat tidur. Seluruh pakaiannya berserak di lantai, bukan hanya miliknya saja, tapi ada pakaian pria.

"Aaahk!" Zie merintih, seraya menahan kesakitan dibagian area sensitifnya. Bukan itu saja, badannya serasa remuk, seperti habis dijatuhkan dari gedung tinggi.

Ya Tuhan, aku harus pergi dari sini. Apa yang kulakukan semalam sangat mengoyak harga diriku, sungguh memalukan, jerit hati Zie seraya meneteskan air mata.

Meskipun otaknya dalam pengaruh obat, tapi dia mengingat jelas sosok lelaki yang sudah memberinya noda. Wajahnya, dadanya yang sedikit berbulu, serta pergulatan raga, saling menyatukan keringat.

Zie tidak sanggup menahan malu jika harus bertatap muka lagi dengan pria yang sudah dia goda untuk tidur dengannya, akibat tidak sanggup menahan reaksi obat terkutuk.

Tidak! Aku harus pergi! Batin Zie panik. Dia tidak mau dianggap wanita murahan.

Sang gadis tidak melihat atau mendengar adanya penghuni lain di apartemen ini, ke mana pria yang sudah mereguk kesuciannya itu?

Zievana meraup pakaian. Sedikit kesusahan memasuki kamar mandi, membersihkan diri dengan gerakan kilat, berpacu dengan rasa perih, setelah itu kembali mengenakan baju, dan melarikan diri dari apartemen, entah milik siapa.

Bersambung

ASMARA SATU MALAMWhere stories live. Discover now