Masalahnya ternyata muncul hari Minggu pagi. Seperti yang disebut sebelumnya, Dara harusnya bangun dalam keadaan terlalu sempit karena ada enam orang menempati satu kamar. Tapi dia merasa lega. Dia tidur di kasur dan nggak ada orang lain di lantai. Dia melihat ke samping, berpikir, mungkin ini salah satu temannya karena yang lain turun duluan nyari sarapan. Tapi yang temukan ternyata Radi. Radi. Kenapa bisa Radi? Mereka ngapain semalam?

Baju Dara utuh. Radi juga. Itu satu-satunya penyelamat dari ketakutan-ketakutan di kepalanya. Tapi dia masih nggak bisa mengingat. Dara mencari ponselnya. Benda itu untungnya masih punya sinyal dan baterai. 

Notifikasi dari grup divisi mereka ramai. Ratusan foto acara pernikahan dikirim. Tapi ketika digeser terus ke bawah, percakapan itu bergeser ke arah Dara dan Radi. 

Ada pesan yang dikirim pukul delapan. Dara masih ingat membaca pesan itu. Teman-temannya mengejek karena Dara terlalu lama bicara dengan Radi padahal harusnya mereka yang reuni. Tapi makin ke bawah Dara makin tidak mengingat pesan itu.

"Dara tadi gue tarik dari Radi ngamuk." Lapor Laura, salah satu rekan divisinya.

"Radinya juga mabok itu nggak sih?"

"Ditarik paksa aja anjir daripada kenapa-napa?" itu Thalia. Dia pasti nggak liat apa yang terjadi karena balik duluan ke kamar. Katanya kecapekan berdiri seharian dan juga karena basah kuyub kena air laut.

"Nggak bisa gue bener-bener diamuk."

"Sumpah Thal kita empat lawan dua aja kalah. Dia kalau mabok kan kayak barongsai."

"Daripada kenapa-kenapa itu cowok sama cewek?" Thalia menekankan lagi. Itu pukul setengah 12 malam. 

"Gue udah ikutin ke kamarnya tadi. Nggak ngapa-ngapain. Tidur doang. Pintunya gue suru kunci."

"Siapa yang ngunci?"

"Radi. Dia mabok tapi gue kedengeran kekunci pintunya."

"Harusnya nggak dikunci nggak sih biar kita bisa ngecek?"

"Yah nggak kepikiran.."

"Lu semua dimana sekarang."

"Kamar. Tidur. Ni Bram lagi berantem sama Martin."

"Martin ama Bram gede badan doang narik Dara gak bisa?"

"Bram ama Martin kan mabok juga. Nariknya cuma imut-imut. Yang sadar cuma gue, Laura, sama Keke." Itu Cika.

"Ya udah tidur deh. Moga-moga gak kenapa-napa."

"Ini foto-fotonya ya." Laura tiba-tiba muncul lagi. Dia mengirimkan foto-foto Dara yang terlihat marah sekaligus nggak sadar. Dara juga nggak ingat berapa banyak alkohol masuk ke tubuhnya semalam. Atau sebenarnya sedikit tapi karena udah lama nggak minum, dia jadi cepat mabuk.

"Ini bonus video," tambah Laura lagi. Dara menonton video itu. Dia lagi berpegangan tangan pada Radi. Dua-duanya tampak ada di ujung kesadaran. Keke dan Cika menarik mereka dengan tenaga orang kecapekan, Bram dan Martin menarik mereka setengah-setengah. Dibanding upaya membawa pulang Dara, video itu malah mirip komedi situasi.

"Lu malah ngerekam kagak ngebantu?" Itu Thalia lagi.

"Bantu! Gue cuma rekam bentar."

"HHHH."

"Udah tidur aja." Itu Cika. "Penganten pasti capek."

"Iya mending ngasih kita ponakan sekarang."

"Ini gue gak bisa tidur mikirin malah si Dara yang ngasih lo semua ponakan."

"Gak lah."

"Wkwkwk iya kali ye."

Bram dan Martin nggak muncul. Isinya cuma seorang pengantin panik dan tiga perempuan yang ketawa-ketawa. Itu ternyata jam setengah enam pagi. Sangat pagi. Dara kaget juga dia bisa bangun sepagi itu setelah dihantam alkohol. Kepalanya pusing. Dan dia juga bingung harus ngapain.

Dia mencari barang-barangnya. Mana tau ada yang ketinggalan. Ternyata cuma hape dan satu card holder aja. Tanpa membasuh muka, dia berjalan menenteng sepatunya. Mengingat-ingat dengan kepala pusing kira-kira dimana kamar teman-temannya. 

Subuh, Anyer, sepi, kamar 2011, pintu terkunci. Dara setengah tidak yakin sama ingatannya tapi dia memutuskan menggedor dengan kurang ajar. Laura muncul dengan kesal. Matanya tertutup. Tanpa bilang apa-apa, dia kembali ke kasurnya begitu pintu terbuka dan melihat Dara. Dia tidur di kasur utama bersama Cika dan Keke. Bram dan Martin tidur sembarangan di lantai. Ada extra bed tapi pasti mereka nggak cukup sadar buat tidur di sana. Bagus malah. Dara jadi bisa tidur di sana. 

Dara mengisi daya ponselnya lalu berbarang di kasur. Dia nggak bisa tidur. Kepalanya pusing dan dia lupa bawa obat. Kombinasi jelek. Thalia mungkin punya tapi apa sopan ganggu pengantin sepagi ini? Nggak.

Apapun yang terjadi, dia cuma berharap nggak perlu ketemu Radi lagi habis pernikahan Thalia. Dan oh satu lagi.. semoga kemarin waktu Radi minta nomor barunya.. itu cuma basa-basi.

Kamis, 16 Desember 2021. 16:19.

Notes:

- Cerita akan diusahakan terbit tiap 2 hari sekali. Partnya sedikit mungkin ~10 part

- Bagian akhir cerita akan dijual seharga 10-15 ribu, tidak wajib dibeli, tapi bisa jadi pertimbangan lanjut membaca atau tidak.

- Jangan ragu untuk comment apapun soal cerita ya :) 

Reuni PernikahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang