31

2.4K 495 39
                                    

Happy reading :)
.
.

Dera.

Kali terakhir ia mendengar nama itu dari orang lain, Bian biasa saja. Namun ketika Via memanggilnya dengan nama itu, hati Bian bergetar. Bukan dalam arti baik. Apalagi setelah melihat sikap Via yang bersikap emosional karena adiknya, Candra. Saudara seayah yang sudah lama mangkat karena kecelakaan yang tidak seharusnya terjadi.

"Mas Bian!"

Rafi berseru senang melihat sosok Bian muncul dari balik pintu masuk. Ia, bersama Aries dan Oji, sudah pindah duduk ke lantai bawah.

Melihat Bian kembali sendirian, Aries gatal bertanya, "Via mana? Bukannya lo pergi buat nyari Via?"

Bian kembali ke Oasis sendirian. Ia membiarkan Via pergi setelah gadis itu bersikeras menolak kembali untuk menemui dua orang yang telah menyakiti harga dirinya.

"Gue nggak ketemu dia," Bian memilih berdusta alih-alih mengatakan yang sebenarnya. Aries dan Oji pastinya tidak akan tinggal diam dan terus mendesak Via untuk memahami keadaan mereka saat itu.

Bian tanpa sadar mendengus. Wajahnya itu tidak sengaja tertangkap oleh Oji, yang tengah menoleh ke arahnya.

"Ada yang lucu, Bi?"

Bian langsung menggeleng. Segera, ia duduk di salah satu bangku kosong sebelah Rafi.

"Via sering ke sini kan, Bi?" Aries bertanya. Nada suaranya tampak berharap. "Lo bilang, dia tinggal di kos-kosan lo."

"Oya?" Oji terlihat kaget. "Kalau begitu, kenapa nggak datang langsung ke sana? Kenapa kita harus mampir ke sini?"

"Bukannya nggak sopan?" Aries menyahut. "Dia aja kita samperin ke sini nggak mau nemuin, apalagi kita datang langsung ke kos-kosan Bian. Yang ada, dia langsung kabur."

"Kalau kabur, kita tinggal ke rumahnya. Rumah orang tuanya di sini, kan?"

Bian, Rafi, dan Aries saling berpandangan.

"Kenapa?" Oji tampak heran. "Lo pernah bilang kan, Ries? Keluarganya Via tinggal di--"

"Ji," Aries menggeram, berusaha membungkam Oji. Di antara mereka, hanya Oji yang tidak mengenal Via secara pribadi.

Namun Oji tidak peduli. Ia menambahkan dengan sinis. "Emang selain ke rumahnya, dia bakal ke mana sih? Kayak ada tujuan lain aja."

"Mas," Rafi tampak gelisah setelah mendengar ucapan Oji dan melihat raut wajah Bian.

"Lagian, dia aneh banget." Oji mendengus, "Kalau gue jadi dia, gue bakal puas-puasin tinggal di rumah orang tua gue. Anggap waktu tiga bulan itu sebagai waktu libur sebelum kembali. Bukannya resign--"

"Lo ... bisa nggak sih lebih considerate sama keadaan Via?" Bian agak kesal mendengar gaya bicara Oji yang tidak ada empati di dalamnya sama sekali.

"Considerate?" Oji kembali mendenguskan tawa. "Kurang considerate apa coba SmallHelp sama Via? Tujuan Dimas mengirim dia kemari tuh harusnya bikin dia berterima kasih!"

Bian memutar matanya, malas. "Jadi, itu alasan kalian setuju untuk mengirim--membuang dia kemari? Kalian bertiga--lo, lo, dan Dimas--sama saja. Via bukan barang yang bisa kalian pakai seenaknya ketika dalam kondisi bagus."

"Jaga kata-kata lo, Bi." Oji menggeram, tidak terima. "Kita, gue dan Aries, juga tahu itu. Kita tahu kalau Via sangat berharga untuk SmallHelp. Makanya Dimas berusaha menjauhkan Via dari konflik tidak penting soal kepemilikan perusahaan. Dia nggak perlu ikut berpusing-pusing ria mempertahankan SmallHelp. Kalau waktu itu dia ada di sana, nasib Via bakal sama kayak gue dan Aries."

FLAW(LESS)Where stories live. Discover now