Tragedi Cinta Arwain

905 62 6
                                    


      ARWAIN SAGA

"Pergi kau Putri durhaka, aku tidak memiliki anak sepertimu!"

Dia telah membuat sebuah keputusan, meninggalkan cintanya demi mengabdi pada kerajaan tapi kemarahan sang Ayah dan juga kutukan yang dia dapat membuat hatinya hancur.

Kekuatan sihirnya disegel, mahkotanya sebagai seorang Puteri dicopot. Pengawal Witch menyeretnya keluar dari istana dengan paksa. Dalam perjalanan meninggalkan wilayah istana, rakyat melemparinya dengan berbagai macam makanan basi.

***

Mereka meninggalkannya di Tirrith Swamp, rawa yang memiliki bau paling busuk di Kerajaan Frigard. Membiarkan dia sendirian, kesepian, dan merana di tempat buruk itu.

Tak ada makanan yang mereka simpan untuknya. Dia dibiarkan kelaparan, hingga tubuhnya menjadi sangat kurus—tanpa daging, hanya sehelai kulit pucat tipis berbalut tulang, rambut gelap panjangnya yang dulu selalu terurai indah perlahan rontok tak tersisa, matanya membesar, gigi putihnya berubah menjadi kotor dan runcing. Dia memakan hewan apa saja untuk bertahan hidup, kodok, musang, berang-berang dan beberapa tupai terbang yang bisa dia temukan di rawa. Dia memakannya mentah-mentah.

Seiring waktu, Puteri cantik yang dulu dipuja di Kerajaan. Frigardr berubah menjadi monster buruk penghuni Tirrith Swamp.

***

Dua belas tahun berlalu, dia telah menjadi terbiasa dengan kehidupan keras di hutan di sekitar Tirrith Swamp. Tak jarang dia harus berkelahi dengan beberapa Orc mengerikan yang tinggal di sekitar hutan untuk berebut makanan.

Siang itu dia tengah berjalan—atau mungkin merangkak karena dia berjalan menggunakan kedua tangan dan kakinya—di hutan sekitar Tirrith Swamp untuk mencari makan, ketika dia tiba-tiba mendengar suara teriakan minta tolong seorang anak kecil.

Dia berlari menuju sumber suara, lalu memanjat cepat ke atas sebuah pohon yang sangat tinggi. Dari sana dia melihat seorang anak laki-laki kecil berusia delapan tahun, dengan rambut cokelat ikal dan  pipi putih yang chubby, tampak sangat ketakutan di bawah ancaman satu orc jelek bertubuh besar, dengan satu mata dan kulit kemerahan.

Orc itu sepertinya menculik si anak kecil dari pedesaan untuk dimakan.

Dia hendak kembali dan mengabaikan semua itu, dia tidak mau mencari masalah dengan bangsa orc, namun suara terikan pilu si anak laki-laki kecil entah bagaimana menggerakan hatinya.

"Tolong. Tolong. Ayah tolong ...," anak itu terlihat ingin menangis saat si Orc memperlihatkan sederet giginya yang kotor dan runcing.

Orc menyeringai, "Teriaklah sepuasmu anak kecil, tidak akan ada yang mendengarmu, Ayahmu hanya akan menemukan tulang-belulangmu sisa makananku."

Si anak makin ketakutan. Saat orc itu hendak meraih leher si anak untuk dipatahkan agar dia bisa makan dengan tenang, sebuah batu besar melayang tepat mengenai wajahnya, membuat dia mundur beberapa langkah dari si anak lalu terjungkal.

Dia menoleh dan murka saat mendapati mahluk kecil kurus-kering tanpa daging, dengan kepala botak besar, dan mata gelap yang melotot menantangnya, mahluk itu hanya mengenakan potongan kain sobek yang warnanya tak jelas pada bagian dada dan bawah perut. Mahluk itu memakai kalung kecil perak dengan bandul aneh di lehernya.

Mahluk yang tak jelas berasal dari kaum apa itu berdiri sekitar seratus meter dari tempat si Orc dan anak kecil manusia. Sebelah tangannya memainkan sebuah batu, yang besarnya sama dengan batu yang dia lempar tadi.

"Kau ...." Orc menggeram murka.

"Lepaskan dia Roo!"

"Mahluk jelek, cari saja makananmu sendiri kalau kau lapar. Jangan mencuri makananku!" Orc itu mengira mahluk yang melemparnya adalah sesama kaum orc.

ARWAIN SAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang