Black Hair

20K 860 32
                                    

°Ivan POV°

"Gimana Ivan? Enak gak masakannya?" tanya Bibi.

"Ah, enak banget pastinya. Masakan bibi emang paling T.O.P deh" kataku sambil mengunyah.

"Hei, telan dulu. Bicara saat mengunyah seperti itu membuatku jijik" ujar Andy.

"Hehehe, habis enak sih"

Aku, andy, bibi dan paman makan malam bersama. Kami membicarakan banyak hal..

"Kak Fahra belum pulang dari L.A?" tanyaku.

"Kayaknya dia masih betah deh disana" kata Bibi.

"Palingan nggak mau ninggalin pacarnya yang disana" ucap Andy.

"Hahaha, kamu cemburu kalau fahra udah punya pacar?" tanya Paman.

"Ih, bukan cemburu tapi kan aku nggak suka kalau kakak ninggalin rumah ini"

"Eeh, jadi sampe sekarangpun kau masih nempel dengan Kak Fahra ya??" ejekku.

"Kalo iya emang napa?" katanya kesal.

"Ya, nggak apa apa sih"

Si andy ini, sedari kecil MANJA banget ama kakak perempuannya itu. Ibarat anjing ama majikan. Apapun yang kakaknya perintah langsung dikerjakan.

Adik yang setia.

"Terus kabar Si Pam Pam badung gimana? Masih hobi tidur sama Rad dan Jer?" dia menanyakan tentang adikku. Adikku dijuluki Pam Pam karena pipinya Chuby dan matanya besar, kalau badung ya pasti karena dia badung.

"Masih lah. Rad sama Jer badannya udah hampir segede kambing malah sekarang. Jadi makin betah dia tidur bareng mereka."

"Hampir segede kambing?! " bibi terkejut.

"Iya,"

Rad dan Jer adalah Anjing peliharaan keluargaku. Dua duanya jantan. Mereka kembar, dan untuk membedakannya kami memberi kalung. Merah berarti Rad, Abu abu berarti Jer.

Aku sih kurang tau mereka jenis anjing apa, cuma kata Dad jenis langka dan berumur panjang. Adikku tidur dengan mereka di kamarnya, katanya dia merasa risih jika mendapati sisi sampingnya kosong.

Ya.. Aku lebih risih jika melihatnya tidur bersama anjing raksasa itu.

°Andy POV°

"Ibu! Pegang kakinya ibu!" ucapku.

"Siap, Dy" ibuku memegang kaki Ivan yang melawan dengan kedua tangannya. Lalu ia ikat dengan tali.

"Ayah, pinjam tali!"

Ayahku sambil tertawa memberiku tali. Tanganku langsung bergerak mengikat pergelangan tangannya yang dibelakang punggungnya.

Mulutnya sudah kubekap dengan selotip. Matanya juga sudah kututup. Hahaha, ini akan menjadi seru! #senyum jahatku mulai berkoar.

"Baiklah, ayah, ibu boleh keluar. Nanti akan kutunjukkan hasilnya" kataku.

"Oke, warnai yang rapi ya~" ibuku menggandeng ayah keluar kamar.

Aku kembali tersenyum jahat, menghadap ke arahnya yang masih meronta.

"Hahaha, aku tak akan menyia nyiakan kesempatanku kali ini. Itu sebabnya aku bangun jam 4 subuh untuk mengikatmu." jelasku.

Aku sudah mempersiapkan pewarna rambut berwarna hitam. Dan hanya tinggal di praktekkan saja.

Sekali lagi aku tertawa. Haahh, entah mengapa hari ini hari yang paling menyenangkan.

[Jam 06.00]

Ivan duduk, dengan tangan terlipat di dada, kaki yang sengaja ia hentakkan berkali kali dan alis yang kebawah.

"Sudah puas?" tanyanya.

Aku tertawa sambil mengarahkan 2 jariku ke arahnya. "Sorry bro, "

Dia menoleh ke arah cermin lagi, ia melihat rambutnya seperti melihat alien yang nemplok padanya.

"Erg! Kenapa kau tak membeli warna coklat?" tanyanya.

"Peraturannya adalah hitam. "

Dia mendecik. "Sebagai balasannya, ambilkan aku makanan. Aku lapar"

"Ha?! Ke-"

"Ets, ets, ets. Tidak ada bantahan. Kau sudah membuat urat tanganku bergeser dan aku susah memegang benda."

Aku yang hendak membantah terpaksa menurut kemauannya. Haahh, merepotkan.

Aku berjalan kebawah, mengambil makanan yang disediakan ibuku lalu membawanya ke atas.

"Nih," kataku.

Aku menaruh makanan itu di meja, dia menghampirinya lalu menyuruhku duduk didepannya.

"Aaa" dia membuka mulutnya.

Hah? Minta disuapi?

Aku menyendoki makanan itu lalu menyuapinya. "Makan yang banyak ya nak" kataku.

"Baik, istriku"Jawabnya.

Aku langsung melempar sendok itu ke jidatnya.

"Ouch!"

"Lain kali, berpikirlah sebelum bertindak" ucapku. Kini aku menggunakan garpu untuk menyuapinya.

"Siap jendral" katanya.

Aku tersenyum puas akan jawabannya. Hahaha, jendral.. Sebutan yang pantas untukku. Tapi, aku mendapati hal yang mengganjal akan sebutan itu.

"Mana ada Anak buah kapal yang disuapi oleh jendralnya?" kataku aneh.

Aku berhenti menyuapinya, dan dia terdiam.

"Loh? Lok kau berhenti?"

"Tak ada atasan yang menyuapi bawahannya. Aaa" gumamku.

Ia mengambil garpu perlahan, ia memaksakan tangannya yang agak memar itu, dan siap menyuapinya ke mulutku..

"(Cklek) Andy, cepat ke bawah, ada yang.."

Ibuku yang kepalanya menyembul dari balik pintu menghentikan pergerakan kami. Garpu itu hampir memasuki mulutku yang terbuka.

"Ah, maaf mengganggu~.(blam)"

Ibuku menghilang setelah mengatakan itu.

"Lanjutkan" ucapku.

Akhirnya makanan itu sampai ke mulutku.

Brother Zone [BxB]Where stories live. Discover now