2. Kebetulan?

56 8 0
                                    

***

Selena mendengus ketika baru saja ia keluar dari mini market dekat kampus dan hujan turun dengan derasnya, beneran tanpa aba-aba mana anginnya kencang. Mau nerobos hujan juga, kayaknya bajunya bakal basah kuyup.

Selena mundur beberapa langkah untuk menghindari percikan air, mengusap kedua tangannya untuk mencari kehangatan.

"Selena?" Yang dipanggil tentu saja terkejut, namun tidak bertahan lama saat tau siapa yang menyapanya.

Wirandra Dharmasena. Selana heran deh, kok hujan masih deras tapi pelanginya udah muncul? Bukannya pelangi muncul setelah hujan ya.

"Hai Wira, kejebak hujan juga yah?" tanya Sel.

Wira mengangguk, "niatnya mau beli kopi biar engga ngantuk pas kelas, eh malah kejebak hujan."

"Gue baru kelar makan siang, terus niat nyari minum eh pas mau balik kejebak hujan. Padahal ada kelas sebentar lagi." Selena melirik jam tangan yang melingkar di tangannya, 20 menit lagi kelasnya akan dimulai.

Kalau melihat betapa gelapnya langit siang ini, sudah dipastikan hujan akan bertahan lama.

"Gue bawa payung sih, tapi kalo terobos lagi hujan deras gini ya sama aja boong."

Selena mengangguk setuju, "hujan angin gini, pake payung juga percuma karena bakal tetep basah kuyup."

Wira tak membalas perkataan Sel, dia sedang sibuk memandang rintik hujan yang sedang mengguyur bumi siang ini. Selena engga protes sih, dia justru menikmati keheningan di antara mereka, sesekali melirik Wira yang sedang berdiri di sebelahnya.

Awal pertemuannya dengan Wira, Selena seperti dihipnotis dengan ketampanan Wira. Berkali-kali memandang wajahynya, tak pernah membosankan bagi Sel. Proporsi wajahnya pas, tidak berlebihan, dan selalu berhasil mendatangkan jutaan kupu-kupu di perutnya.

"Lo suka hujan engga, Sel?" tanya Wira yang berhasil menarik Selena untuk kembali berpijak pada bumi.

Selena gelagapan tapi Wira masih cuek aja mandangin hujan, "biasa aja sih. Bukan penggemar hujan, engga benci juga. Cuman kalau lagi diem di kamar terus paling enak dengerin suara hujan sambil selimutan dan makan indomie pake telor."

Wira terkekeh, "valid. Kalau hujan gini kenapa yang kepikiran selalu indomie pake telor ya?"

"Kalo kepikirin utang, stress ntar."

"Random banget sih lo," ucap Wira disusul dengan kekehan.

Perlahan hujan yang mengguyur bumi dengan deras berubah menjadi rintik hujan, mungkin banyak mahasiswa berdoa supaya hujan secepatnya berhenti agar mereka tidak mengambil jatah absen karena ini baru awal semester.

"Udah tinggal gerimis nih. Lo ada kelas di gedung mana, Sel?" tanya Wira, dia melangkah, tangannya menengadah untuk memastikan hujan deras sudah berganti menjadi rintik.

"Di gedung A. Lo?" tanya Sel.

"Sama di gedung A juga." Wira mengambil payung di dalam tasnya, "mau bareng?" tanya Wira.

Sel melotot karena engga nyangka bakal dapat tawaran dari Wira, "payung lo cuman cukup nampung satu orang," jawab Sel, matanya melirik payung lipat yang sudah Wira keluarkan dari dalam tasnya.

"Ya gapapa, yang penting kepala kita berdua engga kehujanan. Emang kalau engga bareng sama gue lo mau ke kampus pake apa?" tanya Wira.

"Lari aja gampang."

Wira menggeleng, "udah bareng aja. Lagian kalau gerimis gini malah nanti bikin kepala pusing."

Sel sih aslinya mau-mau aja sepayung berdua sama Wira, tapi masalahnya dia engga yakin sama jantungnya sendiri.

Grow Up: IntuisiWhere stories live. Discover now