Part 2 : He Kissed Me

6.5K 344 0
                                    

Dari luar terlihat sudah ramai, aku dan Nash turun dari mobil dan masuk kedalam. Aku dan Nash disambut oleh taman-teman kami, dan juga mendapat pujian, lagi. Aku dan Nash menghampiri Lily, salah satu sahabat kami. Tentunya dia juga mengubah gayanya, dia sangat cantik dengan gaun hijaunya dan make up nya yang mempesona.

"Hi Lily." Sapaku

"Oh hi Van, kau terlihat cantik!" Aku memutar kedua bola mataku.

"Bisakah semua orang diam tentang itu" keluhku, "and you look beautiful too by the way."

"Serius Van, kau terlihat seperti bukan kau." Tambah Nash.

"Ya ya ya, terserah kalian, oh dimana Matthew?" Tanyaku, Matthew juga salah satu sahabat kami, kami berempat sudah bersabat sejak kelas 10.

"Dia sedang mengambil minuman untukku." Ujar lily

"Oh Matthew menjadi teman dansamu nanti?" Tanya Nash.

"Ya." Jawab Lily.

"Hei Nash, kenapa kau tidak mengambil minuman untukku juga?" Ujarku.

"Untuk apa kau menyuruhku? Ambil sendiri sana." Dia memasang muka malas.

"Dasar pria yang malas." Aku berjalan menuju tempat minuman, mengambil minuman berwarna kuning bening, kurasa wine. Aku meneguknya sampai habis, rasa panas menjalar ditenggorokanku. Aku ingin minum lagi tetapi aku menahannya agar tidak mabuk. Aku berbalik dan kembali menuju sahabat-sahabatku, Matthew sudah berada disana.

Sudah lebih dari 1 jam acara berlangsung, dan sekarang acara dansa akan dimulai, semua berkumpul. Sekarang belum slow dance, kami semua berdansa sesuai dengan lagunya, sekarang lagu yang sedang diputar adalah lagu hit the light dari Selena Gomez, siapa yang tidak mengenal dia. Actrees dan penyanyi ini juga sekolah yang sama denganku, ya sekolah ini salah satu sekolah ternama di California. Oh dan dia juga menjalin hubungan dengan penyanyi terkenal bernama Justin Bieber. Semua orang pasti mengenalnya, dengan suaranya yang merdu, penampilannya yang menarik, dan wajahnya yang sangat tampan, ada satu keunikan, Justin mirip dengan matthew. Hal itu sering membuat Justin jengkel, dia tidak mau ada yang mirip dengannya.

Selena dan Justin sering sekali bermesraan didepan umum, tetapi pasangan kekasih itu belum datang sampai sekarang.

"Itu Selena dan Justin!" Teriak seseorang memutuskan lamunanku, melihat Selena dan Justin baru datang, semua orang menghampiri mereka sambil berteriak tidak jelas, aku, Lily, Matthew, dan Nash hanya terdiam melihat semuanya. Kami tidak suka dengan mereka, karena mereka berdua selalu menjahili orang-orang yang mereka anggap cupu. Kami berempat memang terlihat cupu dari yang lainnya, Justin dan Selena juga sering menjaili kami. Mereka hanya tampil baik di media. Itu sebabnya kami tidak suka dengan mereka. Tetapi sekarang kami berempat merubah tampilan kami, sehingga kami berpenampilan menarik dan tidak cupu. Selena dan Justin masuk sambil bergandengan tangan, dansa dimulai lagi, kali ini lagunya mellow, kami semua berdansa mengikuti lagunya dan aku berpasamgan dengan Nash. Aku melihat Justin dan Selena berdansa dengan romantisnya, lalu aku melihat mereka berciuman, entah mengapa aku merasa aneh melihatnya. Saat aku memperhatikan mereka, mata coklat Justin bertemu dengan mata hijauku. Holy crap! Aku tertangkap basah sedang memperhatikan mereka! Aku langsung menunduk. Apa Justin masih melihatku? Aku melihat dia lagi, dan Justin masih melihatku, oh sial! Aku langsung memberhentikan dansaku dengan Nash.

"Um... Aku ingin ke toilet sebentar." aku berjalan menuju toilet

Aku bercermin. Menepuk-nepuk pipiku, berusaha menyingkirkannya pikiran. Oh tadi memalukan! tertangkap basah memperhatikan mereka! Dewi batinku menutup mukanya dengan kedua tangannya.

Aku berjalan keluar dari toilet. Saat aku berjalan pelan, seseorang memegang tanganku, aku menoleh dan membelalakan mataku saat tahu siapa orangnya, Justin. Astaga, ini Justin? Justin Bieber? Yaampun mau apa dia? Aku menghirup udara dan menghembuskannya perlahan, mencoba memasang ekspresi datar.

"Ada apa?" Tanyaku datar.

Dia mengedipkan matanya beberapa kali, melihatku dari ujung kaki sampai atas, masih belum berkata apa-apa dan tangannya juga masih memegang tanganku. Tanganku yang lainnya melambai-lambai ke depan wajahnya.

"Hallo?"

"Kau terlihat berbeda." Gumamnya.

"Lalu?"

Dia mengangkat sebelah alisnya.

"Ada apa kau menemuiku?" Tanyaku.

"Tidak, tidak ada." Dia menggeleng.

"Dan bisakah kau melepas tanganmu dari tanganku?"

Dia langsung melepas tangannya dari tanganku.

"Terimakasih." Aku berbalik, dan Justin kembali membalikkan tubuhku dan tiba-tiba dia menciumku, lidahnya menuntut masuk, tangannya yang satu memegang rambutku dan yang satu lagi mengelus punggungku. Awalnya aku hanya diam dan merasakan ciumannya, tetapi aku sadar bahwa yang menciumku adalah Justin Bieber kekasihnya Selena Gomez. Aku mendorongnya dengan kuat dan menamparnya.

"Apa-apaan kau!" gertakku. Aku melihat sekeliling, sepertinya tidak ada orang disekitar sini, syukurlah.

"Kenapa kau menamparku?!" Dia memegang pipinya dan melotot kearahku. Kenapa?! Dia bertanya kenapa?! Kurasa dia sakit!

"Perilakumu menjijikan, kau tahu!" Aku melotot juga kearahnya.

"Seharusnya kau bersyukur telah dicium oleh Justin Bieber!" semburnya. Astaga, pria ini memiliki rasa percaya diri yang terlalu tinggi!

"Kenapa aku harus bersyukur telah dicium oleh Justin menjijikan Bieber?"

"Kau perempuan beruntung sesudah selena, karena diluar sana masih banyak yang berharap dicium olehku, jangankan berharap dicium, berharap dipeluk ataupun bertemu saja belum tentu bisa!" Ya Tuhan, telan pria ini hidup-hidup sekarang juga.

"Sayangnya aku bukan orang yang berharap dicium, dipeluk, ataupun bertemu denganmu Mr. Bieber."

"Kau benar-benar perempuan yang tidak tahu terimakasih!"

"Kau benar-benar pria yang tidak tahu bagaimana caranya meminta maaf!"

"Sialan!" dia menyisir rambutnya dengan jari-jarinya.

"Kau yang sialan! Atas dasar apa kau menciumku begitu saja?" Mukaku sudah berwarna merah padam, penuh dengan amarah.

Lanjutkan omelanmu. Dewi batinku mengenakan syal berbulunya sambil duduk santai dikursi malasnya.

"Kau yang tadi melihatku berciuman dengan Selena, aku tahu kau berharap juga ingin dicium olehku, karena aku kasihan denganmu makanya aku menciummu." Mendengarnya saja aku ingin muntah, muntah dengan keras dimukanya. Pria ini memiliki kelainan di otaknya.

"Kau yang terlalu percaya diri! Mimpi apa aku berharap ingin dicium olehmu? Pasti sudah kiamat jika aku berharap seperti itu."

Rahangnya menegang, mulutnya membentuk garis tipis,. Aku tahu dia sudah marah, tapi aku tidak akan kalah dengannya.

"Well... Mr. Bieber, lain kali kau harus menjaga sikapmu." Aku berbalik badan dan berjalan kembali menemui Nash, meninggalkan Justin sendirian.

"Mengapa kau lama sekali?" Tanya Nash.

"Nanti kuceritakan."

****

Keep vomment

Does He Love Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang