tiga

8.9K 1.4K 61
                                    

"Ya tuhan.. tampan sekali.!" Gumam Nia yang rahangnya seperti mau jatuh dilantai, sama dengan gadis-gadis yang lainnya.

Aina tersenyum simpul melihat Nia. Dia tidak bilang gadis muda itu norak atau gatal sebab wajar saja jika perempuan normal mengagumi sang bos besar.

"Ssst. Tutup mulutmu.! Profesional lah.!" Tegur Bu Yus.
"Jangan ada cela, jangan biarkan dia mengusir kita dari sini.!"

Aina kembali menahan senyum, pendatang yang lebih kuat selalu saja dimusuhi oleh orang lama yang takut menerima perubahan.

"Tuan Ankarian, Ini bu Yus. Dia yang mengelola kantin di sini, masakannya sangat enak dan bersih." Ucap satu pria di kiri si bos besar.
"Bu Yus, ini tuan Arash Ankarian. Kita semua ada si sini berkat kehebatan nya.!"

Aina yang berdiri paling kiri agak tertutup pilar tapi dia bisa yakin kalau orang yang bicara pasti sedang menerapkan IP nya yang tinggi.

Bu Yus mengulurkan tangan, si bos besar menyambut dan mengangguk.
"Senang bertemu denganmu" kata pria itu yang suaranya sangat berat dan dalam, berbeda dengan wajahnya yang kekanak-kanakan.
"Aroma masakanmu sangat menggoda, tidak sabar mencicipi nya."

Senyum bu Yus begitu lebar, semua prasangka nya yang jelek pada si bos langsung sirna, entah karena pesona pria itu atau karena pujian terhadap masakannya.
"Makanlah, anda pasti akan ketagihan."
Jawab Bu Yus lupa untuk profesional.

"Terimakasih, mari kita lihat apakah pujian karyawan disini nyata atau tidak.!
Kantin ini sudah jadi cerita sendiri di semua kantor cabang.!"

Aina tidak tahu apakah si bos hanya sedang membesarkan hati bu Yus atau sedang mengatakan yang sesungguhnya nya tapi yang terpenting bu yus terlihat senang dan tidak lagi curiga atau kaku dan memusuhi si bos.
Aina yakin si bos selalu dengan gampangnya bisa menaklukkan musuh-musuh dan saingannya memanfaatkan wajah manis dan sikapnya yang menyenangkan.

"Mari tuan Ankarian, mari makan. Saya sudah menyiapkan masakan istimewa untuk anda."
Bu Yus mengarahkan si bos ke arah meja dan rak prasmanan.
"Disini juga banyak kue dan snak yang sangat enak-enak, buatan pekerja saya."
Tambahnya mengarah kan tapak tangannya pada Aina.

Si bos sudah bergeser mengikuti bu Yus, dia menoleh ke arah Aina yang kini sedang diperkenalkan oleh ibu Yus.
"Ini Aina, dia yang menyiapkan semua kue-kue ini.
Saya beruntung sekali punya dia."

Senyum tipis dan wajah ramah tuan Arash Ankarian langsung berubah saat matanya melekat pada sosok Aina yang tersenyum ramah, sedikit menunduk.
Tubuh si bos tegang, matanya tajam dan senyum di bibirnya lenyap seketika membuat semua orang ikut diam, suasana langsung tegang menyeluruh.
Aina memperhatikan sekeliling lalu pada sang big bos yang masih terus melihatnya, membuatnya tidak nyaman.
Apa yang sudah dilakukannya.?
Kenapa dia dilihat seperti ini.?

"Tuan Ankarian, ada apa.?"

Aina lega luar biasa saat akhirnya bu Yus memecah keheningan, mengalihkan perhatian semua orang dari dirinya.

"Tidak. Tidak ada apa-apa. Aku baru saja teringat tentang satu hal yang terlupakan di kantor pusat.
Sebaiknya aku segera makan siang, lalu menghubungi staff yang di sana.!" Jawab si big bos yang tidak lagi melihat Aina dengan mata pucatnya yang tajam.

"Aina berikan piring pada tuan Ankarian." Titah bu Yus.

Dengan gugup Aina mengambil piring, menyodorkan pada sang big bos yang tiba-tiba membuatnya gugup, jadi sebelum piring benar-benar berada ditangan pria itu, Aina sudah melepaskannya, bisa diketahui kalau piring itu pasti jatuh ke lantai. Aina reflek mundur, menjauh saat piring itu jatuh ke atas sepatu si big bos lalu ke lantai dan pecah sedikit tapi bunyinya luar biasa membuat semuanya kaget dan terlonjak.

(Repost) Engkau Bukanlah Segalaku!Where stories live. Discover now