1

60 6 7
                                    

bulan lalu, saya pulang bekerja pukul dua pagi dan makan sepotong panekuk madu. saya jadi ingat, madu itu pernah menempel di sudut bibirmu, dan pasti akan saya kecup sedikit.

satu tahun lalu, saya menjual lukisan pertama saya kepada bapak tua penjual koran politik. saya jadi ingat, dulu lukisan itu masih jadi angan-angan di kepala saya, hingga akhirnya tertoreh karena dirimu yang mengecup mata saya, kamu duduk dipangkuan saya dan kita tertidur di samping kanvas yang basah.

dan hari ini, saya bertemu denganmu—sendirian.

saya melihat rambutmu yang sudah menjadi pendek. terakhir saya ingat rambutmu begitu panjang saat bisa saya jamah untuk teman tidur saya. saya bahkan masih tahu betul harum nya seperti apa. saya juga melihat cara pakaianmu yang berubah.

dan sesuatu yang lain juga berubah, maksud saya, ukiran itu menjelma bagai suatu bentuk yang dulu saya dambakan untuk saya bawa pulang, sudah berubah. perubahan itu membuat tenggorokan saya sakit, jantung saya memompa darah begitu cepat hingga yang saya lakukan saat itu hanya bisa diam.

"kamu banyak perubahan ya, terkecuali sorot matamu kepada saya yang masih tetap retak."

namun, senyummu masih yang paling cantik dan saya masih mendambakan ukiran itu sampai sekarang.

saya masih diam di tempat, melihatmu dari kejauhan. ingin rasanya saya hampiri dirimu untuk saya peluk dan bicarakan hal yang waktu itu, saya mau tahu alasan kenapa kamu pergi meninggalkan saya untuk sendirian.

tapi, kalau dilihat-lihat, kamu bahagia ya tanpa saya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 11, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

i dunnoWhere stories live. Discover now