say hi again

163 27 34
                                    

Dering ponsel yang beruntun mengusik ketenangan Gianna yang masih bergelung di atas kasurnya. Dengan malas ia memeriksa rentetan pesan yang masuk dari Harris.

Si Ganteng

|Ekhem
|Selamat pagi
|Bukan maksud daku mengganggumu
|Tapi sayang kamu lupa!!
|Katanya mau kasih hadiah😔
|Udah jam setengah sebelas hue
|Padahal kamu nyuruh aku tidur cepet
04.39

"Astaga, lupa."

Ia mengusap wajahnya pelan, kemudian beranjak untuk membasuh wajahnya terlebih dahulu. Dipandangnya lagi pesan-pesan itu, untung saja si pengirim sudah tidak aktif yang kemungkinan sudah terlelap sekarang.

"Nggak usah dibales kali ya.."

Senyuman lebar tercetak di wajahnya memikirkan rencana yang sudah ia persiapkan.

Siulan halus yang sedari tadi Theo dengar kian mendekat. Namun, ia tidak mengambil pusing hal tersebut. Di tempat umum seperti minimarket ini, bukan tidak mungkin untuk salah satu pelanggan asyik bersenandung ria.

Angin malam ini terasa begitu menusuk di kulitnya, padahal penghangat ruangan dalam keadaan terus menyala. Hawa ini, seperti ada yang memperhatikannya.

Theo menilik kembali isi keranjangnya kalau-kalau ada yang kurang. Setelah dirasa lengkap, ia melangkah menuju kasir dan mengantri di salah satu barisan.

Ia berusaha mengalihkan prasangkanya dengan melihat pemandangan di luar, hanya menatap orang-orang yang berlalu-lalang.

"Is everything, Sir?"

"Ya."

Selagi menunggu, Theo sesekali mengetuk-ngetuk pembatas besi di hadapannya. Entahlah, tapi rasanya ia sangat gelisah.

"Do you have member card?"

"Nope."

"Would you like to regist-"

"No," potongnya yang mulai tidak sabar.

"It's £29." Theo langsung mengangkat sebuah kartu kredit sebelum kasir itu kembali bertanya. "Okay, now please sign here," instruksi kasir tersebut usai Theo menggeser kartunya.

"Thank you."

"Thank you. Have a good day, Sir."

Ia bergegas keluar minimarket tersebut, melangkah di sepanjang jalan yang ditutupi daun-daun berwarna kecokelatan.

Suara siulan itu kembali terdengar, kali ini lebih tegas. Asal suaranya terdengar jelas dari belakang yang diiringi dengan derap langkah seseorang.

"Halo, Tuan Muda."

Suara ini, tidak salah lagi. Tapi, kenapa? Dan bagaimana? Bagaimana bisa orang ini mengetahui keberadaannya?

"Are you deaf, Sir?"

Theo enggan berbalik dan memilih untuk kembali berjalan. Masa bodoh dengan pria sialan itu, yang Theo yakini memiliki niat buruk padanya.

"Brengsek! Kalau ditanya tuh jawab!"

"Apa sih yang Jessi liat dari lo? Pengecut."

Mendengar nama itu lagi, seperti menggores di atas luka lama. Dia berhenti dan berbalik, menatap netra yang terlihat seperti ingin menerkamnya itu.

Limerence with G [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang