#2

5 1 0
                                    

Ah itu bunyi bus berhenti,rupanya bus sudah datang.

Ia baru berdiri tetapi gadis disebelahnya sudah tidak ada.

Ah sepertinya gadis itu sangat terburu-buru.

Segera aku menaiki bus.

Semua kursi penuh hanya dua kursi belakang yang kosong.

Segera aku duduk disana.

Ramai juga orang yang pergi jam segini.

Aku bersandar di kursi bus.

Membuka handphone ku, hendak menghubungi James.

Sial tidak ada jaringan sama sekali.

Perasaan disini lancar lancar saja? mungkin sedang perbaikan.

OEK

OEK

OEK

Tangisan bayi tiba tiba terdengar nyaring melengking,ini menggangu ku.

Aku sontak menatap ke arah ibu yang menggendong seorang anak.

BAYI ITU TERBAKAR?

Kaki ku lemas.

Bayi itu meleleh ralat semua penumpang terbakar sebagian terluka.

Aku berusaha mengembalikan kewarasan ku aku mendatangi Lynne di depanku.

Saat aku berusaha menggapai Lynne yang kulihat.

Wajah yang hancur.

I-ini

SEMUA BUKAN MANUSIA?!

jika ini mimpi cepat bangun kan aku.

Segera aku berlari kearah supir bus.

Supir bus itu menatap ke arahku.

MATANYA.

M-mata nya hilang semua gosong.

"Asap yang tebal,panas,tolong aku."

Bersamaan dengan itu Mata Carol Akhirnya tertutup.

"HAH"

Aku meraup nafas rakus seolah belum pernah bernafas.

Kulihat ada seorang satpam disamping menatap ku aneh.

"K-kamu manusia?"

Tanyaku gagap.

Ia menatap ku sambil tertawa.

"Tentu saya manusia"

"Huh baiklah..."

Aku bernafas lega sembari berdiri membersihkan pasir di sekitar baju ku.

"Kenapa saya disini?"

Tanya ku pelan.

Lelaki itu menggeleng.

"Tidak tahu,saya melihat anda tidur di halte 27 itu jadi saya mendatangi Anda"

Aku membelalakkan mata.

JAUH SEKALI!!!

"Apa anda sudah tau kalau halte 27 ditutup?pasca kecelakaan bus yang membakar beberapa orang didalam nya"

Ucap satpam itu.

Aku kaget.

"Kapan pak?"

"Sekitar 3 hari yang lalu"

"Pak saya tadi malam menaiki bus nomor 27, bapak tidak bercanda kan?"

Tanya ku dengan jantung yang berdetak kencang.

"Nona seharusnya anda yang jangan bercanda,bagaimana bisa itu kan bus pasca kecelakaan kemarin,setelah itu belum ada pengganti bus 27."

Tegas satpam itu.

Lemas aku terduduk lemas.

"Pasti mimpi."

Ya pasti semua hanya mimpi ku kemarin.

"Baik terimakasih pak."

Ucapku sembari pergi dari sana.

Aku berjalan gontai menuju apartemen ku,

Jauh dan sempit,melelahkan.

Segera aku mandi dan mengganti baju kerja ku dengan baju kerja hari ini.

Harusnya sih pagi ini temanku tapi karena sudah membuat janji bertemu untuk membahas ini,baiklah.

Kali ini Aku menumpang temanku yang bekerja sebagai dokter dirumah sakit juga.

"Line tumben sekali kau mau ku ajak?biasanya kau akan menolak"

Ucap Simmons yang saat ini menyetir.

Aku menatap sebentar kemudian menatap kedepan.

"Tidak ada,hanya ingin."

Simmons mendelik kesal.

"Dari kecil kau memang menyebalkan line!!"

"Ya,dan itulah aku"

Aku terkekeh kecil melihat Simmons menghela nafas kasar.

Simmons memang sahabat lelaki ku sedari kecil, saat kedua orang tua ku meninggal ketika aku umur 5 tahun keluarga Simmons yang membantuku

Dan untuk line?itu hanya nama panggilan ku dari Simmons, terserah dia saja lah.

"Aku akan pindah dari rumah sewaan ku."

Ucap ku tiba tiba.

"Baguslah sudah ku bilang disana terlalu jauh dan sangat sempit"

"Ya ya ya"

"Pindah kemana ke rumah ku saja kah?lagi pula ibu ku selalu menanyakan mu rasanya aku seperti anak pungut saja dan kau yang selalu dicari"

Sebal Simmons.

"Kasihan,eum dan juga tidak mungkin aku terus terusan merepotkan keluarga mu tidak perlu lah."

Ucap Carol membuat Simmons menatap
sebal sembari menyetir.

"Kau sahabatku sudah seperti keluarga,tidak usah berlagak seperti orang asing Line"

"Dan lagi pula memang nya kau sudah ada tempat tinggal baru?"

Pertanyaan Simmons membuat Carol terpaksa berbohong.

"Ya sudah ada"

"Di m-"

"Kau berisik sekali Simmons, menyetir dengan benar aku tidak ingin mati konyol bersama mu,kau ingin membunuh ku ya?"

Desis ku saat simmons hampir menabrak pengendara lain,Malah membuat Simmons tertawa.

"Tentu saja aku yang akan membunuh mu"

Ucap Simmons sembari tertawa.

Eh Simmons bercanda kan?tentu!! karena Simmons suka bercanda bahkan kadang tidak tahu kondisi hingga membuat ku emosi.

Akhirnya sampai juga.

Segera aku keluar dari mobil Simmons sembari melambaikan tangan.

Tentu saja aku dan Simmons berbeda lantai tempat kerja.

Segera melakukan pekerjaan ku.

Agar aku bisa pulang cepat untuk mencari apartemen baru agar Simmons tidak tahu aku berbohong.

Hmm ternyata benar,jika sudah sekali berbohong tidak menjamin tidak akan berbohong untuk kedua kalinya sampai selanjutnya.

Baru saja hendak memasuki ruangan sudah ada James menunggu didepan ruangan ku.

Haih..

Aku lupa memberitahu James hasil otopsi.

Mystery Box Secret.Where stories live. Discover now