9.2. i've loved you since we were 18, long before we both thought the same thing

Start from the beginning
                                    

Jaemin terdengar menghela napasnya pelan, menyamankan kembali dirinya di pelukan Jeno, sebelum pandangannya menerawang ke seberang bukit, dimana kebun bunga miliknya terlihat jelas dari tempat mereka duduk.

"Kak Yuta juga pergi, beberapa bulan setelah kamu pergi. Ia kembali ke Jepang, untuk meneruskan impiannya menjadi desainer."

Jeno diam mendengarkan, memperhatikan Jaemin lekat-lekat. Matanya bergetar berkaca-kaca bagai permukaan sungai yang airnya beriak tertiup angin.

"Kak Jaehyun bekerja di restoran dekat pantai, meneruskan usaha keluarganya."

Mata Jeno langsung berkelana ke sisi timur bukit, tempat dimana debur ombak dapat terdengar, menyajikan pemandangan yang memanjakan mata dengan hamparan pasir putih.

"Kak Doyoung sudah punya anak kedua, namun kini ia hidup sendiri."

Jeno mengernyit menatap Jaemin, bertanya melalui gestur tubuh.

"Ia bercerai dengan Kak Jaehyun dua tahun lalu, sesaat setelah anak keduanya lahir."

Jeno mengangguk-angguk mengerti. Memang semenjak sebelum ia pergi meninggalkan desa, hubungan dua teman kakaknya itu tidak berjalan terlalu baik. Doyoung sering datang ke rumah Jeno untuk menemui Taeyong, curhat mengenai keluh kesahnya atas suaminya yang katanya tidak pernah perhatian kepadanya. Jeno paham mengapa akhirnya mereka memutuskan untuk berpisah pada akhirnya.

"Kak Mark sibuk mengurus kakaknya."

"Kak Taemin? Memangnya dia kenapa?"

"Terlibat masalah dengan hukum, ia sempat menggunakan obat-obatan terlarang. Kak Taemin ditemukan pingsan karena overdosis empat tahun lalu. Ia sudah menjalani rehabilitasi, dan kini Kak Mark dan Donghyuck yang mengurusnya."

"Donghyuck? Lee Donghyuck yang itu?"

Jaemin mengangguk, kepalanya tanpa sadar ia tengokkan menghadap wajah Jeno, "Yang suka padamu dulu, sewaktu SMA."

"Dia menikah dengan Kak Mark?"

"Iya, setengah tahun lalu setelah Kak Mark kembali dari Kanada."

"Kamu tak perlu cemburu lagi berarti," Jeno menyahut iseng, membuat Jaemin memukul dadanya pelan. "'Kan Donghyuck sudah bersuami."

"Siapa yang cemburu?!"

"Dari wajahmu kelihatan, tuh."

Jaemin tidak menyahut, ia mengalihkan pandangannya dari Jeno dengan wajah memerah. Jelas saja ia cemburu, dulu Donghyuck begitu lekat dengan Jeno bagai lem dan kertas, sementara saat itu Jaemin juga menyukai Jeno. Beruntung Jeno kini betulan miliknya.

"Jelas saja aku cemburu, dasar tidak peka."

"Kalau cemburu ya bilang, dasar tsundere."

"Jeno! Aish, menyebalkan!"

Jeno tertawa puas menggoda Jaemin, desiran euforia kembali memenuhi diri keduanya. Rasanya lama sekali semenjak terakhir kali mereka tertawa lepas dan saling menggoda begini. Kehangatan sinar mentari senja seolah meresap memasuki tubuh keduanya. Jeno mendekap Jaemin makin erat, rindu yang membelenggu keduanya perlahan mulai terkikis sedikit demi sedikit.

"Kamu tahu 'kan, aku sudah mencintaimu sejak kita delapan belas?"

Jaemin tersenyum, "Hari kelulusan, 'kan?"

"Jauh sebelum itu."

Jaemin mendongak menatap Jeno, lagi, "Iyakah?"

"Jauh sebelum kita berdua memikirkan hal yang sama."

Starlit Night - [nomin]Where stories live. Discover now