X|

917 218 16
                                    




"Kak.."


"Kakak.."

Kau menggeliat, bangun dari posisimu dan menerjabkan
mata.

Tepat di hadapanmu, kau
mendapati adik tercintamu
yang sepertinya membangunkanmu.

Seketika perempatan muncul pada dahimu. Kau menyesal tidak mengunci pintu. 'Sial. Padahal tadi lagi uwu uwunya..' Batinmu mangkesal.

"Kenapa kau membangunkanku?
Sebaiknya kau mengatakan alasan yang logis." Ucapmu kesal.

Adikmu bersweat drop. "Teman teman kakak datang. Katanya mereka membawa soal tes dari sensei untuk persiapan olimpiade."

Kau terdiam. Baru kau ingat hari ini hari H-nya. Dan kau sudah begitu lama berjuang untuk hari ini.

Kau mengaruk tengkuk. ".., Ah ya, baiklah."


¤•¤•¤•¤•¤

Kau melangkahkan kaki menuju ruang tengah. Teman temanmu telah terkapar di sana dengan tumpukan buku di sana

"Oh, Wah..
Akhirnya si kebo bangun juga." Cibir temanmu.

"Semalam aku begadang karena belajar bodoh." Jawabmu sinis.

Yang satunya mendengus.
"Nih, tes dari sensei.
Itu lebih susah dari yang kemarin. Sebagiannya dugabung dengan materi sma. Kata sensei dicoba dulu, kalau tidak bisa hubungi sensei untuk dapat penjelasan."

Kau berkerut.
"lah, sensei gak dampingin kita?"

Temanmu mengidik. " Katanya sensei bakal dampingin pas mulai lomba. Sisanya di serahin ke kamu, makanya kami datang, ahoo"

Kau menghela napas jengah. 'Gini nih. Kalo guru males ngajar.. Ujung ujungnya murid yang jadi mbek hitamnya.' Batinmu kesal.

"Liat aje nih. Entar kalo kita juara, yang nerima piala sekolah, yang dapet pujian sensei, padahal yang usaha kita."

______Time skip_____

[Nay PoV]

Aku menatap kakak dari kursi penonton. Harus kuakui dia
memang jago. Dia cekatan dalam menjawab. Dan Sepertinya timnya pun sangat bergantung padanya.

Usahanya mempersiapkan
olimpiade dalam kurun waktu sebulan memang tidak sia sia.

Diapun pandai dalam mengatur situasi. Dapat kulihat teman temannya tengah panik, namun dia menjadi motivator yang tepat untuk menenangkan mereka.

Saat inipun, dapat kulihat
merekalah yang memegang permainan. Poin tertinggi masih mereka pegang. Padahal kalau dilihat-lihat soalnya susah susah.

Cukup lama setelah itu, olimpiade dinyatakan selesai. Tinggal beristirahat sebentar sembari menunggu hasil dari para juri.

"Kita makan di luar yuk." Ajakku.

"Memangnya boleh?" Tanya kakak.

"Bolehin aja lah"

Kakak mengangguk tanda menyetujui. Ia berjalan dahulu
ke luar gedung.

Sepanjang perjalanan ia
terlihat melamun dan hanya
memilih mengutak atik layar
hp.

Aku bingung ada apa dengannya.
Meski di luar dia terlihat baik baik saja, tapi bagiku yang selalu bersamanya dapat melihat jelas dia tidak baik baik saja.

✔ Lucid Dream [Kazutora x Reader]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu