Rumah-rumah kecil di sekitar sungai, sangat rentan terkena banjir saat musim hujan tiba. Xiao Zhan ingin mencermati daerah itu, menjadikannya tempat yang layak huni. Baik di musim panas, maupun musim dingin.

Xiao Zhan mengenakan sepatu boot hitam yang terbuat dari alloy. Itu menghindarinya dari tanah basah dan melindunginya dari batu-batu besar di pinggir sungai.

Ia kembali di sore hari, setelah menyapa banyak warga di sana yang cukup mengenal wajah Xiao Zhan. Bukan dari banner atau poster di pinggir jalan. Jauh sebelum ia dilantik jadi pengurus partai. Ia sering mengikuti ayahnya ke tempat ini, mengunjungi temannya. Kadang juga membawa beberapa makanan yang ia bagikan pada mereka yang tinggal di sana.

Sebuah mobil range rover menunggu terparkir tak jauh dari mobil Xiao Zhan yang dijaga dua pengawalnya. Melihat nomor plat yang tertera. Zhan segera menghampiri mobil hitam itu dan mengetuk kacanya.

Kaca diturunkan perlahan, wajah tampan berkulit tan, tersenyum pada Xiao Zhan.

"Sudah lama kita tak makan bersama," ucapnya, dengan kepala ia dekatkan pada pintu mobil.

"Di tempat biasa!" Xiao Zhan menjawabnya disertai dengan senyuman.

.
.

Tubuh yang bergumul panas, suara desahan yang memenuhi ruangan. Setiap malam adalah siksaan bagi Yibo. Bayangan yang tak begitu nyata antara dia dan Zhan malam itu. Membuatnya mencari sesuatu yang hampir sama.

Yibo mencari cara untuk memenuhi ekspetasinya tentang nikmatnya bercinta. Setelah berpisah dari Liying. Yibo tinggal dengan Yoongi. Menumpang di rumah kontrakannya yang sempit.

Yibo tidak keberatan, selama ini ia hidup jauh lebih mengenaskan dari pada tidur di rumah seukuran kamar. Sebelum ia bertemu Jongin teman sekolahnya.

Yibo merangkak dari bawah lagi, ia menawarkan keahliannya sebagai penulis berita ke berbagai surat kabar. Ia ditolak dan dipaksa ke luar. Sebelumnya itu sangat mudah. Berkat koneksi yang dimiliki Liying, mudah bagi Yibo untuk memasukkan tulisannya ke media cetak.

Hari itu, sejak Liying memutuskan membuang Yibo dari hidupnya. Yibo harus berjuang dengan tanganya sendiri. Mengalami beberapa penolakan, ia sadar apa yang ia tulis terlalu jujur dan menyentuh hati. Tulisannya kurang komersil.

Ia menelusuri banyak konten untuk mencari referensi, lalu tanpa sengaja bertemu Jongin di acara reuni. Kim Jongin yang merupakan wakil pemimpin redaksi saat itu, memberi Yibo beberapa pengetahuan.

Tulis sesuatu yang sensasional, fakta memang diperlukan. Tapi argumen yang bersifat sugestif dan berani adalah dua komposisi yang bisa menguatkan tulisan.

Yibo mengeluarkan sisi dirinya yang lain. Seseorang yang ambisius, egois dan manipulatif. Terbukti setelah memulai semua dari dari bawah, dan dukungan Jongin di belakangnya, dengan cara kerja Yibo yang berani dan gila. Yibo memiliki sendiri kantornya.

.
.

Dua wanita dengan tubuh setengah telanjang mengapit tubuh Yibo di sofa panjang. Gadis berambut pirang menyalakan korek api pada ujung rokok Yibo yang terselip di bibirnya. Gadis lain dengan wajah lancip, menuangkan segelas bir lalu menyodorkannya pada Yibo.

Hari ini ia ingin menikmati waktu yang semakin mendekati pertunjukan besarnya. Ia terbiasa menghabiskan malamnya dengan beberapa wanita. Bukan untuk bercinta, hanya menemaninya minum dan menikmati tar yang dibakar.

Malam ini pun sama, hasrat Yibo pada dada bulat perempuan tak lagi sama. Sejak awal bersama Liying, ia merasa aneh ketika kulit mereka bergesekan. Ia tidak merasakan getaran yang hebat saat bercinta dengan para wanita. Justru tubuh Zhan yang tidak memiliki tonjolan di dada, dengan senjata yang serupa. Sudah membuat Yibo melupakan dunia. Yibo terobsesi pada Zhan. Jika tak bisa dapatkan tubuh itu dalam genggaman Yibo. Maka pilihan yang kedua adalah kehancuran.

Yibo melepaskan pelukannya pada salah satu pinggang gadis yang berambut panjang. Ia meletakkan rokoknya di asbak. Mengambil benda pipih yang bergetar di samping gelas berisi bir.

Ia melihat nama Taehyung tertera di layar pesan. Sungguh temannya itu tak tahu waktu, bisa-bisanya mengganggu di saat Yibo sedang bersenang-senang.

--Yibo, Minseok akan memulai langkah pertamanya malam ini. Ia memiliki bukti-bukti foto Zhan saat bersama denganmu beberapa tahun yang lalu. Tapi belum pasti, apa dia akan mengunggahnya ke dunia maya atau membeberkannya saat debat calon senator di balai Walikota--

Yibo menggenggam ponsel itu seolah ingin meretakkannya. Matanya melebar dengan warna merah memenuhi netra hitamnya. Rahangnya mengetat, demi melihat gambar yang dikirim Taehyung padanya.

"Sialan kau Jongin!!!!!!" teriaknya.









Tbc.

Trap The SenatorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang