Ray menahan dada Gavyn, menghentikan pria itu meneruskan kegiatan di tubuhnya. "Kalau aku menjadi pelacur kamu, aku ingin imbalan yang lebih besar."

Gavyn menjauhkan wajahnya dari lekuk leher Ray, kemudian menatap wanita itu dengan tatapan bingungnya. Ray mengusapkan tangamnya di dagu Gavyn, kemudian berkata, "Undang aku ke bachelor party-mu. Dan kenalkan aku sebagai teman baikmu."

Senyuman miring muncul di wajah Gavyn. "Kamu ternyata lintah juga," ejek Gavyn pelan. "And then what? Kamu akan merayu pria kaya lainnya di sana supaya kamu bisa terbebas dari kehidupan biasamu?"

"Tanpa mereka pun, aku akan terbebas dari kehidupan ini," jawab Ray berani, lagi-lagi menimbulkan pertanyaan dalam benak Gavyn. "Aku hanya ingin merasakan seperti apa menjadi orang kaya."

"Fine then, but remember, you will be my slut," bisik Gavyn di telinga Ray, membuat bulu kuduk Ray berdiri.

"Deal," balas Ray pantang menyerah.

"Ray... Ray... Ray..." ucap Gavyn berulang kali, sembari menelusurkan tangannya di balik gaun tidur satin itu. Tangan pria itu terus naik, tanpa mempedulikan apakah Ray setuju atau tidak. Tiba-tiba saja Gavyn membalikkan tubuh Ray hingga gadis itu membelakanginya.

Gavyn mendekat ke telinga Ray, kemudian berbisik dengan nadanya yang memerintah, "Membungkuk."

"Tunggu," tahan Ray sembari menekan dada Gavyn agar menjauh darinya. "Tanpa pemanasan?"

"Untuk apa? It's just a sex," balas Gavyn santai sembari menaikkan sebelah alisnya bertanya.

"Tetap saja," jawab Ray keberatan.

"Bukannya kamu udah berpengalaman, Ray?"

"Lalu, kalau aku sudah berpengalaman, aku nggak perlu pemanasan begitu?" Ray mengerutkan keningnya tidak senang.

"Fine," balas Gavyn mengalah. "Do it."

Ray meraih tengkuk Gavyn kemudian mencium bibir pria itu. Ray menggerakkan bibirnya, berusaha menggoda Gavyn. Namun, pria itu pasif -terlampau pasif daripada teman bermainnya dulu. Gavyn tidak membalas ciumannya sama sekali dan malah tetap diam. Ray sengaja menggesekkan tubuhnya di tubuh Gavyn, berharap pria itu mau membalasnya. Ray sudah melakukan yang ia bisa, namun Gavyn tidak tertarik untuk membalasnya. Ray melepaskan ciuman di antara keduanya, kemudian menghela nafas kesal.

"Kamu lebih sulit daripada kakek tua yang pernah aku layani," gerutu Ray sembari menatap mata Gavyn yang melihatnya datar.

"Itu yang kamu bilang ciuman?" ejek Gavyn, membuat Ray mengerutkan kening tersinggung. "Kamu yakin kamu bukan perawan, Ray?"

"Kamu pastiin sendiri aja," pancing Ray, membuat Gavyn tersenyum miring.

Gavyn menarik tengkuk Ray tanpa aba-aba sedikit pun, lalu melandaskan bibirnya di bibir Ray. Pria itu menciumnya dengan cara yang tidak pernah Ray tahu sebelumnya. Gavyn menggoda Ray dengan lidahnya. Kupu-kupu berterbangan di perut Ray ketika Gavyn menciumnya dengan cara seperti itu. Setelah berciuman dengan Gavyn, Ray baru menyadari jika ciuman yang dilakukannya selama ini hanyalah ciuman yang dilakukan bocah; ringan dan sederhana.

Gavyn memberikan gigitan kecil di bibir bawah Ray. Ray mengaduh di sela ciuman mereka, karena gigitan tak terduga pria itu. Ia meremas kemeja Gavyn, meminta pria itu berhenti, sebab nafas Ray tidak sanggup meneruskannya lagi. Gavyn mengerti dan melepaskan ciuman di antara keduanya. Nafas Ray tersengal-sengal, matanya sayu dan pipinya merah padam. Ray menundukkan kepalanya, menghindari tatapan Gavyn

Gavyn menaikkan dagu wanita itu ke arahnya dan memaksa Ray untuk melihatnya. "Kamu yakin kamu sudah pernah melakukan ini, Ray?" tanya Gavyn sedikit kebingungan, sebab Ray tampak seperti tidak berpengalaman.

"Bisa berhenti bertanya seperti itu?" gerutu Ray tampak kesal. "Mulai menjengkelkan."

"Kenapa?" Senyuman nakal mulai menari di wajah Gavyn. Pria itu menunduk, kemudian berbisik di telinga Ray, "Karena harga dirimu terluka?"

"Kalau pun ini pertama kali bagi aku, kamu akan melakukan apa?"

"Aku akan berusaha lembut," jawab Gavyn dengan nadanya yang serius.

Ray menatap Gavyn dengan tatapan tidak percayanya. "Membosankan," ejek Ray. "Nggak perlu aneh-aneh. Cukup lakukan saja yang kamu bisa."

Gavyn menaikkan sebelah alisnya dengan raut wajah tertarik. "Fine. Aku nggak akan berhenti, meskipun kamu memintanya. Itu kan yang kamu mau?"

"Try me," jawab Ray dengan tatapan menantangnya. Tatapan itu menghancurkan pertahanan Gavyn. Gavyn meraih tengkuk Ray dan melabuhkan ciuman agresifnya di bibir wanita itu.

Kali ini, Gavyn tidak main-main dengan perkataannya. Ia tidak akan berhenti, meskipun Ray memintanya untuk berhenti.

TBC...

Hola bestie, enjoy👀

HOW TO BE A (FAKE) CRAZY RICH✔Where stories live. Discover now