"Aku ke bawah dulu" Jeno mengangguk.

"Sudah bangun, Queen?" tanya Jaehyun yang baru saja keluar dari ruang kerja.

"Kau mengurus apa, Papi Jae sepagi ini?" tanya Jaemin sembari menghampiri Jaehyun, memberikan ciuman di bibirnya, Jaehyun terkekeh dan mencium pucuk kepala Jaemin.

"Ada beberapa hal yang harus kuurus, dan ini sudah pukul sembilan, Queen, sudah cukup dengan tidurnya?" tanya Jaehyun, Jaemin tertawa kecil dan mengangguk.

"THOSE BASTARD!!" Jaemin dan Jaehyun terkejut tentu saja dengan sumpah serapah itu.

"Siapa yang mengamuk pagi-pagi?" tanya Ten yang baru saja dari halaman belakang, Jaemin dan Jaehyun menggeleng.

"Tapi itu suara Mark hyung." ujar Jaemin pelan.

"Selamat pagi Papa cantik" Jaemin mendekati Ten dan mencium bibirnya, setelah ciumannya dilepas, Ten balik mencium pipi istri manisnya.

DRAP DRAP DRAP

Terlihat Mark turun dari lantai dua dengan setelan jas mahalnya, rapi namun mulutnya tidak segan mengeluarkan sumpah serapah.

"Emosinya lebih mengerikan daripada Johnny" ujar Yuta yang keluar dari perpustakaan. Jaemin mendekati Mark dan menahan pemuda tampan itu.

"Mau kemana Diddi?" tanya Jaemin, tangannya mengusap bahu Mark, mengendurkan emosi suaminya. Mark menatap Jaemin sebelum menghela nafas, Jaemin memberinya kecupan.

"Dear, aku harus pergi sebentar, mengurus beberapa 'tikus'." Jaemin mengernyit.

"Tidak dengan Kun ge?" tanya Jaemin, Mark memberikan senyum kecil dan segera mencium pipi istrinya sebelum pergi.

"Aku duluan!" Mark pergi dengan terburu, Jaemin tidak sempat mencegahnya.

"Aish! Dia mau pergi kemana dengan emosi meledak-ledak sepert itu?" gerutu Jaemin.

"Kau menggerutu terus sampai lupa aku belum dapat ciuman." rajuk Yuta, Jaemin menoleh dan memberikan ciuman di bibir Yuta, seperti lainnya.

"Selamat pagi" Jaemin tersenyum mendengar itu.

"Pagi, Papa Yuu" balas Jaemin, dia lalu pergi ke dapur, melihat Taeyong, Kun, Doyoung, Haechan, dan Renjun baru saja selesai menyelesaikan masakan mereka.

"Woah! Sepertinya lezat!" ujar Jaemin dengan semangat, para koki itu terkekeh.

"Segera duduk, sweetheart, kami sebentar lagi selesai." Jaemin mengangguk, dia segera duduk di salah satu kursi, sebelum akhirnya yang lain mulai datang satu per satu. Jaemin dengan sabar memberikan ciuman selamat pagi pada mereka yang memang belum mendapatkannya.

"Mark dimana?" tanya Johnny.

"Kau tidak dengar umpatan selamat paginya tadi?" tanya Jungwoo, Johnny mengerjap.

"Itu Mark?!" kaget Johnny.

"Dia kontrol emosinya sangat buruk." ujar Taeil.

"Ada apa? Sepertinya tadi Mark hyung nampak sangat marah." ujar Chenle berkomentar, dia duduk sembari meletakkan kepalanya di bahu Jaemin, dan Jaemin sendiri mengusap kepala suami mudanya.

"Tapi, kenapa kau tidak ikut Mark, Kun?" tanya Yuta, Kun menatap Yuta dengan pandangan penuh arti.

"Kau lupa jika dia pergi sendiri berarti urusannya apa?" perkataan Kun membuat semua di sana paham, kecuali Jaemin, dia merasa ada sesuatu yang tidak ia ketahui sama sekali.

"Ada apa?" tanya Jaemin.

"Tidak ada apapun." jawab Jisung mewakili yang lain, Jaemin ingin mendesak tetapi melihat wajah para suaminya yang nampak sedikit tidak nyaman, dia pun mengurungkan niatnya.

"Kita mulai sarapan saja." ujar Doyoung, membuat mereka langsung duduk diam di kursi masing-masing, Yuta yang memimpin doa sebelum makan pagi ini.

***

Jaemin duduk di kursi dengan mengusap kepala Nono. Dia sedang dilanda bosan, kedua anaknya sedang tidak ada di mansion, dan dia sedang tidak ingin dekat dengan suami-suaminya, semenjak Mark pergi dengan penuh emosi, nampaknya mood para Tuan Muda lainnya langsung turun.

"Ini hari pertama setelah kami menikah, tapi kenapa suasananya buruk sekali?" tanya Jaemin dalam gumaman.

"Baby" Jaemin mendongak dan menemukan Johnny berdiri di sampingnya.

"Duduklah, hyung, ada apa?" tanya Jaemin, Johnny duduk di sebelah Jaemin yang kosong.

"Kau kepikiran Mark?" tanya Johnny, Jaemin mengangguk.

"Aku tidak bisa tidak khawatir, dia orang yang tenang, bahkan tidak akan menaikkan nada suaranya jika tidak benar-benar marah, tapi pagi tadi mendengarnya mengumpat dengan begitu keras dan pergi dengan terburu, tidak menampik rasa cemasku. Dia tidak pernah terlihat semarah itu." Johnny mengangguk kecil.

"Kau percaya kami punya bisnis lain?" tanya Johnny. Jaemin menatap Johnny tidak paham, kini atensinya sepenuhnya mengarah pada suami tertua keduanya.

"Ada yang harus kalian jelaskan padaku, benar?"

"Benar"

***

Jaemin duduk di ruang tengah lantai satu, bersama para suaminya disekelilingnya. Dia mengetukkan jemarinya di pahanya, menunggu dengan sabar informasi apa yang belum pernah ia dengar selama ini, informasi apa yang disembunyikan oleh semua suaminya.

"Nana, pernah dengar mengenai Black Hunter? Agent Zero? Neozone?" Jaemin mengernyit, dirinya memang tidak terlalu peduli dengan hal-hal seperti kekayaan atau nama tenar para suaminya, tetapi dia tidak bodoh untuk tidak mengetahui istilah itu.

"Aku pernah dengar, ada apa?" tanya Jaemin pada Lucas yang tadi bertanya padanya.

"Percaya jika kami katakan, kami adalah orang-orang dibalik itu semua?" Jaemin membelalak sempurna mendengar itu.

"Ulangi!" desak Jaemin.

"Kami orang-orang dibalik itu semua, kami adalah Black Hunter, kami adalah Agent Zero, dan area kekuasan kami adalah Neozone." Jaemin benar-benar tidak percaya dengan informasi ini.

"Mark adalah Agent Zero utama, dialah yang mengurus semua masalah yang berhubungan dengan orang-orang yang membelot atau berkhianat. Black Hunter adalah nama kelompok kami, katakan kami sejenis mafia, tetapi yang kami berantas adalah mereka yang memang benar-benar 'kotor' dan pantas untuk dihilangkan dari muka bumi. Neozone adalah wilayah kekuasan kami, wilayah itu antara lain, seluruh daratan Asia kecuali Korea Utara, kami cukup waras untuk tidak mencari masalah dengan mereka, sebagian dari daratan Eropa dan Amerika, itu adalah Neozone." jelas Lucas. Jaemin merasa pening, dia tidak tahu, para suaminya ini adalah orang-orang di balik layar yang menghukum mereka yang 'kebal hukum'.

"Pemerintah tahu ini?" tanya Jaemin.

"Percaya atau tidak, pemerintah sendiri yang meminta kami untuk membereskan ini. Katakan saja sebagai 'anjing pemerintah', tapi yang sebenarnya kami tidak benar-benar tunduk pada pemerintah juga. Lagipula pihak pemerintah juga tidak bisa macam-macam dengan kami, kami mengawasi mereka juga, jadi mereka tidak bisa bergerak secara bebas." jawab Dejun.

"Jika Mark pergi sendiri berarti memang ada pengkhianat yang telah menyetorkan nyawa dengan cuma-cuma, bisa jadi dari sekolah atau usaha kami yang lain." lanjut Hendery.

"Kau takut pada kami?" tanya Winwin, Jaemin memijit pelipisnya sebelum menggeleng.

"Tidak, sama sekali tidak, hanya terkejut." jawab Jaemin, dia pun langsung berdiri, dan berujar dengan senyum manis sebelum pergi dari ruang tengah.

"Malam nanti... aku beri 'reward' untuk kalian semua."

"...."

"HAH?!"

***

_61_ 

[ALL X JAEMIN] OUR JAEMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang