Bab 1. Rich People Problem

446 105 86
                                    

"The aim of making money, is to spend it."
~ Omar Tranggana

Sebelum hari ini, aku cuma bisa menonton Paris Hilton, yang hidup bergelimang harta, di acara televisi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sebelum hari ini, aku cuma bisa menonton Paris Hilton, yang hidup bergelimang harta, di acara televisi. Sekarang aku menjalani kehidupan seperti itu. Bapak memiliki all-floor apartement, sedikit di luar Jakarta. Tetapi, karena berada di lantai teratas, aku masih bisa menikmati skyline ibu kota, bahkan dari jendela kamar tidur. Bapak memberikan seluruh sayap barat apartemen untukku, karena aku paling suka menikmati langit senja.

"Dulu, Ibu tidak memperbolehkan aku keluar rumah saat senja," ceritaku. Bapak paling suka bila aku berbagi kisah tentang Ibu.

"Kapan?"

"Waktu aku SD."

"Kenapa?"

"Katanya, takut digondol genderuwo."

Lelaki itu tertawa, tapi tidak memberikan komentar apa-apa. Paling-paling dia hanya mengacak rambutku. Untung saja rambutku tidak lagi kribo. Berkat keajaiban mbak-mbak di salon, sekarang rambutku lebih lurus dari sapu lidi.

"Hari ini mau belanja ke mana? Mau Bapak antar?" tanya Bapak. Rambut ikalnya basah oleh keringat. Tampaknya dia baru selesai olahraga pagi.

"Belanja lagi? Barang yang kemarin masih di dalam dus, belum dibuka."

"Kamu itu, ya, Bapak sudah kasih black card buat dipakai belanja, bukan buat pajangan."

"Tapi, kan, aku belum butuh apa-apa. Bajuku masih banyak yang baru, sepatu juga ada yang belum terpakai."

"Nah, mangkanya, hari ini kita pergi belanja supaya bisa pakai baju dan sepatu barumu."

"Terus, beli baju dan sepatu baru lagi?"

"Iya, benar begitu."

"Mau sampai kapan begitu terus, Pak?"

"Sampai kamar kamu penuh. Kamar baju kamu masih kosong, kan?"

Biar aku jelaskan. Apartemen yang menurut Bapak tidak besar, ternyata memiliki luas seribu meter persegi. Tadinya, ada lima kamar tidur, lima kamar mandi, tiga dapur, tiga kamar pelayan dan koki, juga ruang kantor.

"Ah, Bapak merenovasi apartemen ini terinspirasi dari all-floor apartement di Dubai," katanya.

"Bapak kan tinggal sendiri, kenapa Bapak butuh lima kamar tidur?"

"Nah, ini menarik. Sebelum kamu datang, apartemen Bapak menjadi rumah singgah."

"Rumah singgah? Kayak jadi penampungan anak jalanan gitu?"

"Bukan. Sepupu-sepupumu, suka pergi clubbing tidak jauh dari sini. Kalau mereka kemalaman, biasanya mereka akan bilang pada orang tua mereka, meminta izin untuk menginap di sini."

"Oh, jadi mereka menginap di sini?"

"Tidak juga sih. Kadang mereka menginap di rumah teman, tapi bilang menginap di sini."

CHRYSALIS [Sudah Terbit]Where stories live. Discover now