Bab. 1 : Manusia Bermulut Tajam

7 2 0
                                    

Kepada hati yang tak ku ketahui akan melabuhkan rasa dimana. Bersabarlah, kala harapan yang ada tak berlaku pada kehidupan yang sebenarnya.

Jaga diri baik-baik, jangan lagi mudah terperangkap oleh rayu yang sama. Jangan lagi mudah menyalahkan takdir Tuhan, saat segala sesuatunya berjalan jauh diluar harapan yang ada.

Selalu ingat, bahwa kasih sayang Allah hadir sekalipun dalam bentuk yang tak pernah disangka-sangka.

Ditulis saat bulan purnama, pertengahan bulan November.


Yasmin menutup buku hariannya, meletakkannya kembali pada deretan buku yang tersusun rapi di rak buku. Kemudian ia berjalan, usai mendengar suara ibu yang memanggilnya.

“Ada apa, Bu?”

“Kamu buruan ganti baju, dandan yang cantik. Abis itu ikut Ibu,” Wanita paruh baya itu nampak sibuk memoleskan lipstik berwarna merah ranum dibibirnya.

“Memangnya mau kemana, Bu?” Yasmin mengernyitkan kedua alisnya, bingung dengan sikap ibunya akhir-akhir ini.

“Udah cepetan ganti sana, nanti kamu juga bakal tau sendiri,” Ujar ibu sambil mendorong tubuh Yasmin agar segera bergegas.

Meski ragu, Yasmin tetap mengganti bajunya, dan memoleskan beberapa make up natural ke wajahnya.

40 menit berlalu, akhirnya keduanya sampai di sebuah restoran. Tidak terlalu besar, namun cukup terkenal karena olahan masakannya yang enak.

Ibu terus menggandeng tangan Yasmin, menuntunnya menuju salah satu set bangku yang disediakan. Langkahnya semakin ragu, saat matanya menangkap keberadaan dua orang yang sama sekali tak dikenalinya sudah duduk manis di bangku yang sedang dituju oleh ibunya.

“Assalamu'alaikum. Apa kabar, Mbak?” Ujar ibu sembari melakukan cipika-cipiki khas ibu-ibu reunian.

“Wa'alaikumsalam. Alhamdulillah baik, Mbak.” Wanita seumuran ibu mengalihkan pandangannya ke arah Yasmin, dan tanpa aba-aba memeluknya.

“Ini pasti Yasmin, ya? Wah sudah besar, makin cantik pula,” Katanya.

Yasmin hanya menanggapi seadanya dengan tersenyum simpul, “Iya Tante.”

“Oh ya, Yasmin, dulu sempet ketemu sama anak tante yang pertama?” Tanya Fara.

Yasmin mencoba memutar kembali ingatannya, lantas ia menggelengkan kepala pelan. “Yasmin tau nya sama Reza, Tan.”

“Loh, memangnya Tante Fara punya anak berapa?” Sambung Yasmin. Setaunya Fara hanya memiliki satu orang anak, yakni Reza Alghifari. Teman sekaligus atasannya di kantor.

Fara mengernyit heran, “Tante punya anak dua, yang sama Tante sekarang ini namanya Arka Alghifari, anak pertama Tante. Ya, wajar kalau kamu baru tau, sejak kecil Arka ada di pesantren. Sekalinya pulang, kan nggak lama, Yas.”

Mereka hampir saja melupakan keberadaan Arka. Arka yang hanya merespon ucapan Mamanya dengan tersenyum tipis.

Tapi siapa sangka, bahwa penampilan tenangnya itu hanya tipuan? Sementara dalam hatinya, ia berusaha mati-matian menahan debaran jantungnya yang tak karuan saat ini.

“Arka kok diem aja? Ngobrol aja sama Yasmin. Toh, ada Tante sama Mamamu,” Ucap Winda, Mama Yasmin.

Arka tersenyum kikuk, “Iya, Tante.”

“Gimana kabarnya Yasmin?”

“Alhamdulillah, baik. Kak Arka sendiri?”

“Alhamdulillah, baik juga.”

Cinta Diatas CintaWhere stories live. Discover now