"RAY! SENDOK GARPUNYA BELUM MASUK!" seru Ibu panik, namun apa mau dikata, Ray dan motornya sudah menghilang.

***

Studio sedang sibuk-sibuknya hari itu, sebab pesanan terus berdatangan. Bulan-bulan September hingga Desember adalah bulan tersibuk butik itu, sebab ya orang senang sekali menikah di bulan-bulan itu. Belum lagi dengan pesanan dari beberapa artis yang harus mengikuti acara award. Ray bahkan pernah tidak tidur dua hari hanya untuk mengerjakan pesanan yang tidak habisnya itu.

"Ray... Ray... Ray," panggil Mbak Ana dengan nadanya yang panik.

Ray langsung menghentikan pekerjaannya kemudian menoleh pada wanita berkacamata itu. "Bantuin ngambil ukuran bentar dong, please..."

"Mbak Fio sama Mas Ardi ke mana, Mbak?" tanya Ray bingung. Dua orang itu adalah orang-orang yang bertugas khusus untuk pengambilan ukuran badan klien. Mas Ardi untuk pria dan Mbak Fio untuk wanita.

"Nggak bisa, masalahnya mereka fitting di rumah klien," gumam Mbak Ana sembari merengek.

"Waduh, Mbak, masalahnya pattern-nya hari ini harus udah dicoba di muslin," guman Ray kebingungan. Ia bahkan belum mulai pecah pola, namun kini ia sudah ditimpakan tugas baru.

"Ayo dong," mohon Mbak Ana. "Masalahnya di sini yang paling akurat kalau ngambil ukuran itu kamu."

Ray menggaruk tengkuknya galau. Semua orang di studio itu sama sibuknya sepertinya, sehingga ia tidak bisa meminta bantuan rekan kerjanya.

"Gini deh, nanti aku minta Pak Wirogo waktu tambahan untuk pattern kamu," ucap Mbak Ana lagi.

Mendengar hal itu, senyuman Ray langsung terbit. Ia langsung menegakkan tubuhnya dengan sikap siap 45 untuk melakukan permintaan Mbak Ana. Ray sedikit kebingungan melihat Mbak Ana begitu gopoh dengan klien satu ini. Biasanya jika Mbak Ana gopoh, itu berarti klien mereka adalah orang besar dan terkenal.

"Siapa sih, Mbak?" tanya Ray penasaran.

"Dia anak terakhir Tjandrakusuma, yang sekarang megang Amerta Group," bisik Mbak Ana.

Ray mengambil pita ukur metriknya dengan wajah tercengang. Amerta Group adalah perusahaan properti Indonesia yang cukup terkenal. Beberapa mall di Indonesia adalah milik Amerta Group. Dan usut punya usut, Amerta Group juga membangun kasino di Makau dan Singapura. Berita kasino ini pernah menjadi trending topic di Indonesia, karena kasino yang dibangun oleh keluarga Tjandrakusuma masih abu-abu mengenai penarikan pajaknya sehingga menjadi masalah sengketa perpajakan antara Indonesia dan Makau.

Mendengar penjelasan Mbak Ana, Ray sedikit khawatir sebenarnya, sebab kliennya tidak main-main. Mbak Ana menarik nafas panjang -begitu juga dengan Ray, sebelum membuka pintu jati yang menghubungkan langsung dengan ruangan fitting khusus.

"Selamat pagi, Pak Gavyn, maaf menunggu lama, orang sudah ada, Pak," ucap Mbak Ana sembari mempersilahkan Ray.

Ray membeku di tempatnya ketika melihat kliennya adalah pria yang selalu berpapasan dengannya di lift. Pria itu pun juga tampak kaget melihatnya. Ray canggung setengah mati. Ia tentu tidak bisa sesantai seperti di lift, sebab -demi Tuhan, ini masih situasi profesional dan pekerjaannya bergantung pada pria di depannya. Satu keluhan, maka habislah dia.

"Halo, Pak, perkenalkan saya, Ray. Mari, Pak," ucap Ray dengan senyuman sopannya, memilih untuk bersikap profesional, apalagi kini Mbak Ana sedang memperhatikannya.

Gavyn mengikuti Ray ke arah ruang fitting yang cukup luas. Di depannya terdapat cermin besar. Lukisan bernuansa Indonesia menggantung manis di dinding. Alunan musik jazz lembut semakin memperkental kesan mewah ruang fitting tersebut. Mbak Anna sudah bersiap dengan kertas ukuran di tangannya, menunggu Ray mengambil ukuran.

HOW TO BE A (FAKE) CRAZY RICH✔Where stories live. Discover now